Paul Verlaine, Sang Pangeran Penyair Dekaden dalam Sastra Perancis (1)

waktu baca 5 menit
Jumat, 24 Jan 2025 14:40 0 30 Patricia Pawestri

TOKOH SASTRA | TD – “Dekadensi”. Demikianlah tren yang tengah berlangsung di dalam dunia sastra Perancis pada masa Paul Verlaine. Dekadensi, atau dapat diartikan kemerosotan, terutama moral, juga menjadi asal dari nama gerakan “Dekaden” tempat Paul Verlaine bersama beberapa rekannya mengabdikan dirinya sebagai penyair.

Pergerakan Sastra di Masa Paul Verlaine

1. Kelompok Dekaden

Pada saat itu, akhir abad ke-19, persoalan kemerosotan moral ini hadir sebagai wujud perlawanan terhadap sastra konvensional dan penolakan terhadap norma-norma sosial yang terasa sudah tak relevan bagi kehidupan menurut para sastrawan Perancis saat itu. Mereka menganggapnya demikian karena banyaknya kepalsuan yang timbul karena penerapan norma sosial yang justru mengakibatkan kesengsaraan dan ketimpangan.

Para sastrawan juga menolak pemanfaatan karya sastra untuk berbagai macam kepentingan. Mereka berusaha membebaskan diri dalam berekspresi. Dari sinilah timbul gerakan seni untuk seni. Dan, “l‘art por l’art” pun menjadi semboyan untuk membebaskan puisi dari segala beban, termasuk gerakan sosialisme materialisme dan lainnya.

Paul Verlaine bergabung dalam gerakan pembebasan seni yang menyebut diri sebagai kelompok penyair “Dekaden”. Di dalamnya juga terdapat para penyair terkemuka lainnya, seperti Charles Baudelaire, Stephane Mallarme, Theophile Gautier, dan Tristan Corbiere.

Para penyair Dekaden tersebut mempunyai ciri khas dalam karyanya. Di antaranya hedonisme estetika, membebaskan diri dari aturan sosial, serta bahasa eksperimental yang seringkali berlebihan.

2. Gerakan Estetika dari Inggris

Kemunculan Kelompok Dekaden dianggap sebagai ekor dari pengaruh gerakan estetika yang muncul di Inggris pada saat itu. Gerakan estetika merupakan pergulatan para seniman Inggris untuk melepaskan diri dari tujuan moral dan sosial yang dianggap sebagai asap pengap penuh kepalsuan di masa Victoria. Di antara para seniman gerakan estetika Inggris, yaitu Oscar Wilde, Algernon Charles Swinburne, dan Walter Pater.

3. Aliran Sastra Parnasianisme

Sebelum kemunculan Dekaden, gerakan estetika ini pulalah yang mengirimkan semangat untuk memperbarui cara berkesenian yang konvensional di seluruh dunia. Dan di antara gelombangnya adalah kemunculan aliran sastra Parnasianisme yang berkembang di Prancis. Aliran ini mengutamakan keindahan liris dan estetika yang lebih obyektif, yang sekiranya berlawanan dengan apa yang utama dalam aliran Dekaden.

Estetika yang lebih obyektif dalam Parnasianisme berarti mengutamakan kesempurnaan dalam keindahan bentuk, ketepatan teknik. Para sastrawan aliran ini juga menghindari luapan perasaan yang berlebihan dari pencipta karya, serta menempatkan seni terpisah dari keseharian. Dan, keindahan universal menjadi sebuah tujuan pencarian yang dapat dinikmati oleh semua orang dari segala latar belakang mereka.

Demikianlah latar zaman di masa kepenyairan Paul Verlaine. Verlaine sendiri mempunyai pengaruh yang besar di kalangan para penyair Perancis. Bahkan, sebelum meninggal, ia mendapatkan julukan “Pangeran Para Penyair” karena karya-karyanya. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Paul Verlain, berikut ini riwayat hidupnya.

Riwayat Singkat Paul Verlaine

Paul Verlaine lahir di kota Metz, yaitu sebuah kota yang terletak pada pertemuan Sungai Moselle dan Sungai Seille yang indah. Kelahirannya pada 30 Maret 1844. Ayahnya seorang perwira militer bernama Nicholas Verlaine, dan ibunya, Stephanie Dehee berasal dari keluarga petani.

Verlaine hidup sebagai putra tunggal yang manja dan suka mengamuk. Namun, pada sisi lainnya, Paul Verlaine mempunyai kecerdasan dan kata-kata yang puitik yang berasal dari dalam jiwanya sendiri. Ia seringkali membolos dari kuliahnya untuk menghadiri pertemuan dengan para penyair Parnasian di kafe-kafe atau ruang publik lainnya. Kecerdasan dan minatnya pada puisi membuatnya seringkali menjadi pembahasan kelompok penyair tersebut. Demikianlah ia menjadi terkemuka.

