SAINS | TD – Jika kita memperhatikan laut dari kejauhan maka akan menampakkan warna biru yang mendominasi cakrawala. Warna laut yang tampak biru seolah-olah menyatu dengan langit yang juga biru. Tapi benarkah warna biru itu pantulan langsung dari warna langit? Ataukah itu hanyalah sekedar ilusi optik yang dimainkan oleh hukum fisika dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan ini bukanlah hanya sekadar teka-teki visual tapi telah menjadi bahan perenungan para ilmuwan zaman dahulu dari berbagai disiplin ilmu selama puluhan tahun lamanya.
Artikel ini akan mengupas beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab air laut berwarna biru, serta sintesa dari berbagai sudut pandang ilmiah lainnya.
Sejak dahulu banyak orang yang mengira bahwa warna biru laut hanyalah merupakan refleksi dari warna langit. Hipotesis ini memang terdengar cukup logis secara kasat mata, hal itu dikarenakan antara laut dan langit terlihat tampak saling ‘bercermin’. Namun menurut peneliti Rachel Link dari Live Science, teori ini hanya sebagian saja yang bisa dianggap benar. Pantulan langit memang berperan serta dalam mempengaruhi warna laut meskipun sangat kecil. Namun, bukan berarti hal ini adalah menjadi faktor utama yang menyebabkan warna laut menjadi biru. Refleksi langit mungkin memang memberi sedikit kontras warna tapi bukan penyebab utama birunya laut.
Secara ilmiah warna asli air laut adalah bening atau transparan seperti sebagai mana mestinya warna air. Namun dalam jumlah besar seperti samudera, air menunjukkan sifat optik yang unik. Pakar oseanografi Dr. Collin Roesler dari Bowdoin College menjelaskan bahwa air menyerap panjang gelombang cahaya secara selektif. Ketika cahaya matahari masuk ke permukaan air laut maka cahaya dengan panjang gelombang merah, oranye, dan kuning diserap lebih cepat. Sedangkan panjang gelombang biru yang lebih pendek akan dipantulkan kembali dan tersebar ke segala arah. Inilah mengapa kita melihat laut menjadi berwarna biru. Fenomena ini sangat mirip dengan penyebab warna birunya langit, yaitu karena cahaya biru lebih mudah tersebar di antara partikel, baik itu molekul udara di langit, maupun molekul air di laut.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh tim dari NASA Earth Observatory yang menyatakan bahwa air memantulkan sebagian kecil warna dari langit, tetapi mekanisme utamanya adalah pembiasan dan penyebaran cahaya oleh molekul dari air itu sendiri. Selain itu, persepsi mata manusia juga turut mempengaruhi bagaimana kita menangkap warna tersebut. Mata kita paling sensitif terhadap warna biru dalam konteks pencahayaan alami, sehingga air laut yang memantulkan lebih banyak gelombang cahaya biru akan tampak lebih kuat visualisasi warna birunya dibandingkan warna lain yang terserap lebih cepat oleh molekul air.
Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa warna biru laut adalah hasil dari interaksi kompleks antara cahaya, air, dan persepsi mata manusia. Bukan karena air laut itu berwarna biru dalam arti secara fisik, dan bukan pula karena pantulan warna dari langit. Laut menampakkan warna biru karena berhubungan dengan cara ia memperlakukan cahaya. Fenomena ini tidak hanya mengajarkan kita tentang pembiasan cahaya dan ilusi optik pada hukum fisika tetapi juga menyadarkan bahwa apa yang tampak oleh mata sering kali merupakan gabungan dari realitas objektif dan juga persepsi subjektif. Dalam bahasa puisi: “Laut tak punya warna, hingga cahaya matahari datang dan memberi makna.”
Dengan demikian, memahami penyebab air laut berwarna biru tidak hanya bisa memperluas wawasan ilmiah. Tetapi juga membuka pintu kontemplasi bahwa alam semesta ini penuh dengan keajaiban yang tersusun atas hukum-hukum tersembunyi. Sekarang kita tidak hanya melihat laut secara deterministik tapi juga menafsirkan hukum fisika di balik keindahan ciptaan alam.
Penulis: Sugeng Prasetyo
Editor: Patricia