Lawang Sewu: Menyusuri Jejak Sejarah dan Budaya di Semarang

waktu baca 4 menit
Selasa, 14 Jan 2025 09:22 0 59 Redaksi

TRAVEL | TD – Setelah melewati semester yang padat, kami, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang, memutuskan untuk menjelajahi sejarah Indonesia. Pada Sabtu, 24 Februari 2024, kami memilih Semarang sebagai destinasi, dengan Lawang Sewu sebagai tujuan utama. Kunjungan ini bukan sekadar sarana pembelajaran, tetapi juga momen berharga untuk mempererat kebersamaan kami.

Dini hari, kami berangkat dari Tangerang dengan semangat yang menggebu. Perjalanan yang memakan waktu sekitar tujuh jam terasa singkat berkat kehangatan kebersamaan. Tawa, obrolan seru, dan diskusi ringan mengisi waktu kami di dalam bus. Setibanya di Semarang, kami disambut oleh pemandangan kota yang asri, dipenuhi sentuhan budaya dan sejarah yang kental.

Ketika akhirnya tiba di Lawang Sewu, kami terpana oleh megahnya bangunan yang berdiri kokoh di tengah hiruk-pikuk kota. Langit cerah dan angin sepoi-sepoi menambah keindahan suasana. Lawang Sewu, yang secara harfiah berarti “Seribu Pintu,” merupakan salah satu ikon bersejarah yang paling terkenal di Semarang. Dulu, bangunan ini adalah kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api pada masa kolonial Belanda.

Setelah registrasi dan pembagian kelompok, kami memulai eksplorasi bangunan yang terkenal akan keindahan arsitekturnya. Seorang pemandu wisata menyambut kami dengan penjelasan mendalam tentang sejarah Lawang Sewu. “Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907, bangunan ini adalah contoh arsitektur kolonial yang dirancang dengan sangat baik untuk menghadapi iklim tropis,” jelas sang pemandu.

Dengan gaya arsitektur yang khas, jendela besar dan pintu-pintu sejajar rapi menciptakan kesan megah. Meskipun disebut “Seribu Pintu,” jumlah pintu di sini sebenarnya kurang dari seribu, tetapi kombinasi antara pintu dan jendela yang banyak memberikan kesan seolah-olah tak terhitung jumlahnya.

Kami diajak berkeliling ruang-ruang besar, koridor panjang, dan tangga yang megah. Relief kaca patri yang menghiasi bagian dalam bangunan menambah keindahan, mencerminkan perpaduan seni dan sejarah. Beberapa teman tidak tahan untuk memotret setiap sudut yang menarik, sementara yang lain asyik mendengarkan penjelasan pemandu.

Bangunan gedung di Lawang Sewu. (Foto: Dok. Penulis untuk TangerangDaily)

Namun, Lawang Sewu bukan hanya menyimpan keindahan. Bangunan ini juga memiliki cerita kelam. Saat masa pendudukan Jepang, tempat ini digunakan sebagai penjara dan menjadi lokasi banyak tragedi. Pemandu kami dengan penuh hormat menyampaikan sejarah tersebut, mengingatkan kami akan pentingnya mengenang masa lalu tanpa meninggalkan kesan mistis.

Menjelang sore, kami melangkah keluar ke taman sekitar Lawang Sewu. Pohon-pohon rindang dan suasana yang tenang membuat tempat ini sangat nyaman untuk bersantai. Beberapa dari kami duduk di bangku taman, menikmati keindahan bangunan dari kejauhan, sementara yang lain sibuk mengambil foto grup untuk mengabadikan momen ini.

Kunjungan ke Lawang Sewu ditutup dengan sesi refleksi singkat. Banyak teman menyampaikan rasa takjub akan betapa pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah. Lawang Sewu, dengan segala kisahnya, mengajarkan kami untuk tidak melupakan akar sejarah bangsa.

Ketika kembali ke penginapan, rasa lelah mulai terasa, tetapi senyum di wajah kami tetap terpancar. Perjalanan ini bukan hanya menambah wawasan kami tentang sejarah Indonesia, tetapi juga mempererat persahabatan di antara kami. Lawang Sewu telah memberikan kami pengalaman berharga tentang bagaimana menghargai masa lalu dan menjadikannya pelajaran untuk masa depan.

Dari perjalanan ini, kami belajar beberapa hal penting:

Warisan Sejarah yang Berharga

Lawang Sewu adalah pengingat bahwa setiap sudut sejarah memiliki cerita yang layak untuk dijaga dan dihormati. Kami semakin sadar akan tanggung jawab generasi muda untuk melestarikan warisan budaya Indonesia.

Koneksi dengan Masa Lalu

Melihat langsung situs bersejarah seperti Lawang Sewu membuat kami merasa lebih dekat dengan masa lalu bangsa. Kisah-kisah yang tertoreh di balik bangunan ini memberikan wawasan tentang nilai-nilai yang membentuk jati diri bangsa Indonesia. Kami menyadari bahwa sejarah bukan hanya sekadar catatan, tetapi juga bagian dari identitas kita.

Kebersamaan yang Bermakna

Perjalanan ini bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang kebersamaan. Kami belajar bahwa menjelajahi sejarah bersama-sama menciptakan pengalaman yang tak ternilai. Tawa, diskusi, dan momen-momen kecil yang kami bagi selama perjalanan ini semakin memperkuat ikatan persahabatan di antara kami.

Penutup

Kunjungan kami ke Lawang Sewu bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang mengajarkan kami untuk menghargai masa lalu dan memahami pentingnya melestarikan warisan budaya. Dengan semangat baru, kami kembali ke Tangerang, bertekad untuk terus menjelajahi dan mencintai kekayaan budaya Indonesia.

Lawang Sewu kini menjadi bagian dari cerita kami, sebuah kenangan yang akan selalu kami bawa. Kami berharap dapat mengunjungi lebih banyak situs bersejarah di masa mendatang, terus menggali dan merayakan kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini. Setiap langkah yang kami ambil adalah langkah menuju pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan identitas kita sebagai bangsa.

Dengan hati yang penuh rasa syukur, kami menutup perjalanan ini, siap untuk menghadapi tantangan baru dan menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran berharga untuk masa depan.

Penulis: Dani Eko Prayoga, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

LAINNYA