Istimewanya Peternakan Ayam Bebas Sangkar: Ramah Lingkungan dan Telur Lebih Berkualitas

waktu baca 4 minutes
Selasa, 18 Mar 2025 14:09 0 Patricia Pawestri

PETERNAKAN | TD – Telur yang berasal dari peternakan ayam bebas sangkar, atau cage-free eggs, menjadi pilihan bahan makanan yang lebih sehat. Hal ini seturut tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan. Menggunakan bahan makanan ini juga mendukung produksi pangan yang lebih memerhatikan kesehatan dan kesejahteraan ternak. Lalu, apakah peternakan ayam bebas sangkar itu?

Kehidupan Ternak di Peternakan Ayam Bebas Sangkar

Peternakan ayam bebas sangkar merupakan model peternakan yang membebaskan ayam-ayam petelur, atau pedaging, pada ruangan yang luas atau bahkan di area terbuka. Dengan demikian ayam-ayam tersebut dapat melakukan kebiasaan alaminya, misalnya bertengger, berinteraksi dengan ayam lainnya, dan berjalan-jalan ke seluruh ruangan. Pada area terbuka, kebebasan ayam bahkan dapat terpenuhi, misalnya dengan berjemur di bawah hangatnya sinar matahari, dan mencari makanan alaminya berupa cacing, cangkang siput, serangga, biji-bijian, atau daun-daun hijau. Ayam juga dapat mandi pasir, yang berguna untuk melepaskan kutu-kutu dari tubuhnya.

Kelebihan Peternakan Ayam Bebas Sangkar

Dengan kebebasan tersebut, ayam akan menjadi lebih sejahtera atau bahagia. Dari sinilah asal sebutan ‘telur ayam bahagia’ bagi produk peternakan model ini. Selain lebih bahagia, ayam-ayam dari peternakan bebas sangkar juga dapat menghasilkan telur-telur yang lebih berkualitas.

Kualitas telur yang lebih baik dari peternakan ayam bebas sangkar telah teruji melalui berbagai penelitian. Telur ayam bebas sangkar terbukti mengandung lebih banyak omega-3, serta vitamin E dan D. Banyaknya kandungan nutrisi ini merupakan pengaruh positif dari terpenuhinya kebutuhan pakan alami ayam.

Selain itu, model peternakan ayam bebas sangkar dapat menekan penggunaan antibiotik dan bahan kimia dalam pengendalian penyakit ayam. Berbeda jauh dari peternakan konvensional, di mana ayam-ayam dikurung dalam kandang yang padat. Kepadatan ini dapat membuat ayam stres atau mempercepat penyebaran penyakit. Inilah yang membuat obat-obatan kimia sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup ayam pada peternakan konvensional.

Penggunaan obat-obatan yang minimal tersebut juga membuat peternakan ayam bebas sangkar lebih ramah terhadap kelestarian lingkungan sekitar. Maka, peternakan model ini menjadi rujukan untuk pengembangannya di masa depan. Secara ekonomis, model peternakan ayam bebas sangkar juga dapat memperkecil biaya pakan buatan, karena ayam sudah dapat menemukan sendiri pakannya di lingkungan sekitar. Ini merupakan solusi bagi para peternak yang ingin menekan biaya pakan yang tidak murah.

Nilai lebih lainnya untuk peternakan ayam bebas sangkar adalah tersedianya pupuk alami yang dibutuhkan oleh tanaman dalam lingkungan tersebut. Kotoran ayam dapat memperkaya unsur hara tanah, sehingga berguna pada pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dekat dengan peternakan. Dengan demikian, terjadi simbiosis yang positif antara ternak dan tanaman budidaya.

Tantangan dalam Pemasaran Produk Peternakan Ayam Bebas Sangkar

Meskipun demikian, untuk mengusahakan model peternakan demikian, calon pemilik usaha perlu memperhitungkan lahan, yang tentunya, memerlukan lebih luas daripada peternakan konvensional. Tetapi hal ini tentu sebanding dengan kualitas produk telur dan daging yang akan didapat. Kualitas inilah yang nantinya membuat produk dari peternakan ayam bebas sangkar bernilai jualnya lebih tinggi.

Strategi pemasaran yang baik merupakan solusi bagi terbayarnya usaha dan modal peternakan. Segmentasi pasar dan promosi di berbagai tempat yang cocok dan digitalisasi, misalnya, akan mempermudah terserapnya produk telur dan daging dari peternakan ayam bebas sangkar.

Sekilas Sejarah Mengenai Peternakan Ayam Bebas Sangkar

Meskipun metode ayam umbaran (tidak dikandangkan) telah dikenal dalam masyarakat kita sejak dahulu kala, kita perlu mengetahui bagaimana peternakan ayam bebas sangkar ini mulai dikembangkan secara profesional.

Metode cage-free farming muncul sebagai respon para peternak di Amerika, Uni Eropa, dan juga Australia, untuk memenuhi permintaan pasar. Ini berkaitan dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk peternakan yang lebih memerhatikan kesejahteraan hewan-hewan yang dipelihara.

Sistem bebas sangkar ini bahkan mendapat ruang perkembangan secara lebih luas sejak pelarangan penggunaan kandang baterai pada peternakan ayam petelur di Uni Eropa sejak 2012. Metode yang terbukti dapat meningkatkan kualitas produk pertanian ini pun kemudian berkembang ke seluruh dunia.

Di Indonesia, pengembangan peternakan ayam bebas sangkar mendapat perhatian dalam pergerakan peternak lokal dan internasional yang tergabung dalam Indonesian Cage-free Association (ICFA) di Yogyakarta pada 2024 lalu. Sedangkan pemerintah Indonesia pun mendukung sistem peternakan ‘etis’ tersebut dengan “Pedoman Kesejahteraan Hewan pada Peternakan Ayam Layer” yang terbit melalui Kementerian Pertanian pada tahun yang sama.

Dalam institusi pendidikan, Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pun ikut mengembangkan metode peternakan bebas sangkar dengan meresmikan Pusat Pelatihan Internasional Manajemen Ayam Petelur Bebas Sangkar bersama Global Food Partner, perusahaan berbasis Singapura yang merupakan anggota Aliansi Kesejahteraan Unggas Internasional atau International Poultry Welfare Alliance (IPWA).  (Pat)

LAINNYA