Punk is Attitude dan Sikap Politik Ekonomi Berdikari Soekarno

waktu baca 7 menit
Sabtu, 21 Sep 2024 08:11 0 441 Redaksi

EDITORIAL| TD – Dalam perkembangan musik di Indonesia, genre punk rock sering kali menjadi suara bagi kalangan muda yang ingin menyuarakan aspirasi dan kritik terhadap isu sosial. Salah satu band yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai tersebut adalah MCPR (Mooca Caboel Punk Rock). Band ini terbentuk pada tahun 2006 di Solo dan dikenal dengan lirik-lirik yang kritis serta semangat perjuangan. Personel MCPR terdiri dari:

  • Alby Alvian (Vokal, Gitar)
  • Nur Kholis (Drum)
  • Hendrato Puji Waluyo (Gitar, Backing Vokal)
  • Yhousef Maleis (Bass)

MCPR mengalami transformasi penting pada tahun 2012, ketika mereka merilis album pertama mereka berjudul “Make Love Not War.” Pada saat itu, band ini mengubah nama dari MOOCA CABOEL menjadi MCPR. Alby Alvian, vokalis band, menjelaskan, “Kami sadar, apalah arti sebuah nama, tapi kami berada di satu titik di mana nama menjadi bagian penting dalam sebuah brand image yang harus kami jaga dan pikirkan matang-matang.” Pergantian nama ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi antara nama band dan lirik lagu yang mereka bawakan.

Selang waktu antara 2012 hingga 2018, MCPR merilis beberapa karya baik secara fisik maupun di platform digital, di antaranya adalah rilisan fisik 3 way split album bersama Nothing Special dan Automatic (Do You Feel Lucky, Punk?! – 2015) serta single “Kompleks” pada tahun 2017.

Setelah mengalami hiatus selama dua tahun, MCPR kembali ke jalur musik dengan rilis single “Tentang Negeri” pada tahun 2019, yang berkolaborasi dengan seniman dan penulis Fitri Nganti Wani. Single ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan kembali konsep bermusik MCPR yang lebih dewasa dan relevan. Pesan perdamaian dan penghormatan terhadap keberagaman manusia tetap menjadi tema sentral dalam karya-karya mereka.

Pada 30 Agustus 2019, MCPR merayakan peluncuran album kedua mereka berjudul “Sekarang Saatnya.” Momen ini dipenuhi oleh ribuan penggemar yang memadati Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, di mana mereka menyaksikan pertunjukan yang melibatkan beberapa band lain seperti Rebellion Rose (Jogja), The Delgaddo, Kmzeronine, dan The Glow. Album ini berisi sepuluh lagu dalam bahasa Indonesia, yang mewakili banyak isu sosial dan mengkampanyekan tema keberagaman serta persatuan.

Album ketiga mereka, “Song for Priders,” dirilis pada tahun 2023 dan menandai evolusi lebih lanjut dalam gaya musik dan lirik mereka. Kemudian, pada tahun 2024, MCPR meluncurkan album keempat mereka yang diiringi oleh single terbaru berjudul “Terima Kasih Telah Berjuang,” yang dirilis pada 11 Agustus 2024. Lagu ini menandai single ketiga mereka setelah “Song for Priders,” dan menampilkan kolaborasi menarik dengan Grace Lehurliana. Dalam karya ini, MCPR mengajak pendengar untuk merenungkan makna perjuangan, keikhlasan, dan pengakuan terhadap proses yang telah dilalui. Dengan lirik yang penuh makna, lagu ini menjadi manifestasi dari dua sudut pandang mengenai kehidupan dan perjuangan.

Lirik “Punk is Attitude”

Berikut adalah lirik lengkap dari lagu “Punk is Attitude”:

Oy, lihatlah kembali tentang apa yang kita jalani
Berpuluh tahun t’lah berlalu, tak terhenti
Di jalanan temukan berjuta esensi kehidupan
Tentang arti yang sejati, berdikari

Bukan tentang apa yang ada di hidupmu
Tapi tentang jalan pikiranmu
Bukan tentang apa yang kita kenakan
Tapi apa yang kita banggakan

Punk mengajarkan kita ‘tuk mandiri
Bekerja keras di atas kaki sendiri
Punk mengajarkan kita ‘tuk setara
Walau dalam beda, tetap bersama

Punk mengajarkan kita ‘tuk mandiri
Bekerja keras di atas kaki sendiri
Punk mengajarkan kita ‘tuk setara
Walau dalam beda, tetap bersama

Makna dan Interpretasi

Melalui lirik ini, MCPR ingin mengajak pendengar untuk memahami bahwa punk bukan sekadar gaya hidup, tetapi juga filosofi yang mendorong individu untuk berjuang demi kemandirian dan keadilan sosial. Sikap mandiri yang diajarkan dalam musik punk sangat relevan dengan konsep ekonomi berdikari yang dicanangkan oleh Soekarno. Dalam konteks ini, kemandirian bukan hanya berarti berdiri sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan orang lain untuk membangun suatu sistem yang saling menguntungkan.

