Kyai, Jawara, dan Modal Sosial Membangun Banten

waktu baca 8 menit
Sabtu, 28 Sep 2024 05:59 0 147 Redaksi

RESENSI | TD – Di tengah derasnya arus modernisasi yang melanda, Banten, sebagai provinsi yang kaya akan sejarah dan budaya, dihadapkan pada tantangan yang tidak sedikit. Dua entitas yang telah mengakar kuat dalam masyarakat Banten, yaitu kyai dan jawara, kini semakin relevan dalam upaya membangun masa depan yang lebih baik. Dalam pandangan Lili Romli, kolaborasi antara kyai dan jawara bukan hanya sebuah sinergi, melainkan juga merupakan modal sosial yang berpotensi besar untuk mendorong kemajuan di Banten.

Kyai dan Jawara: Relasi yang Tak Terpisahkan

Kyai, sebagai pemilik pesantren, memegang peranan krusial dalam pendidikan generasi muda. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kanuragan. Hubungan yang terbentuk antara kyai dan jawara menjadi semakin mendalam, karena jawara sebagai hasil didikan kyai berfungsi sebagai pelindung pesantren dan penjaga nilai-nilai yang diajarkan. Keduanya tidak bisa dipisahkan; mereka adalah dua sisi dari koin yang sama.

Sikap ini penting untuk dipahami, mengingat keberadaan jawara tidak lepas dari peran kyai. Seperti yang diungkapkan oleh Tihami (1992), kyai tidak hanya mengajarkan kitab kuning, tetapi juga mempersiapkan jawara untuk melindungi pesantren dari ancaman. Ini adalah relasi yang harus dijaga, terutama di tengah perubahan zaman yang berpotensi mengikis nilai-nilai tradisional. Keberadaan kyai memberikan legitimasi spiritual bagi jawara dalam menjalankan perannya di masyarakat. Dalam konteks ini, kyai menjadi pilar spiritual yang memberikan landasan bagi jawara dalam menjaga stabilitas sosial di Banten.

Sejarah Perlawanan yang Menginspirasi

Sejarah Banten dipenuhi dengan momen-momen heroik yang melibatkan kyai dan jawara dalam perjuangan melawan penjajah. Peristiwa “Geger Cilegon” pada tahun 1888 adalah contoh yang menonjol. Dalam peristiwa ini, kyai memimpin perlawanan dengan dukungan jawara. Sinergi antara mereka tidak semata-mata mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga motivasi spiritual dan moral untuk melawan penindasan.

Perlawanan yang dilakukan oleh kyai dan jawara adalah cerminan semangat kolektif masyarakat Banten yang berjuang untuk hak dan martabat. Keberanian yang ditunjukkan oleh kyai dan jawara seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan melawan ketidakadilan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Dalam konteks ini, penting untuk menggali lebih dalam mengenai nilai-nilai yang dibawa oleh kyai dan jawara, serta bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam konteks modern.

Kedua entitas ini, kyai dan jawara, tidak hanya berjuang untuk kepentingan individu atau kelompok, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat luas. Sejarah mencatat bahwa perjuangan mereka tidak hanya sekadar melawan penjajah, tetapi juga melawan ketidakadilan sosial yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, semangat kolektif ini harus terus dipertahankan dan dijadikan acuan dalam menghadapi tantangan kekinian dan masa depan.

Menghadapi Tantangan Era Modern

Namun, perjalanan waktu membawa perubahan pada peran kyai dan jawara. Modernisasi dan dinamika sosial-politik telah mengubah pengaruh tradisional mereka. Meskipun demikian, kyai dan jawara tetap dihormati di masyarakat. Banyak jawara kini beralih ke dunia bisnis dan politik, melangkah keluar dari kultur tradisional menuju ranah yang lebih luas.

Perubahan ini menghadirkan tantangan baru bagi kyai dan jawara. Dalam dunia politik, misalnya, jawara yang terlibat sering kali dihadapkan pada godaan untuk mengabaikan nilai-nilai yang selama ini dijunjung. Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah mereka tetap berkomitmen untuk membela kepentingan masyarakat yang lemah, ataukah mereka terjebak dalam permainan politik pragmatis yang mengabaikan aspirasi rakyat?

Keterlibatan jawara dalam politik dapat menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Keterikatan dengan kekuasaan dapat mengubah sudut pandang dan tujuan awal mereka. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai yang diajarkan oleh kyai. Tanpa landasan yang kuat, ada risiko besar bahwa jawara akan kehilangan arah dan tujuan.

Pengalaman masa lalu, seperti kedekatan jawara dengan pemerintah pada era Orde Baru, menunjukkan bahwa hal ini tidak selalu membawa dampak positif. Banyak jawara terjebak dalam pola patronase yang mengorbankan integritas demi keuntungan pribadi. Kesadaran kolektif antara kyai dan jawara diperlukan agar mereka tetap berpegang pada nilai-nilai pendahulu mereka dan tidak tergoda oleh kekuasaan yang bersifat sementara.

Modal sosial menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Pierre Bourdieu menjelaskan bahwa modal sosial adalah sumber daya individu atau kelompok yang berasal dari jaringan sosial. Dalam konteks Banten, modal sosial yang dimiliki kyai dan jawara sangat berharga. Jaringan yang kuat, kepercayaan di antara anggota komunitas, dan kemampuan untuk bekerja sama menjadi kekuatan mengatasi tantangan.

