Mendeteksi Pengaruh Tayangan Kartun Berbahasa Inggris, Apakah Benar Berkembang?

waktu baca 6 minutes
Jumat, 18 Jul 2025 11:26 0 Nazwa

OPINI | TD – Di era digital ini, layar telah menjadi pengasuh tak terhindarkan bagi banyak anak usia dini. Tayangan ini dianggap sebagai sarana belajar yang menyenangkan dan efektif karena menggabungkan visual dan audio yang menarik. Alih-alih hanya untuk hiburan pasif, tayangan kartun yang berbahasa Inggris kini dipandang sebagai alat yang berpotensi untuk penguasaan bahasa Inggris anak.

Tak jarang kita melihat anak-anak asyik menonton kartun berbahasa Inggris. Fenomena ini, didorong oleh kemudahan akses terhadap platfrom streaming global dan anggapan bahwa “semakin dini semakin lebih baik” dalam belajar berbahasa asing, memunculkan harapan besar di kalangan orang tua. Banyak yang berharap ini akan menjadi jalan pintas bagi buah hati mereka untuk menguasai bahasa Inggris, sebuah keterampilan yang dianggap krusial di era global.

Namun, perlu diperhatikan bahwa paparan tersebut harus diimbangi dengan penguatan bahasa ibu agar tidak mengganggu perkembangan bahasa dan identitas budaya anak secara menyeluruh. Realita ini memicu perdebatan penting, apakah kebiasaan menonton kartun berbahasa Inggris ini sungguh memberikan keuntungan berbahasa yang besar, atau justru berisiko mengikis fondasi bahasa ibu yang penting bagi perkembangan kognitif dan identitas anak.

Paparan kartun berbahasa Inggris di usia dini memang menawarkan potensi pengenalan kosa kata dan aksen secara natural. Anak-anak yang menonton kartun seperti CocoMelon dalam versi aslinya sering kali menunjukkan kemampuan meniru bahasa atau bahkan memahami perintah sederhana. Kartun seperti CocoMelon sering kali menyajikan kosakata baru dalam konteks visual yang banyak dan berulang.

Dalam CocoMelon, misalnya lagu-lagu tentang buah-buahan, hewan, atau kegiatan sehari-hari seringkali disertai dengan animasi yang jelas, membantu anak menghubungkan kata dengan objek atau tindakan. Pengulangan lirik dan visual juga memperkuat memori kosakata anak, sehingga anak lebih mudah mengingat dan menggunakannya untuk sehari-hari.

Namun, di balik manfaat tersebut, ada konflik di masyarakat mengenai dampak kartun berbahasa Inggris terhadap perkembangan anak usia dini. Sebagian orang tua dan pendidik mendukung penggunaan kartun sebagai media belajar bahasa asing karena dianggap efektif sekaligus menyenangkan. Mereka berpendapat bahwa anak yang terbiasa menonton kartun berbahasa Inggris akan lebih cepat menguasai kosa kata, pelafalan, dan pemahaman konteks bahasa asing.

Studi yang dilakukan di PAUD Mawar menunjukkan bahwa penggunaan film animasi seperti Frozen secara signifikan meningkatkan skor pemahaman kosakata bahasa Inggris anak usia 5-6 tahun, dari rata-rata pretest 62,40 menjadi post-test 75,07. Penelitian lain juga menemukan bahwa anak-anak menjadi lebih semangat belajar bahasa Inggris jika diselingi dengan menonton kartun berbahasa Inggris, karena suasana belajar terasa lebih santai, dan tidak menegangkan.

Di sisi lain, kekhawatiran muncul dari kelompok orang tua dan ahli bahasa yang menyoroti risiko tumpang tindih bahasa. Anak yang terlalu sering terpapar bahasa asing tanpa penguatan bahasa ibu berpotensi mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide kompleks dan abstrak dalam bahasa Indonesia. Fenomena ini disebut sebagai “overlap” atau tumpang tindih bahasa, di mana anak cenderung mencampuradukkan bahasa ibu dengan bahasa asing, sehingga mengganggu perkembangan bahasa dan komunikasi sehari-hari. Anak bisa mengalami penurunan konsentrasi, kesulitan berinteraksi sosial, bahkan perilaku yang tidak stabil.

Perbandingan antara anak yang mendapatkan paparan kartun berbahasa Inggris dengan penguatan bahasa ibu dan anak yang hanya mengandalkan tayangan tanpa pendampingan menunjukkan hasil yang berbeda. Anak yang mendapatkan stimulasi bahasa ibu secara aktif di rumah cenderung mampu menguasai kedua bahasa dengan baik. Mereka dapat mengekspresikan diri dalam bahasa Indonesia dan memahami bahasa Inggris secara pasif maupun aktif.

