Biofluoresensi Kalajengking: Pancaran Hijau-Biru yang Mengagumkan

waktu baca 3 menit
Selasa, 11 Feb 2025 10:49 0 29 Patricia Pawestri

SAINS | TD – Ternyata, tidak hanya kunang-kunang dan ubur-ubur yang dapat memancarkan cahaya berwarna unik yang membuat manusia terkagum-kagum. Kalajengking juga dapat menampilkan cahaya hijau hingga biru yang sangat kontras dan indah dari warna kulitnya semula.

Kemampuan kalajengking untuk menampilkan cahaya hijau atau biru yang cantik ini disebut biofluoresensi. Perubahan warna ini timbul karena kalajengking bersentuhan dengan cahaya ultraviolet yang berasal dari matahari, bulan, kilat, atau lampu UV buatan manusia.

Biofluoresensi versus Bioluminesensi

Bila kunang-kunang atau ubur-ubur memancarkan cahaya oleh sebab bioluminesensi, maka berbeda dengan kalaengking. Pancaran cahaya bioluminesensi dihasilkan oleh organisme melalui reaksi kimia dalam tubuhnya. Sedangkan biofluoresensi terjadi karena kerangka luar atau kulit eskoskeleton kalajengking yang menyerap cahaya dan memancarkannya kembali dalam bentuk gelombang yang lebih panjang. Perbedaan panjang gelombang inilah yang menyebabkan warna yang terserap dengan yang terpantulkan dari kulit kalajengking tampak berbeda.

Proses Biofluoresensi pada Kalajengking

Kerangka luar kalajengking, atau disebut eskoskeleton, mempunyai lapisan kutikula yang mengandung fluorofor. Ada dua jenis fluorofor pada kalajengking, yakni 7-hydroxy-4-methylcoumarin dan beta-carboline. Kedua senyawa ini dapat menyerap cahaya ultraviolet yang tak kasat mata dan memantulkannya kembali dalam cahaya berwarna yang dapat terlihat oleh mata manusia.

Kandungan kedua senyawa penyerap UV pada kulit kalajengking tersebut akan bertambah banyak jika kulit kalajengking bertambah tua. Namun, pada saat molting (pergantian kulit), maka kandungan kedua senyawa tersebut hanya sedikit saja pada kulitnya yang baru dan akan bertambah banyak seiring usia.

Apa Manfaat Biofluoresensi Bagi kalajengking?

Para peneliti masih menduga-duga apa saja manfaat biofluoresensi tersebut bagi kalajengking. Dan beberapa hal menjadi kesimpulan untuk sementara, yaitu:

1. Melindungi diri dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Perubahan warna biofluoresensi menunjukkan kalajengking memiliki kepekaan terhadap sinar ultraviolet. Hal ini juga sekaligus menjadi cara kalajengking melindungi dirinya sendiri terhadap kerusakan akibat paparan UV, dengan cara mengubahnya menjadi cahaya yang lebih ramah bagi kulitnya. Dengan demikian ia dapat beradaptasi dengan lingkungan yang memancarkan cahaya UV yang tajam, yang dapat membakar kulitnya hingga merusak DNA-nya.

2. Menandai wilayah dan menarik pasangannya.

Para peneliti juga memperkirakan cahaya sewarna neon dari biofluoresensi kalajengking dapat berguna dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Cahaya ini bisa menandakan bahwa sedang ada bahaya, untuk menandai wilayah, atau untuk menarik lawan jenisnya ketika malam tiba.

3. Membingungkan hewan pemangsanya.

Sedangkan, sebagian ilmuwan lainnya berpendapat bahwa warna biru bercahaya dari kalajengking kala berbiofluoresensi dapat membingungkan predator yang sedang mengincarnya.

Demikianlah biofluoresensi pada kalajengking yang menghasilkan warna yang indah. Biofluoresensi dapat menjadi petunjuk tentang bagaimana fauna hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya secara alami. Dan, hingga saat ini, para ilmuwan masih meneruskan penelitian guna mengungkapkan apa saja mengenai keajaiban ini. (Pat)

 

""
""
""
LAINNYA