Modal sosial ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah yang ada di masyarakat Banten. Keterlibatan kyai dan jawara dalam pembangunan tidak hanya akan membawa keuntungan pribadi, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, mereka dapat bekerja sama untuk menggalang dukungan bagi proyek-proyek pembangunan yang pro-rakyat. Kolaborasi ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memupuk rasa saling percaya di antara warga Banten.

Namun, untuk memanfaatkan modal sosial ini secara optimal, kyai dan jawara perlu melakukan pendekatan yang lebih inklusif. Mereka harus melibatkan generasi muda dalam setiap langkah yang diambil, sehingga semangat perjuangan untuk mengejar kemajuan dan keadilan dapat terus berlanjut. Generasi muda sebagai penerus harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, agar mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam membangun masa depan Banten.

Menjawab Tantangan: Kyai dan Jawara Harus Bersatu

Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Banten tidak dapat diabaikan. Meskipun Banten kini telah berstatus sebagai provinsi, banyak masalah yang masih menghinggapi, seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Pertanyaannya adalah, bagaimana kyai dan jawara dapat bersatu untuk mengatasi isu-isu ini?

Lili Romli percaya bahwa saatnya bagi kyai dan jawara untuk kembali bersatu, membangun Banten dengan semangat yang sama seperti yang mereka tunjukkan dalam perlawanan terhadap penjajah. Keduanya harus mampu merangkul generasi muda untuk berpartisipasi dalam pembangunan, sehingga semangat perjuangan untuk mengejar kemajuan dan keadilan dapat terus berlanjut.

Dengan memanfaatkan politik desentralisasi dan otonomi daerah yang ada saat ini, banyak kesempatan bagi kyai dan jawara untuk berkolaborasi dalam menciptakan kebijakan yang pro-rakyat. Mereka harus saling mendukung, mengingat bahwa tujuan mereka adalah sama: mensejahterakan masyarakat Banten. Dengan begitu, kolaborasi antara kyai dan jawara dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan masyarakat.

Membangun Kesadaran Kolektif

Dalam konteks ini, penting untuk membangun kesadaran kolektif di kalangan kyai dan jawara mengenai tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak dini, baik di pesantren maupun dalam komunitas. Kyai harus mampu menjadi teladan dalam menanamkan nilai-nilai sosial yang positif, sementara jawara harus berperan aktif dalam mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, kyai bisa mengajak jawara untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti penyuluhan tentang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan ekonomi. Kegiatan semacam ini tidak hanya akan memperkuat ikatan antara kyai dan jawara, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Keterlibatan dalam kegiatan sosial ini juga dapat menjadi sarana bagi generasi muda untuk belajar tentang nilai-nilai kepemimpinan dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, mereka akan lebih siap untuk mengambil peran aktif dalam membangun Banten di masa depan.

Peran Media dan Teknologi

Di era modern ini, peran media dan teknologi sangat penting dalam menyebarluaskan informasi dan membangun kesadaran di kalangan masyarakat. Kyai dan jawara harus memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kolaborasi dalam pembangunan. Mereka dapat melakukan kampanye yang menekankan nilai-nilai kerjasama, gotong royong, dan saling menghormati.

Media juga dapat berperan sebagai jembatan antara kyai, jawara, dan masyarakat. Melalui pemberitaan yang positif dan konstruktif, media dapat membantu membangun citra baik kyai dan jawara di mata masyarakat. Di sinilah pentingnya peran jurnalis dalam menggali informasi yang akurat dan menyajikannya dengan cara yang menarik, sehingga masyarakat dapat lebih memahami peran strategis yang dimainkan oleh kedua entitas ini.

Penutup: Melanjutkan Warisan Sejarah

Dalam perjalanan sejarah Banten, kyai dan jawara telah memberikan andil besar dalam membentuk masyarakat. Kini, ketika Banten berusia jelang 24 tahun sebagai provinsi pada 2024 ini, peran mereka masih sangat dinanti. Kita tidak boleh membiarkan warisan sejarah ini hilang ditelan arus modernisasi.

Oleh karena itu, mari kita dukung kolaborasi ini, agar modal sosial yang dimiliki masyarakat Banten dapat menjadi fondasi untuk mencapai kesejahteraan yang selama ini kita impikan. Dengan menyatukan kekuatan kyai dan jawara, Banten dapat menjadi contoh bagi daerah lain tentang bagaimana modal sosial dapat digunakan untuk menciptakan perubahan yang positif.

Dengan semangat kebersamaan dan tekad untuk mensejahterakan rakyat, mari kita lihat kyai dan jawara sebagai pilar utama dalam membangun Banten menuju masa depan yang lebih baik. Kolaborasi mereka adalah kunci untuk membuka potensi yang ada di masyarakat, dan dengan demikian, harapan untuk Banten yang lebih sejahtera bukanlah sebuah impian yang mustahil, tetapi dapat menjadi kenyataan yang dapat kita capai bersama.

Dengan memanfaatkan kekuatan modal sosial yang ada, kita dapat memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang dibawa oleh kyai dan jawara tidak hanya menjadi kenangan, tetapi terus hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Banten. Masa depan yang lebih baik menanti, dan adalah tanggung jawab kita semua untuk mewujudkannya.

*Artikel ini diresume oleh Mohamad Romli, Redaktur TangerangDaily dari karya intelektual berjudul: Kyai, Jawara dan Modal Sosial, penulis: Prof. Lili Romli, dalam buku Banten dalam Ragam Perspektif: Bunga Rampai Pemikiran Kritis ICMI Orwil Banten yang diterbitkan oleh ICMI Orwil Banten, Cetakan pertama, Mei 2020. (Red)

LAINNYA