Untungnya, Paul Verlaine tetap menyelesaikan pendidikannya sebagai sarjana di bidang hukum di Lycee Imperial Bonaparte di Paris. Ia lulus pada tahun 1862. Dan segera, atas desakan ayahnya, ia pun bekerja di kantor walikota Paris.

Paul Verlaine kemudian jatuh cinta kepada Mathilde Maute, yang kemudian melembutkan dirinya dan berpengaruh dalam puisi-puisinya. Mereka kemudian menikah pada tahun 1870. Namun keindahan pernikahan itu hanya bertahan sebentar. Karena pada tahun 1871 Paul Verlaine menemukan Arthur Rimbaud, penyair muda penuh semangat yang saling mengagumi dengannya.

Di titik inilah kehidupannya berbalik menjadi liar. Ia meninggalkan istri dan putranya pada tahun 1872 untuk bepergian bersama Rimbaud. Hubungan sejenis ini pun diwarnai gejolak dan kekerasan, serta putus-nyambung. Bahkan Paul sempat menembak tangan kiri Rimbaud pada tahun 1873, yang membuatnya dipenjara selama 2 tahun di Mons, Belgia.

Masa-masa di penjara membuat Verlaine melirik kembali iman dan pertobatan ke dalam ajaran Katolik. Hal ini pun tercermin dalam beberapa karyanya.

Ketika ia meninggalkan keluarga, Verlaine mencari nafkah dengan menjadi guru bahasa Prancis, Yunani, dan Latin di Inggris dan Prancis. Ia juga mengajarkan seni menggambar. Dan, ketika mengajar bahasa Inggris di Kota Rethel, Prancis bagian utara, Verlain menemukan anak muda lainnya yang segera menjadi kekasihnya. Namanya Lucien Letinois. Mereka bepergian ke Inggris pada 1879.

Paul Verlain rupanya sangat mencintai anak muda itu sehingga ia tidak mempedulikan lagi karir kepenyairannya di Prancis. Ia juga membeli sebuah lahan pertanian di Prancis utara untuk Lucien. Namun, usia Lucien tidaklah lama. Dan ketika anak muda itu meninggal pada tahun 1883 karena tifus, Paul menjadi depresi. Tanah tersebut kemudian ia jual untuk menutup semua hutangnya.

Pada tahun 1884, Paul Verlaine mulai kembali ke tengah-tengah para penyair. Beruntung, kecemerlangannya sebagai anggota penyair Dekaden membantunya untuk mencari uang. Joris Karl Huysmans merupakan salah satu pendukungnya dan yang mengangkat nilai-nilai keindahan dari karya puisi Verlaine.

Pada tahun ini pula putusan perceraiannya dengan Mathilde diumumkan, setelah gugatan yang diajukan istrinya tersebut pada tahun 1871.

Tahun 1886, depresi kembali melanda Verlaine karena sang ibu meninggal dunia. Keuangan Verlaine, yang tadinya bersandar pada pemberian ibunya, juga ikut hancur. Saat inilah, ia berkontribusi, sekaligus memanfaatkan, pada ketenaran Arthur Rimbaud dengan menerbitkan kumpulan puisi Rimbaud yang berjudul “Illuminations“. Karya tersebut adalah kenangan terakhir Rimbaud untuknya saat pertemuan terakhir mereka di Stuttgart, Jerman, pada tahun 1875. Di dalam buku tersebut, Verlaine memberikan kata pengantar.

Meskipun kondisi kesehatannya terus menurun karena kecanduan alkohol, kebesarannya sebagai penyair tak surut. Ia diminta berpartisipasi dalam berbagai kongres di Eropa. Bahkan ia masih memberikan ceramah di hadapan publik meski sudah tak dapat berbicara lancar karena pengaruh buruk alkohol.

Di tengah kondisinya yang sekarat, para penyair mengumumkan gelarnya sebagai Pangeran Para Penyair, atau “Prince des Poetes“. Dan ia pun meninggal pada 8 Januari 1896 paru-paru yang dipenuhi cairan. Kepergiannya dihantarkan oleh ribuan orang yang mengaguminya. Ia dimakamkan di Cimetière des Batignolles di Paris, Prancis.

Demikianlah penulis menyusun latar belakang sejarah pergerakan sastra dan riwayat hidup pada artikel pertama mengenai Paul Verlaine. Selanjutnya, pada artikel kedua, penulis akan menyajikan karakter khas Paul Verlaine dan daftar karyanya. (Pat)

 

""
""
""
LAINNYA