Surga dan Neraka: Kekekalan Umat Manusia di Akhirat dalam Perspektif Al-Qur’an

waktu baca 4 minutes
Minggu, 8 Des 2024 19:11 0 Redaksi

OPINI | TD — Kehidupan akhirat, sebagai kelanjutan dari kehidupan dunia, merupakan tahap pertanggungjawaban manusia atas segala amal perbuatannya. Al-Qur’an dengan tegas menjanjikan kenikmatan surga bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, sementara siksaan neraka menanti mereka yang kafir dan ingkar.

Konsep kekekalan surga dan neraka, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, merupakan ketetapan Ilahi yang patut dipahami secara mendalam. Namun, penting untuk diingat bahwa kekekalan ini berada di bawah kekuasaan dan kehendak Allah SWT yang Maha Kuasa.

Hakikat Surga dan Neraka:

Al-Qur’an menyebut surga (al-Jannah) sebanyak 144 kali, melukiskan gambaran tempat penuh kenikmatan yang dikhususkan bagi orang-orang bertakwa.

Surga bukan sekadar tempat, melainkan simbol kebahagiaan abadi, dipenuhi nikmat yang tak terbayangkan: sungai-sungai yang mengalir jernih, buah-buahan yang lezat, kehidupan tanpa akhir, dan bahkan kesempatan untuk menyaksikan Dzat Pencipta.

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menggambarkan surga sebagai negeri yang dipenuhi berbagai jenis kesenangan yang menyejukkan mata.

Ayat Al-Qur’an, seperti QS. Muhammad: 15, menggambarkan secara detail kenikmatan surga yang kontras dengan siksaan neraka:

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (adalah bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air susu yang rasanya tidak berubah, sungai-sungai khamar yang lezat bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah dan ampunan dari Tuhan mereka. (Apakah orang yang memperoleh kenikmatan surga) sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga usus mereka terpotong-potong?” (QS. Muhammad: 15)

Sebaliknya, neraka (an-Nar) disebut 126 kali dalam Al-Qur’an, menggambarkan tempat siksa pedih bagi mereka yang mengingkari Allah. Siksaannya bukan hanya fisik berupa api yang membakar, tetapi juga mencakup penderitaan batin yang mendalam.

Al-Qur’an menggambarkan detail siksaan ini, mencakup api yang menyala-nyala, minuman air yang mendidih, dan belenggu yang membelenggu penghuninya.

Kekekalan Surga dan Neraka:

Menurut mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, surga dan neraka bersifat kekal. Kekekalan surga merupakan ketetapan Allah SWT, sementara neraka merupakan balasan bagi mereka yang melanggar perintah-Nya.

Banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan kekekalan ini. Salah satunya adalah QS. Hud: 106-108:

“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka. Di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain) sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya.” (QS. Hud: 106-108)

Penggunaan kata Khalidin (kekal) menunjukkan keabadian tanpa batas. Namun, perlu dipahami bahwa kekekalan surga dan neraka berbeda dengan kekekalan Allah SWT.

Kekekalan Allah bersifat dzatiyah (hakikat keberadaan-Nya), sedangkan kekekalan surga dan neraka merupakan ketetapan-Nya yang mutlak. Wallahu a’lam.

Penghuni Surga dan Neraka:

Al-Qur’an menjelaskan bahwa penghuni surga adalah mereka yang beriman, beramal saleh, bertakwa, dan memiliki sifat-sifat terpuji seperti rajin shalat, berzakat, dan bersabar (misalnya, QS. Al-Ankabut: 58).

Nikmat surga jauh melampaui kenikmatan duniawi. Sebaliknya, penghuni neraka meliputi orang-orang kafir, munafik, dan pelaku dosa besar yang tidak bertaubat (misalnya, QS. Al-Baqarah: 39).

Neraka Jahannam dipersiapkan bagi mereka yang menentang syariat Allah, mendustakan ayat-ayat-Nya, atau bersikap sombong terhadap kebenaran.

Strategi Meraih Surga dan Menghindari Neraka:

Al-Qur’an tidak hanya menggambarkan surga dan neraka, tetapi juga memberikan panduan untuk mencapai surga dan menghindari neraka. Langkah-langkah ini meliputi:

  1. Bertakwa: Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
  2. Beramal Saleh: Melakukan kebaikan dengan ikhlas karena Allah.
  3. Bersabar dan Bertawakal: Menghadapi cobaan dengan kesabaran dan kepercayaan penuh kepada Allah.
  4. Menjaga Amanah: Memegang teguh tanggung jawab dan kepercayaan.
  5. Bertaubat: Kembali kepada Allah dengan tulus setelah melakukan dosa.

Menghindari neraka melibatkan menjauhi perilaku kufur, maksiat, dan kezaliman. Neraka merupakan konsekuensi dari perbuatan buruk manusia, bukan bentuk kedzaliman dari Allah.

Kesimpulan:

Surga dan neraka merupakan simbol keadilan Allah di akhirat. Surga adalah balasan atas ketakwaan dan amal saleh, sedangkan neraka adalah hukuman bagi keingkaran dan dosa.

Pemahaman tentang kekekalan surga dan neraka seharusnya memotivasi manusia untuk beriman, beramal saleh, dan mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat, yaitu takwa. Kehidupan dunia hendaknya dijalani sebagai persiapan menuju kebahagiaan abadi di akhirat.

Penulis: Tazkia Nasiha, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. (*)

LAINNYA