Ekonomi Berdikari Soekarno

Soekarno, dalam banyak pidato dan tulisannya, menekankan pentingnya ekonomi yang berdikari—konsep yang mencerminkan ide tentang kemandirian ekonomi dan ketidakbergantungan pada kekuatan asing. Salah satu kutipan terkenalnya adalah:

“Seluruh kepulauan Indonesia membutuhkan diri satu sama lain, seluruh kepulauan Indonesia barulah dapat menjadi dasar ekonomis yang kuat bagi industrialisme, jika bergandengan ekonomis satu sama lain.”

Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa untuk mencapai tujuan bersama dalam pembangunan ekonomi, setiap daerah di Indonesia harus saling mendukung dan berkolaborasi. Konsep ini sejalan dengan prinsip solidaritas dalam punk, di mana setiap individu, meskipun berbeda latar belakang, tetap harus bersama dalam perjuangan untuk keadilan.

Soekarno juga pernah menyatakan, “Berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri, menggerakkan ekonomi rakyat sendiri,” yang menggarisbawahi pentingnya kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.

Punk dan Pemberontakan Sosial

Budaya punk sering kali diasosiasikan dengan pemberontakan terhadap norma-norma sosial yang dianggap tidak adil. Punk bukan hanya sekadar musik atau gaya, tetapi juga merupakan gerakan yang berakar pada kesadaran akan ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. MCPR, melalui lirik-liriknya, berusaha mengangkat tema-tema kemanusiaan dan keadilan sosial, menjadikan mereka sebagai suara bagi generasi muda yang ingin melakukan perubahan.

Melalui lagu “Punk is Attitude,” MCPR menegaskan bahwa punk seharusnya dilihat sebagai gerakan positif yang mendukung perubahan sosial. Dengan slogannya “punk is attitude,” mereka berusaha untuk mengangkat stigma negatif yang seringkali melekat pada komunitas punk, dan menggantinya dengan pesan bahwa punk adalah tentang keberanian untuk berdiri teguh pada nilai-nilai keadilan dan kemandirian.

Koneksi antara Punk dan Kemandirian Ekonomi

Dalam konteks kemandirian ekonomi, Soekarno meyakini bahwa bangsa Indonesia harus mampu mengelola sumber daya yang dimiliki tanpa bergantung pada kekuatan asing. Pandangan ini sejalan dengan lirik MCPR yang menekankan pada pentingnya bekerja keras dan berdiri di atas kaki sendiri. Ekonomi berdikari bukan berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi lebih kepada mengembangkan potensi lokal dan memberdayakan masyarakat untuk mandiri.

Kemandirian ekonomi yang diusung Soekarno dapat dilihat sebagai cerminan dari sikap punk yang menolak ketergantungan dan mendukung keberanian untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat. Punk, dalam hal ini, menjadi alat untuk menyuarakan pentingnya pengelolaan sumber daya lokal dan memberi suara kepada mereka yang terpinggirkan dalam sistem ekonomi global.

MCPR dan Branding yang Berbeda

MCPR ingin lebih dari sekadar band punk biasa; mereka ingin menjadi suara yang mewakili aspirasi dan perjuangan masyarakat. Dalam sebuah wawancara, Alby Alvian menyatakan, “Kami sadar, apalah arti sebuah nama, tapi kami berada di satu titik di mana nama menjadi bagian penting dalam sebuah brand image yang harus kami jaga dan pikirkan matang-matang.” Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk terus berinovasi dan menciptakan karya-karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pencerahan kepada pendengar.

Respon Terhadap Stigma

MCPR berusaha mengatasi stigma negatif yang sering dihadapi oleh komunitas punk di Indonesia, di mana mereka sering kali dianggap sebagai pengacau dan melawan norma sosial. Dengan lirik yang mengedukasi dan mendorong kemandirian, MCPR berusaha menunjukkan bahwa punk sebenarnya adalah gerakan positif yang mendukung keadilan dan kesejahteraan untuk semua. Ini sejalan dengan cita-cita Soekarno yang ingin menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

Inspirasi dari Sejarah

Buku-buku dan tulisan-tulisan Soekarno sering kali menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, termasuk generasi muda yang berjuang untuk perubahan. Dalam konteks ini, pemikiran Soekarno tentang ekonomi berdikari dapat memberikan pedoman bagi mereka yang ingin memperjuangkan keadilan sosial dengan cara yang mandiri dan bertanggung jawab.

Dengan demikian, hubungan antara lagu “Punk is Attitude” dan sikap politik ekonomi berdikari yang diusung oleh Soekarno menunjukkan bahwa kemandirian dan solidaritas adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Baik dalam konteks musik punk maupun dalam kebijakan ekonomi, prinsip-prinsip ini saling melengkapi dan memberikan jalan bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Penutup

Punk is Attitude dari MCPR dan sikap politik ekonomi berdikari yang dicetuskan oleh Soekarno merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam konteks perjuangan untuk keadilan dan kemandirian. Keduanya mengingatkan kita bahwa untuk mencapai tujuan bersama, penting bagi kita untuk mandiri, bekerja keras, dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan. Dengan semangat punk yang mengajarkan untuk tidak tergantung pada orang lain dan prinsip ekonomi berdikari Soekarno yang mendorong bangsa untuk berdaya, kita bisa membangun masa depan yang lebih baik untuk Indonesia. Melalui musik dan ideologi yang kuat, MCPR dan pemikiran Soekarno memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berjuang demi keadilan dan kemandirian. (Red)

LAINNYA