Ilustrasi Tambahan (Foto: Freepik)

Sebaliknya, anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan konten berbahasa Inggris tanpa interaksi bahasa ibu, cenderung mengalami hambatan dalam berkomunikasi, baik dalam bahasa asing maupun bahasa ibu. Hal ini menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam mengatur waktu menonton dan mendampingi anak saat mengakses tayangan berbahasa Inggris.

Data dari artikel Kompasiana (2025) menunjukkan bahwa film kartun berbahasa Inggris memang memiliki pengaruh positif terhadap penguasaan bahasa siswa, terutama dalam memperluas kosakata dan pengucapan. Namun, penulis juga menekankan pentingnya evaluasi pembelajaran agar tidak hanya berfokus pada nilai akademis, tetapi juga pada kemampuan praktis dan komunikasi sehari-hari.

Sementara itu, survei yang dilakukan oleh Transfer Akademi (2024) mengungkapkan bahwa manfaat menonton kartun berbahasa Inggris tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga perkembangan sosial dan memperkuat ikatan keluarga jika disertai dengan interaksi setelah menonton. Namun, jika anak terlalu lama dibiarkan menonton tanpa pengawasan, mereka bisa menjadi kecanduan dan lebih tertarik menggunakan bahasa kartun daripada bahasa ibu dalam interaksi harian, sebagaimana ditemukan dalam studi jurnal aṣ-ṣibyān.

Dengan demikian, pengaruh tayangan kartun berbahasa Inggris terhadap perkembangan bahasa anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pola asuh di rumah dan keterlibatan orang tua. Kartun dapat menjadi media belajar yang efektif jika didampingi dengan interaksi aktif dalam bahasa ibu dan aturan yang jelas mengenai durasi menonton. Jika tidak, risiko tumpang tindih bahasa dan hambatan komunikasi dalam bahasa ibu dapat terjadi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan lingkungan rumah yang edukatif, seimbang antara penguatan bahasa ibu dan pengenalan bahasa asing, serta selalu memantau konten dan waktu menonton anak.

Melihat manfaat dan risiko yang ada, orang tua perlu mengambil pendekatan yang seimbang dalam menghadapi tayangan kartun berbahasa Inggris untuk anak usia dini, terutama di lingkungan yang lebih dominan berbahasa ibu.

Prioritaskan dan kuatkan bahasa ibu, pastikan bahasa ibu menjadi bahasa utama di rumah. Ajak anak bicara, bernyanyi, membaca buku cerita, dan berinteraksi dalam bahasa ibu mereka. Semakin kuat fondasi bahasa ibu anak, semakin mudah mereka mempelajari bahasa asing di kemudian hari.

Orang tua harus menerapkan batas waktu menonton yang ketat. Pillihlah kartun berbahasa Inggris yang edukatif dan sesuai usia. Fokus pada kartun yang menggunakan kosakata sederhana, pengulangan, dan visual yang jelas untuk mendukung pemahaman. Hindari konten yang terlalu kompleks dan mengandung kekerasan.

Tayangan kartun berbahasa Inggris memang bisa menjadi alat bantu pengenalan bahasa bagi anak usia dini, terutama di lingkungan yang minim paparan bahasa Inggris. Namun, manfaat ini hanya akan optimal jika diimbangi dengan penguatan kuat terhadap bahasa ibu, pembatasan waktu layar yang ketat, pemilihan konten yang bijak, dan yang paling penting, adanya interaksi aktif dari orang tua. Tanpa perhatian dan pendampingan yang tepat, risiko terhadap perkembangan bahasa ibu dan perilaku anak bisa lebih besar daripada manfaat yang didapat.

Oleh karena itu, ini bukan tentang melarang, melainkan tentang kebijaksanaan dan kendali. Orang tua harus bertindak sebagai penjaga, memastikan konten yang disaksikan adalah tepat, edukatif, dan dalam durasi yang sehat. Akankah kita membiarkan layar menuntun arah perkembangan bahasa dan kognitif anak, ataukah kita yang akan membimbing mereka, memastikan mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang, berakar pada budaya sendiri, namun tetap terbuka terhadap dunia global? Pilihan ada di tangan kita.

Penulis: Nazwa Early Rayqah (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang) (*)

LAINNYA