SASTRA | TD – Sebagai sastrawan puncak di Tanah Air, Goenawan Mohamad tentunya mempunyai segudang karya. Baik esai, puisi, naskah drama, naskah sendratari, dan novel. Bahkan, Goenawan Mohamad pun mempunyai banyak karya lukis.
Lalu, karya apa saja yang direkomendasikan untuk dibaca dari Goenawan Mohamad?
Sebenarnya semua karya Goenawan Mohamad layak dan perlu untuk dibaca. Untuk khalayak umum, misalnya, esai-esainya dapat menambah keluasan wawasan. Karena Goenawan Mohamad mempunyai bacaan yang luas, esainya merupakan cerminan dari pemikiran Goenawan atas apa yang ia baca.
Tetapi perlu dipahami bahwa ciri khas Goenawan Mohamad adalah seringkali ada ambiguitas dalam karyanya. Dari ambiguitas tersebut, Goenawan Mohamad bermaksud menyediakan ruang luas bagi pembaca untuk berpikir dan memutuskan pendapatnya sendiri, terlepas dari apa yang sudah terjadi.
Ambiguitas juga merupakan salah satu teknik menulis yang menciptakan gema. Dengan teknik ini, apa yang dibicarakan penulis dalam karyanya akan terus bergema di benak pembaca.
Berikut 10 buku Goenawan Mohamad yang patut kamu baca.
1. Catatan Pinggir
Catatan Pinggir adalah kumpulan rubrik Tempo yang ditulis oleh Goenawan Mohamad sejak 1976. Seluruh Catatan Pinggir ada 12 edisi.
2. Pariksit
Pariksit adalah kumpulan puisi pertama Goenawan Mohamad. Sebagian besar isinya telah terbit terlebih dahulu di majalah sastra Horizon. Dua yang terkenal dari kumpulan puisi Pariksit adalah “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi” dan “Dingin Tak Tercatat”.
3. Interlude
Interlude adalah kumpulan puisi kedua Goenawan Mohamad. Buku ini berisi 16 puisi dalam 33 halaman. Beberapa sastrawan mengatakan puisi-puisi dalam Interlude tidak begitu mudah dipahami. Meskipun begitu, kelihaian Goenawan Mohamad tetap membuat setiap karyanya menjadi berkesan dan dibaca hingga kini. Dua dari puisi dalam Interlude adalah “Di Kebun Jepun” dan “Potret Taman untuk Allen Ginsberg”.
4. Asmaradhana
Asmaradhana adalah puisi yang mengangkat kembali kisah pewayangan Jawa, Damarwulan. Puisi Asmaradhana yang terkesan mesra dan akrab dengan suasana sunyi ini masih dibaca hingga sekarang.
5. Sajak-sajak Lengkap 1961-2001
Buku setebal 216 halaman ini terbit tahun 2001 dan memenangkan Kusala Sastra di tahun yang sama.
6. Misalkan Kita di Sarajevo
Buku ini diterbitkan setelah Goenawan Mohamad tampak vakum, atau menulis tetapi tidak diterbitkan, dalam beberapa waktu terkait pembredelan Tempo.
7. Tujuh Puluh Puisi
Buku ini diterbitkan bertepatan dengan 70 tahun usia Goenawan Mohamad.
8. Surti + Tiga Sawunggaling
Buku ini merupakan novel yang ditulis dari naskah teater dengan judul sama. Kelihaian Goenawan Mohamad menjalin kisah dan suasana sunyi yang muram menonjol dalam buku novel ini.
9. Kata dan Pengalaman
Buku ini merupakan esai atas karya-karya Sapardi Djoko Damono. Melalui buku ini terungkap rasa penghargaan Goenawan kepada rekan sezamannya tersebut.
10. Rupa, Kata, dan yang Grotesk
Menandai era beralihnya minat Goenawan Mohamad untuk berkarya dari puisi ke seni rupa. Dalam buku esai ini, Goenawan membahas seni dan seni rupa dan apa-apa yang ia anggap unggul dalam bidang tersebut. Dalam buku ini, Goenawan menulis antara lain tentang pandangan Adorno dan Nietzsche dalam hal seni. ***