SAINTEK | TD – Jumlah ragam mikroalga diperkirakan mencapai jutaan spesies. Hingga saat ini, 800.000 spesies mikroalga telah diteliti.
Di antara sekian banyak itu, 35.000 spesies kemudian diteliti lebih lanjut. Mikroalga diketahui memiliki 15.000 komponen kimia, dan beberapa di antaranya telah diproduksi menjadi suplemen antioksidan, karotenoid, enzim-enzim, polimer, hingga racun yang berbahaya.
Mikroalga dapat ditemukan dalam berbagai ekosistem perairan alami. Mulai dari sungai, rawa, kolam, danau, perairan pesisir pantai, hingga laut. Keberagaman kondisi di berbagai perairan tersebut juga membuat jenis mikroalga menjadi sedemikian banyak.
Dalam memilih mikroalga yang akan dikembangbiakan, harus dimulai dengan pengumpulan berbagai sampel mikroalga dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan perubahan musim dan lingkungan dapat menghasilkan mikroalga yang berbeda.
Berbagai sampel tersebut kemudian diisolasi hingga waktu tertentu untuk menentukan keseragaman fisiologi, metabolisme produksi, daya tahan atau kesegaran alga, dan sisi potensial ekonominya.
Sampel-sampel mikroalga dalam perlakuan isolasi tersebut dapat digunakan dalam rangka melestarikan keragaman yang ada di alam, sebagai perlindungan bahan genetik, dan juga sumber bahan sekaligus data untuk penelitian tingkat dasar.
Salah satu pusat pengumpulan sampel dan data mikroalga terbesar di dunia adalah The Culture Collection of Algae di University of Texas (UTEX) di Amerika Serikat. Pusat kultur mikroalga ini mengumpulkan tidak kurang dari 3000 strain (varian dalam kultur isolasi).
Terbesar kedua adalah The Provasoli-Guillard National Center for Culture of Marine Phytoplankton (CCMP) yang terletak di the Bigelow Laboratory for Ocean Scienes in West Boothbay Harbor, Maine, Amerika Serikat. Laboratorium ini memiliki sekitar 2500 strain mikroalga.
Pelestarian mikroalga dianggap penting, karena selalu ada kemungkinan hilangnya strain dasar dalam perlakukan budidaya dan perubahan pemberian nutrien. (Pat)