Klimakterik dan Non-Klimakterik: Perbedaan Buah yang Bisa Matang Setelah Dipetik dan yang Tidak

waktu baca 5 minutes
Senin, 10 Mar 2025 20:07 0 Patricia Pawestri

PERTANIAN | TD – ‘Klimakterik’ dan ‘non-klimakterik’ adalah dua istilah yang sering digunakan dalam dunia pertanian dan hortikultura untuk menggambarkan buah dalam proses pematangan setelah petik. Memahami perbedaan antara kedua kategori ini sangat penting bagi petani, pedagang, maupun konsumen, karena dapat mempengaruhi kualitas, rasa, dan kesegaran buah yang kita nikmati.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendetail perbedaan antara buah klimakterik dan non-klimakterik, serta implikasi dari perbedaan tersebut.

Apa Itu Buah Klimakterik?

Buah klimakterik adalah jenis buah yang dapat melanjutkan proses pematangan setelah dipetik dari pohonnya. Proses ini dipicu oleh peningkatan produksi etilen, yaitu hormon tanaman yang berperan penting dalam proses pematangan buah. Beberapa contoh buah klimakterik yang umum dikenal adalah pisang, tomat, alpukat, dan mangga.

Keunikan dari buah klimakterik adalah bahwa setelah dipetik, mereka dapat mengalami perubahan fisik dan kimia yang membuatnya semakin manis dan lezat. Proses pematangan ini juga melibatkan perubahan warna dan tekstur buah. Misalnya, pisang yang hijau akan berubah menjadi kuning saat matang, dan tekstur buah akan menjadi lebih lembut.

Mengapa Buah Klimakterik Bisa Matang Setelah Dipetik?

Proses pematangan pada buah klimakterik dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Produksi Etilen

Etilen adalah gas yang dihasilkan secara alami oleh buah dan berfungsi sebagai pemicu proses pematangan. Buah klimakterik dapat menghasilkan etilen dalam jumlah yang cukup banyak setelah dipetik, sehingga mempercepat proses pematangan.

  • Respon terhadap Stimulus Lingkungan

Buah klimakterik dapat merespons perubahan lingkungan, seperti suhu dan kelembapan. Misalnya, jika disimpan pada suhu yang lebih hangat, produksi etilen akan meningkat, sehingga mempercepat proses pematangan.

  • Enzim yang Terlibat

Selama proses pematangan, berbagai enzim aktif yang memecah pati menjadi gula, meningkatkan rasa manis, dan mengubah asam menjadi lebih sedikit, membuat buah terasa lebih enak.

Contoh Buah Klimakterik

Berikut adalah beberapa contoh buah klimakterik beserta penjelasannya:

  1. Pisang

Pisang yang dipetik dalam keadaan hijau akan matang dalam waktu beberapa hari jika disimpan pada suhu kamar. Proses pematangan ini menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi kuning, dan meningkatkan rasa manis.

  1. Tomat

Tomat yang dipetik dalam keadaan belum sepenuhnya matang akan menjadi merah dan lebih lembut ketika disimpan pada suhu yang lebih hangat. Proses ini mendukung pembentukan rasa yang lebih kaya.

  1. Alpukat

Alpukat yang dipetik dalam keadaan keras akan menjadi lembut dan matang seiring waktu, terutama jika disimpan bersama dengan buah lain yang menghasilkan etilen, seperti pisang atau apel.

  1. Mangga

Mangga yang awalnya keras dan belum matang dapat menjadi manis dan beraroma setelah beberapa hari.

 

Apa Itu Buah Non-Klimakterik?

Di sisi lain, buah non-klimakterik adalah jenis buah yang tidak dapat melanjutkan proses pematangan setelah dipetik. Buah ini biasanya sudah mencapai tingkat kematangan yang optimal ketika dipanen. Jika dipetik dalam keadaan belum matang, mereka tidak akan pernah menjadi matang seperti yang diharapkan. Contoh buah non-klimakterik antara lain stroberi, ceri, dan anggur.

