LINGKUNGAN | TD – Para ilmuwan telah memastikan pengaruh buruk mikroplastik bagi pertumbuhan tanaman. Mikroplastik yang terdapat di udara, air, dan tanah terbukti secara ilmiah dapat membuat tanaman tak mampu berfotosintesis. Risiko terburuk dari serangan masif mikroplastik ini, dalam perkiraan para ahli, dapat memicu krisis pangan tingkat global.
Studi ilmiah dari Universitas Nanjing di Tiongkok yang terbit dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America atau PNAS pada awal tahun 2025 membuktikan mikroplastik dapat memperkecil kemampuan fotosintesis pada tumbuhan.
Potongan-potongan plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 milimeter tertunjuk menjadi dalang dari terhalangnya sinar matahari sampai pada klorofil daun. Mikroplastik juga membuat unsur hara tanah sukar terserap akar tumbuhan. Dan, bila menempel pada akar, mikroplastik dapat menyebabkan stres oksidatif. Ketiga hal tersebut mengubah kemampuan tumbuhan hingga gagal berfotosintesis dan membentuk cadangan makanan dalam jaringan tubuhnya.
Hal terakhir inilah yang akan mempengaruhi penyediaan pangan di seluruh dunia. Dan, bila kerusakan ekosistem akibat mikroplastik ini tidak segera mendapat penanganan, diperkirakan krisis pangan akan berangsur terjadi. Puncaknya, tulis peneliti dalam jurnal tersebut, mengatakan 25 tahun ke depan krisis pangan akan melanda lebih dari 400 juta penduduk dunia.
Keprihatinan mengenai permasalahan ini juga terungkap dalam jurnal penelitian Nature Medicine pada tahun ini. Tercatat bahwa mikroplastik, selain di tanah, juga telah ditemukan di udara, air, dalam makanan, serta bahkan dalam otak manusia. Sebuah invasi yang masif dari mikroplastik yang telah meningkat hingga dua kali lipat keberadaannya sejak 8 tahun terakhir.
Sisi terburuk lainnya, terungkap dalam jurnal Microbiology Applied and Environment tahun ini. Mikroplastik telah nyata membuat bakteri patogen resisten terhadap pengobatan, baik di lingkungan maupun dalam tubuh manusia. Hal ini merupakan akibat dari mikroplastik yang memberikan ruang bagi bakteri untuk membentuk lapisan biofilm yang lebih tebal. Lapisan ini akan melindungi mereka dari libasan antibiotik.
Itulah sisi buruk dari mikroplastik yang dapat mengancam kehidupan, baik bagi tumbuhan, hewan, maupun manusia. Untuk menanggulangi keberadaan mikroplastik yang semakin masif merusak lingkungan, beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan.
Bahaya mikroplastik yang berasal dari penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari sudah tentu harus dijabarkan kepada setiap anggota masyarakat. Kesadaran akan hal ini akan menjadi pendorong utama agar masyarakat menghindari atau mengurangi penggunaan barang-barang yang terbuat dari plastik.
Pemerintah bersama pihak swasta, termasuk pendidikan, dapat mengembangkan teknologi yang lebih canggih serta dapat menekan penggunaan plastik dalam keseharian masyarakat. Salah satu inovasi dalam hal ini adalah penggunaan zat organik, seperti singkong, untuk menjadi bioplastic yang lebih mudah terurai dan tidak mengganggu kelestarian alam.
Penanggulangan mikroplastik pada tanah dan air dapat dengan bioremediasi. Yaitu dengan pemberian mikroorganisme bakteri yang mampu memakan atau menguraikan plastik pada lingkungan yang tercemar.
Metode yang ramah lingkungan dari dunia pertanian dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik dan pergiliran jenis tanaman budidaya. Pengusahaan yang organik ini akan meminimalisir sampah plastik dari pembungkus pupuk dan pestisida, serta mempermudah penguraian mikroplastik karena mikroorganisme tanah yang lebih kaya.
Kebijakan pemerintah dan komitmen perusahaan swasta dalam mengelola limbah seoptimal mungkin akan mampu menjaring sampah-sampah plastik yang sebelum mereka dapat beredar di area lingkungan hidup.
Pengurangan jumlah plastik, terutama yang sekali pakai, akan menjadi salah satu kunci untuk mencegah semakin banyak mikroplastik tersebar dan merusak kelestarian lingkungan hidup.
Demikianlah mengenai mikroplastik yang semakin masif merusak lingkungan. Hal ini teruji dalam berbagai penelitian yang memperkirakannya akan menyebabkan krisis pangan dan kesehatan di seluruh dunia.
Untuk memperlambat, atau menanggulangi hal itu terjadi, tentu dibutuhkan komitmen dan kerja sama yang solid antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Mulai dari kebijakan mengenai penggunaan barang-barang plastik. Disertai dengan edukasi, terutama, kepada masyarakat dan pelaku usaha, termasuk petani. Dan juga perbaikan lingkungan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang mampu mempercepat penguraian mikroplastik hingga tak lagi berbahaya. (Pat)