KESEHATAN | TD – Jamur tiram raja, atau king oyster mushroom, merupakan salah satu jamur konsumsi terenak. Dan, tidak hanya dapat menjadi bahan berbagai masakan, jamur ini juga terkenal karena kandungannya yang sangat berguna bagi kesehatan manusia.
Penggunaan jamur tiram raja sudah sangat lama di kawasan Mediterania di Eropa Selatan, dan di Cina (Asia Tengah). Di Cina, jamur ini telah menjadi bahan makanan tradisional sejak ribuan tahun lalu. Dan, juga sebagai salah satu bahan alami herbal, meskipun tidak seterkenal jamur ling zhi dan shiitake.
Gurun subtropis, padang rumput, atau stepa yang kering merupakan wilayah paling sering yang menjadi habitatnya yang alami. Selain di Eropa dan Asia, penyebaran jamur ini juga ditemukan di Afrika Utara.
Jamur dari famili pleurotus ini biasa tumbuh menempel pada akar tanaman Eryngium agavifolium yang telah mati. Nama pohon tempat jamur tiram raja ditemukan ini kemudian menjadi nama belakang ilmiahnya, yaitu Pleurotus eryngii. Selain itu, jamur tiram raja juga dikenal sebagai jamur aprikot, atau jamur umbellatus, menurut nama pohon inangnya. Atau sebagai jamur abalon, karena rasa dagingnya yang mirip dengan kerang abalon.
Secara morfologi, jamur tiram raja mempunyai bentuk tubuh bulat dengan keseluruhan diameter 3 hingga 15 sentimeter. Tudungnya berwarna coklat muda hingga coklat keabu-abuan. Batangnya berwarna putih dan dapat tumbuh 3 hingga 10 sentimeter. Saat tumbuh dewasa, batangnya akan jauh lebih besar daripada tudungnya.
Permintaan pasar akan jamur tiram raja membesar karena kelezatan dan keluwesannya sebagai bahan dari berbagai menu masakan. Daging buahnya tebal, kenyal, dengan aroma yang kuat dan khas. Rasa daging jamur tiram raja dapat menggantikan rasa daging pada menu vegetarian.
Permintaan pasar inilah yang kemudian mendorong pengadaannya secara buatan. Percobaan budidaya jamur tiram raja dilakukan pertama kali pada 1958. Dan menjadi populer di Asia sejak Jepang membudidayakan jamur ini secara intensif pada tahun ’90-an.
Di Amerika, jamur tiram raja mulai masuk ke dalam menu restoran kelas atas pada tahun 2000. Pada tahun 2009, Korea Selatan mengikuti Jepang dalam perkembangan bisnis komoditas ini. Jepang dan Korea Selatan kemudian menjadi pemasok jamur tiram raja di tingkat global.
Sedangkan di Indonesia, jamur tiram raja masuk pertama kali tahun 1986. Percobaan budidaya tingkat komersial dilakukan dengan benih impor dari Cina. Namun, pada saat itu, seluruh hasil panen diekspor ke Singapura. Inilah yang menyebabkan masyarakat Indonesia cukup terlambat mengenal jamur yang lezat dan bergizi tinggi ini.
Seturut perkembangan, terdapat beberapa pebisnis membudidayakan jamur tiram raja untuk dinikmati konsumen lokal. Salah satunya adalah pengelola rumah makan jamur ‘Jejamuran’ yang berada di Yogyakarta. Selain itu, masyarakat juga dapat membeli jamur tiram raja di beberapa hypermart atau melalui online market.
Sebuah jurnal penelitian dari Shandong University of Technology yang terbit melalui IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science pada tahun 2024 mengungkapkan khasiat dan kandungan dari jamur tiram raja.
Kandungan jamur tiram raja, antara lain:
1. Protein sebanyak 25,4%.
2. Lemak 1,88%.
3. Gula 36,78%.
4. Karbohidrat 58,1%.
5. Serat.
6. Berbagai mineral:
– kalsium,
– magnesium,
– zat besi,
– tembaga,
– seng,
– mangan.
7. Berbagai vitamin:
– 7,6 mg vitamin C dalam 100 gram jamur tiram raja, dan
– Vitamin B berupa riboflavin,tiamin, dan niasin.
8. Berbagai senyawa antioksidan, antitumor, dan antivirus, di antaranya:
– Polisakarida
Polisakarida merupakan bioaktif utama dari jamur tiram raja. Senyawa ini dapat membantu mengatasi konsentrasi lemak dalam darah. Sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular.
– Polipeptida
Jamur tiram raja juga memiliki senyawa bioaktif berupa polipeptida yang terkandung dalam miselium jamur. Selain sebagai antioksidan, zat ini merupakan antikanker. Polipeptida bekerja dengan mengaktifkan makrofag dalam sel darah putih dan melancarkan pinositosis. Proses pengaktifan imunitas ini akan membendung infeksi dan pertumbuhan sel kanker.
Penambahan polipeptida dari erinji pada susu kedelai asam juga terbukti meningkatkan jumlah bakteri baik. Misalnya Lactobacillus dan Bacteroidetes phylum. Bakteri ini sangat berguna untuk memperkuat sistem pencernaan dan juga antioksidan.
– Selulosa dan Zat Kitin
Selulosa dan zat kitin dari jamur tiram raja dapat berguna dalam terapi penurunan timbunan lemak pada organ lever (hati). Sehingga dapat memperbaiki fungsi hati dan meningkatkan kemampuannya dalam melakukan antioksidasi.
Jurnal tersebut juga mengungkapkan bahwa penyajian roti gandum dengan taburan bubuk kering erinji dapat meningkatkan kadar fenolik dalam roti. Penambahan jamur ini bermanfaat menurunkan kadar glikemik agar tak terjadi lonjakan gula darah yang berbahaya bagi penderita diabetes.
Demikianlah sejarah dan kandungan serta khasiat dari jamur tiram raja. Jamur yang juga bernama erinji ini telah menjadi bahan makanan dari masyarakat Mediterania dan Cina selama berabad-abad. Penyebarannya ke seluruh dunia dan penelitian atasnya pada masa kini telah mengungkap berbagai manfaat dari jamur tiram bagi kesehatan manusia. (Pat)