SASTRA | TD – William Shakespeare, salah satu penulis terbesar dunia yang karya-karyanya masih dipentaskan hingga hari ini, sempat diragukan oleh banyak orang sebagai nama asli dari seorang dramawan.
Keraguan yang timbul setelah abad ke-19 tersebut menyatakan bahwa William Shakespeare sebenarnya adalah seorang penulis yang lebih suka bersembunyi dalam nama pena.
Bahkan, keraguan akan kesejatian pribadi Shakepeare kemudian berkembang dengan berbagai spekulasi. Misalnya tentang agamanya, seksualitasnya, ataupun kerevolusionerannya. Di sisi lain, juga berkembang isu bahwa karya-karya Shakespeare sebenarnya adalah karya dari berbagai kelompok penulis.
Namun, berbagai fakta tertulis kemudian dikumpulkan untuk membuktikan bahwa Shakespeare benar-benar sebuah pribadi sejati.
Bukti-bukti Keberadaan William Shakespeare
Terdapat berbagai dokumen tentang kehidupan William Shakespeare dari kota tempatnya dilahirkan, Stratford di Inggris. Mulai dari pembaptisan di gereja, pernikahannya, pembaptisan anak-anaknya, dan kisah tentang keluarganya yang cukup berpengaruh di sana.
Terdapat juga dokumen bahwa ia sering berinvestasi pada tanah pertanian di sekitar Stratford. Dan New Place merupakan tempat tinggalnya di Stratford.
Selain itu, terdapat referensi bahwa Sir William Davenant, putra sahabatnya di Oxford, merupakan anak baptis William Shakespeare.
Beberapa bukti lainnya terangkum dalam riwayat singkat dan karya-karyanya berikut ini.
William Shakespeare lahir sebagai buah pernikahan antara John Shakespeare dengan Mary Arden. John berasal dari Snitterfield, sebuah pedesaan para petani. Dan, Mary asli penduduk Stratford.
John mempunyai pengaruh yang kuat di Stratford karena ia berhasil duduk di Dewan Kota dan menjadi juru sita tinggi.
William diperkirakan lahir pada April 1564, karena terdapat surat baptisnya yang tertanggal 23 April 1564.
Dan, pada usia remaja, ia diprediksi masuk ke sekolah tata bahasa setempat. Namun, ia tidak melanjutkannya ke pendidikan tinggi. Kemungkinan, saat itu situasi ekonomi keluarganya memburuk, karena ayahnya yang terlibat hutang.
Meskipun buruk, situasi tersebutlah yang mengantar William menjadi penulis yang paling dibicarakan dunia hingga masa kini. Terdapat referensi berasal dari London yang menunjukkan pada tahun 1952, bahwa Shakespeare telah melalui tahun-tahun bekerja sebagai aktor dan menulis naskah-naskah yang dipentaskan di panggung besar.
Saat itu, para ahli yakin bahwa tetralogi Shakespeare, yakni “Wars of the Roses” telah selesai ditulis. Begitu juga dengan “The Two Gentlemen of Verona“.
Kebesaran Shakespeare di panggung teater saat itu sempat menimbulkan kecemburuan di antara para seniornya. Mereka mengatakan bahwa Shakespeare tak lebih dari gagak yang meminjam bulu-bulu indah mereka.
Kemudian, William Shakespeare mendapatkan pelindung, yakni bangsawan Southampton bernama Henry Wriothesley. Untuknyalah, Shakespeare kemudian mempersembahkan dua puisi panjangnya, yang berjudul “Venus and Adonis” dan “The Rape of Lucrece“.
Shakespeare kemudian bergabung dengan teman-temannya mendirikan Lord Chamberlain’s Men, yang merupakan kelompok teater di bawah perlindungan bangsawan Chamberlain, Henry Carey. Kelompok ini nantinya akan disebut sebagai King’s Men saat Raja James I dari Inggris bertahta.
Dalam kelompok inilah karya-karya terbesar Shakespeare lahir. “Hamlet“, misalnya, ditulis tahun 1600-1601. Kemudian “Othello“, “King Lear” dan “Macbeth” ditulis sepanjang 1604 hingga 1607.
Sejak berada di Lord Chamberlain’s Men, Shakespeare hanya mengkhususkan diri menulis skenario. Karya-karyanya yang lain, yakni roman “The Winter’s Tale“, dan “The Tempest“.
“The Tempest” sempat diperkirakan menjadi karya terakhirnya. Dan, “Epilog Prospero“ yang terdapat di dalamnya diyakini sebagai salam perpisahan Shakespeare dengan dunia panggung.
Meskipun demikian, terdapat naskah-naskah lain yang kemudian muncul. Misalnya naskah “Cardenio” yang tak lagi ditemukan, “Henry VIII” yang pementasannya justru menimbulkan kebakaran di gedung teater, dan “The Two Noble Kinsmen“. Ketiga naskah tersebut merupakan kerja bareng William Shakespeare dengan John Fetcher.
Sejak 1607, William Shakespeare lebih memilih untuk mendekatkan diri dengan keluarga. Dari petualangannya ke berbagai tempat sebagai seniman kerajaan, ia kembali ke rumahnya, New Place di Stratford.
Adapun, William Shakespeare telah menikah pada usia 18 tahun dengan seorang perempuan cantik yang lebih tua 8 tahun darinya, bernama Anne Hathaway. Mereka dikarunia 3 orang anak, seorang putri sulung, dan sepasang kembar lelaki perempuan. Sayangnya, si kembar putra, Hamnet, meninggal pada usianya yang ke-11.
Pada tahun 1607 tersebut, William menikahkan putri sulungnya, Susanna, dan memperoleh cucu perempuan 7 bulan kemudian.
Sedangkan putri keduanya, Judith, menikah pada tahun 1616. Pada serangkaian pesta yang diadakan bersama teman-temannya, William disebut minum terlalu banyak dan kemudian meninggal dunia.
Ia meninggalkan warisan sebagian besar untuk putri sulungnya, sejumlah uang untuk putri keduanya, dan berbagai benda dan uang untuk para koleganya.
Shakespeare kemudian dimakamkan dalam gereja tempat ia dibaptis semasa bayi. Makam tersebut ditutup dengan batu lantai gereja dengan catatan di atasnya:
“Kawan baikku, demi Yesus, janganlah gali lubang yang tertutup rapat ini.
Berkatlah bagi mereka yang mengamankan batu-batu ini, dan kutuklah bagi orang-orang yang memindahkan tulang-tulangku.”
William Shakespeare memang dikenal selalu mempunyai persediaan humor di tengah-tengah cerita tragis seperti yang ia tulis. Tanggal kelahiran dan kematiannya sebenarnya tidaklah pasti, kecuali berada di sekitar tanggal yang sama, yakni 23 April. (Pat)