Kurikulum Kebahagiaan Hidup

waktu baca 2 menit
Rabu, 30 Agu 2023 10:25 0 45 Redaksi TD

OPINI | TD — Perjalanan hidup manusia harus memiliki perencanaan yang matang dengan terintegrasi Al Qur’an dan hadits sebagai acuan sumber utama dalam mendeskripsikan visi dan misi kehidupan.

Hidup memiliki arti bagi manusia sebagai sesuatu motivasi, tujuan dan harapan. Dalam pandangan Islam hidup adalah ibadah, kehidupan di dunia ini tiada lain hanyalah beribadah kepada sang maha pencipta.

Kebahagiaan merujuk pada kata sa’adah yang berarti bahagia. Imam Al Ghazali dalam karyanya kitab Ihya Ulumuddin, menyatakan sebuah kondisi spiritual saat manusia berada dalam puncak ketakwaan kepada Allah.

Seorang manusia atau rakyat memiliki kebanggaan karena dapat berkenalan dengan jenderal, kegembiraan dan kebahagiaan semakin jadi ketika dapat dikenal dengan presiden. Hanya saja puncak kebahagiaan yang sesungguhnya hanya kepada Allah.

Firman Allah dalam surat 2 Ayat 152 merupakan jawaban Allah yang artinya : Wahai makhlukku manusia jikalau engkau dekat kepadaku pasti aku dekat maka bersyukurlah dengan apa-apa yang telah kuberikan.

Kebahagiaan sesungguhnya dihasilkan dari diri sendiri sebagai esensi kepuasan dalam jiwa. Dari mulai kekayaan harta benda, kesehatan, bahkan jabatan yang tinggi merupakan indikator dari kebahagiaan hidup di dunia. Kebahagiaan yang hakiki sesungguhnya akan hadir ketika manusia makin dekat dengan Allah SWT dan berbuat kebaikan kepada sesama.

Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa harta kekayaan dan kemewahan adalah hiasan dunia. Sedangkan orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan merupakan orang yang bahagia, QS:2 Ayat 189.

Di dalam kitab Nashoihul ‘Ibad dikatakan manusia yang bahagia itu memiliki ciri berhati alim, berprilaku sabar dalam menghadapi ujian hidup dan selalu syukur dalam kesehariannya. Sumber kebahagiaan hidup memiliki hati dan jiwa yang tenang dan damai. Maka manusia jika mengedepankan kebahagiaan dunia semuanya akan sia-sia.

Adapun cara mendapatkan kebahagiaan hidup manusia terpaut hatinya kepada Allah SWT dan senantiasa bersyukur atas kenikmatan yang Allah berikan. Kebahagiaan yang hakiki keadaan yaitu pikiran dan jiwanya merasa tentram secara lahir batin dan menjalani kehidupan ini dengan syukur dan ikhlas.

Semoga kita mampu istiqomah membahagiakan hati dan jiwa kita dekat dengan Allah SWT aamiin. Wallahu A’lam bishawwab.

Penulis : Dr. Zulkifli, MA
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang

LAINNYA