Marry Shelley: Cinta Sejati, Lahirnya ‘Frankenstein’, dan Karya Lainnya (2)

waktu baca 4 menit
Senin, 2 Sep 2024 11:21 0 60 Patricia Pawestri

SOSOK | TD – Setelah sukses dalam penjualan ‘Frankenstein‘ dalam beberapa edisi, Mary kemudian memutuskan tampil sebagai penulis asli buku tersebut. Dan pada edisi yang terbit tahun 1831, tertulis kata pengantar darinya yang menyatakan bagaimana ia memperoleh inspirasi untuk menuliskan novel itu:

Saya melihat seorang mahasiswa bermuka pucat dari seni yang mengerikan dan berlutut di samping sesuatu yang ia kumpulkan. Saya melihat khayalan mengerikan dari seorang manusia yang terbaring, dan kemudian, di atas sebuah karya mesin yang kuat, ia menunjukkan tanda-tanda hidup, dan berputar dengan seret, gerak vital yang terpatah-patah. Yang paling mengerikan bisa jadi; untuk yang benar-benar ngeri bisa jadi merupakan dampak dari upaya manusia untuk meremehkan mekanisme menakjubkan dari Sang Pencipta dunia.

Cerita ‘Frankenstein’

Novel Mary Shelley berjudul ‘Frankenstein, The Modern Prometheus’ menceritakan tentang seorang ilmuwan bernama Victor Frankenstein yang menciptakan makhluk mengerikan dalam penelitiannya. Makhluk mirip monster tersebut berukuran lebih dari 2 meter, dan tercipta dari bagian-bagian tubuh manusia dan hewan yang telah meninggal, yang kemudian disatukan dan berhasil dihidupkan.

Namun, karena Victor sangat takut, ia kemudian meninggalkan makhluk tersebut untuk mengadakan perjalanan ke berbagai tempat. Sedangkan makhluk tersebut akhirnya lari ke hutan.

Monster buatan Victor merupakan makhluk cerdas yang berupaya untuk belajar hidup. Ia mengintip sebuah keluarga yang tinggal di tepi hutan untuk memahami bagaimana berbicara dan membaca.

Namun, karena wujudnya yang mengerikan, monster tersebut membuat warga ketakutan dan selalu mendapatkan penolakan. Bahkan kemudian ia kemudian diburu karena meresahkan setelah kerap menakuti dan membunuh.

Monster yang akhirnya disebut sebagai Frankenstein, sesuai nama pembuatnya itu, kemudian merasa kesepian dan mencari Victor untuk membalas dendam atas semua kesedihan yang ia alami.

Pencarian tersebut berbalik arah menjadi pemburuan Victor atas dirinya hingga ke Antartika yang penuh es. Di sanalah makhluk tersebut menghilang dan tak pernah ditemukan lagi.

Pesan Sains dalam Novel ‘Frankenstein’

Salah satu kanal berita luar negeri menyebutkan bahwa Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyimpulkan novel ‘Frankenstein‘ karya Mary Shelley berusaha menyampaikan pesan bahwa para ilmuwan atau peneliti memiliki tanggung jawab besar atas percobaan apa pun yang mereka lakukan.

Dan, mengabaikan risiko dari percobaan ilmiah dapat menimbulkan bahaya, yang bahkan dapat menghilangkan nyawa manusia.

Namun, pesan dari Mary Shelley ini bukan tidak mendapat sanggahan. Chris Baldick, seorang kritikus, mengatakan adaptasi yang dilakukan Mary dalam novel ‘Frankenstein‘ hanyalah sebuah kesalahpahaman dan mitos.

Karya-karya Serupa dengan ‘Frankenstein’

Novel karya Mary Shelley sebenarnya bukanlah satu-satunya yang membahas bagaimana kecanggihan teknologi yang dibuat manusia berakhir dengan terbunuhnya manusia itu sendiri.

Beberapa karya semacam juga hadir, misalnya, dari tangan Jean Baptiste Cousin de Grainville dalam novel berbentuk puisi prosa berjudul ‘Le Dernier Homme‘ atau ‘The Last Man‘, puisi-puisi Lord Byron, dan juga puisi-puisi Thomas Campbell.

Karya-karya Selanjutnya dari Mary Shelley

Mary sangat produktif menulis. Dari banyak karyanya yang terkenal, beberapa di antaranya adalah ‘Valperga‘, ‘The Last Man‘, dan ‘Lodore‘. Selain novel, ia juga menulis puisi, cerita pendek, dan esai.

Ia juga menulis cerita bergenre fiksi untuk The London Magazine. Serta mengabadikan biografi suaminya dalam ‘The Life of Percy Bysshe Shelley’. Serta mengedit dan menerbitkan karya-karya dari suaminya tersebut.

Cinta Sejati Mary Shelley kepada Percy Bysshe Shelley

Meskipun kerap dilanda isu kehidupan yang tragis, termasuk dalam hubungannya dengan sang suami, Mary tetap mencintai Percy hingga akhir hayat.

Cinta Mary dapat terlihat dengan disimpannya organ jantung Percy, yang tidak turut serta dikremasi setelah kematian akibat tenggelam di sebuah kapal. Organ tersebut membatu akibat pengapuran karena tuberkulosis yang diderita Percy.

Konon, Mary membawa jantung yang membatu tersebut ke mana pun ia pergi sebagai kenangan akan suaminya. Dan, pada tahun 1851, ketika Mary telah tiada, jantung tersebut ditemukan terbungkus lembaran puisi ‘Adonais‘ milik Percy di atas meja kerja Mary.

Mary Shelley meninggal dunia karena menderita tumor otak hingga organ-organ tubuhnya mengalami kelumpuhan. Penderitaan ini bermula pada tahun 1839, hingga akhirnya ia wafat pada 1 Februari 1851. (Berakhir) (Pat)

 

 

Unggulan

LAINNYA