Kenapa Buah Non-Klimakterik Tidak Bisa Matang Setelah Petik?

Alasan utama mengapa buah non-klimakterik tidak dapat matang setelah petik adalah:

  • Produksi Etilen yang Minim.

Buah non-klimakterik tidak menghasilkan etilen dalam jumlah yang signifikan setelah dipanen. Oleh karena itu, mereka tidak dapat melanjutkan proses pematangan.

  • Perubahan Kimia yang Terhenti.

Setelah dipetik, proses biokimia yang diperlukan untuk pematangan pada buah berhenti, sehingga tidak ada perubahan rasa atau tekstur yang terjadi.

  • Kematangan yang Sudah Optimal.

Buah non-klimakterik biasanya dipanen pada saat sudah matang atau hampir matang, sehingga tidak ada kesempatan untuk mengalami pematangan lebih lanjut.

Contoh Buah Non-Klimakterik

Berikut adalah beberapa contoh buah non-klimakterik:

  1. Stroberi

Stroberi harus dipetik dalam keadaan matang untuk mendapatkan rasa manisnya. Setelah dipetik, stroberi tidak akan menjadi lebih manis dan bisa cepat membusuk.

  1. Ceri

Ceri juga harus dipetik dalam keadaan matang. Jika dipetik terlalu awal, ceri tidak akan matang dan tetap asam.

  1. Anggur

Anggur yang dipetik harus sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Mereka tidak dapat melanjutkan proses pematangan setelah dipanen.

 

Implikasi dari Perbedaan Ini

Memahami perbedaan antara buah klimakterik dan non-klimakterik dapat memiliki beberapa implikasi praktis:

  • Pemilihan dan Penyimpanan

Petani dan pedagang harus mempertimbangkan jenis buah yang mereka pilih untuk dijual. Buah klimakterik dapat dijual dalam keadaan belum matang dan masih bisa dipasarkan setelah beberapa hari, sementara buah non-klimakterik harus dipetik dalam keadaan matang untuk mendapatkan hasil maksimal.

  • Kualitas dan Rasa

Konsumen perlu menyadari bahwa tidak semua buah harus dibeli dalam keadaan matang. Buah klimakterik dapat dibeli dalam keadaan hijau dan belum matang sempurna untuk disimpan dahulu sebelum dikonsumsi. Sedangkan buah non-klimakterik harus dibeli dalam keadaan matang untuk mendapatkan rasa yang terbaik.

  • Pabrikasi dan Pengolahan

Dalam industri makanan, pemahaman tentang kedua jenis buah ini penting dalam proses pembuatan jus, selai, atau produk olahan lainnya. Pengolahan buah klimakterik dapat dilakukan pada tahap pematangan. Misalnya dalam pembuatan keripik pisang, buah pisang yang digunakan biasanya masih bertekstur keras meskipun sudah tua. Sedangkan untuk buah non-klimakterik harus dikelola lebih hati-hati untuk menjaga kualitas. Misalnya dalam pembuatan wine, tingkat kematangan anggur yang sempurna sangat berpengaruh pada proses ekstraksi sebelum pemeraman.

 

Sebagai kesimpulan, klimakterik dan non-klimakterik adalah dua kategori penting dalam memahami perubahan kematangan buah setelah petik. Buah klimakterik akan semakin matang saat penyimpanan berkat produksi etilen dan perubahan kimia yang terjadi. Sementara itu, buah non-klimakterik tidak akan mengalami perubahan lebih lanjut setelah petik, yang menjadikan waktu panen merupakan saat yang tepat untuk memastikan kualitas terbaik.

Dengan memahami perbedaan ini, kita sebagai konsumen dapat membuat pilihan yang lebih baik saat memilih buah. Hal ini juga memberikan wawasan bagi petani dan pedagang dalam mengelola produk pertanian mereka agar tetap berkualitas dan menarik bagi konsumen. Sehingga, pengetahuan ini bukan hanya bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam sektor pertanian, tetapi juga bagi kita semua yang menikmati buah segar setiap hari. (Nazwa/Pat)

""
""
""
LAINNYA