EKBIS | TD – Seiring dengan meningkatnya kemudahan akses pengetahuan, semakin banyak orang menyadari bahwa keberhasilan tidak akan tercapai hanya dengan mengandalkan kecerdasan intelektual semata.
Sebelumnya, kecerdasan intelektual, atau IQ (Intelligence Quotient), sering kali dianggap sebagai faktor utama untuk meraih posisi tinggi atau untuk mengembangkan karier yang cemerlang. Namun, saat ini, terdapat satu keterampilan lain yang lebih sering dijadikan sebagai kunci sukses. Yaitu kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EQ).
Lalu, apa yang menjadikan EQ begitu penting? Mari kita ulas bersama-sama!
Kecerdasan emosional atau emotional intelligence biasanya merujuk pada kemampuan seseorang dalam memahami, mengelola, hingga meng-‘handle‘ emosi diri sendiri. Namun, selain itu, kecerdasan emosional juga bisa terlihat dari seberapa mampu kita memahami dan menyikapi emosi orang lain.
Di lingkungan kerja yang padat dan penuh tekanan, individu yang memiliki EQ tinggi umumnya lebih berhasil dalam menjaga hubungan yang baik. Pribadi seperti demikian cenderung mampu menyelesaikan konflik, serta beradaptasi dengan perubahan. Contohnya, ketika berhadapan dengan atasan yang sedang dalam keadaan marah atau rekan kerja yang tertekan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional tidak mudah terpancing emosi, melainkan dapat merespons dengan tenang dan penuh pengertian.
Selain itu, banyak perusahaan saat ini lebih mencari individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mampu bekerjasama dalam tim. Rasa empati, dan tetap optimis meskipun di tengah kesulitan merupakan kunci yang bagus untuk hal ini.
Bayangkan siapa yang lebih diminati dalam sebuah proyek? Apakah orang dengan otak yang pintar namun mudah marah dan sulit diajak kerja sama? Atau, seseorang yang secara teknisnya biasa saja tetapi menyenangkan dalam diskusi dan mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman? Tentu, karakter yang terakhir inilah yang akan menjadi pilihan bagi pimpinan atau rekan untuk membentuk tim yang kuat.
Kecerdasan emosional juga berkaitan erat dengan kemampuan kita untuk memotivasi diri sendiri. Karena, di dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, sering kali kita harus menghadapi sebuah kegagalan dan kritik. Bahkan, tekanan untuk kita menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline. Dan, pribadi dengan nilai tinggi dalam penguasaan emosional mempunyai kesadaran lebih untuk mengelola semangatnya untuk tetap menyala meski rintangan berat siap menerjang. Mereka inilah yang dapat menjadi andalan untuk menjaga kesolidan dalam tim. Sehingga dapat saling dukung dengan anggota lainnya dalam mengatasi perasaan sedih akan kegagalan, dan mempercepat gerakan bangkit kembali.
Kesimpulannya, pada dunia kerja yang semakin modern, dinamis, serta penuh tantangan ini, EQ telah berubah bukan hanya sebagai nilai tambah, melainkan kebutuhan utama. Memiliki pengetahuan itu penting, namun mampu mengelola emosi dan membina hubungan yang baik dengan orang lain adalah kuncinya untuk bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, mari kita mulai melatih kecerdasan emosional kita dari hal-hal kecil. Misalnya lebih bersabar dalam mendengarkan orang lain, atau belajar mengatasi stres dengan cara yang positif.