Mas Abe Kembali Inspirasi Kaum Milenial, Kini via Buku Rekam Jejak Kiprah Politiknya

waktu baca 5 menit
Sabtu, 14 Sep 2024 19:17 0 159 Redaksi

TANGERANG | TD – Abraham Garuda Laksono, anggota DPRD Banten termuda asal partai PDI Perjuangan terus berusaha menginspirasi kaum milenial jika berpolitik adalah baik. Mas Abe, panggilan akrabnya mengabadikan rekam jejaknya terjun ke dunia politik tersebut melalui sebuah buku berjudul Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen.

Buku yang berisi resume dari kompilasi pemberitaan mas Abe sejak memutuskan keluar dari zona nyamannya sebagai kaum milenial yang telah meraih posisi nyaman di dunia kerja dengan memilih menjadi pelayan rakyat tersebut diluncurkan dan dibedah oleh dua tokoh penting di PDI Perjuangan, yakni Ribka Tjiptaning, Ketua DPP PDI Perjuangan, dan Bonnie Triyana, seorang sejarawan muda Indonesia yang kini juga terjun ke ranah politik yang tercatat sebagai Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI Perjuangan, Sabtu, 14 September 2024.

Mas Abe Role Model Bagi Milenial

Keberhasilan politisi muda PDI Perjuangan, Abraham Garuda Laksono meraih kursi parlemen Banten menjadi role model bagi milenial.

Abraham terpilih menjadi Anggota DPRD Provinsi Banten pada Pemilu 2024 dalam usia 23 tahun, sekaligus tercatat sebagai anggota termuda. Bagi generasi seusianya, Abraham menjadi anggota legislatif merupakan bentuk upaya untuk mengembalikan kepercayaan kalangan milenial kepada politik.

Abraham merupakan awal yang baik di legislatif untuk pergerakan anak muda yang selama ini kerap dipandang sebelah mata.

Dengan kreatifitasnya diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada wakil rakyat. Dan dia dapat mengambil hati milenial.

Ribka Tjiptaning yang menjadi keynote speaker pada bedah buku tersebut memuji keberhasilan putra dari Ananta Wahana, politisi senior Banten tersebut. Menurut Ribka yang juga sangat dekat dengan Abe, sapaan akrab Abraham Garuda Laksono, Abe meraih posisi saat ini bukan karena faktor ayahnya, melainkan memang karena kapasitas dan kapabilitas dari Abe sendiri yang telah layak menjadi seorang wakil rakyat.

“Bahkan jika Abe memilih menjadi pebisnis sekalipun, dia pasti sudah berhasil, bekal pendidikannya cukup sebagai lulusan dari Singapura. Tapi Abe ternyata memilih jalan sebagai politisi mengikuti jejak ayahnya,” ujar Ribka dihadapan peserta yang didominasi kaum milenial tersebut.

Keputusan Abe tersebut, kata dia, sesuatu yang luar biasa. Karena tak setiap anak muda usia milenial kemungkinan mampu membuat keputusan serupa.

“Tentunya ini yang menginspirasi, ketika Abe memiliki kesempatan hanya cukup memikirkan dirinya sendiri dengan kehidupan yang layak, pekerjaan yang mumpuni, tapi justru memilih mengurusi orang banyak, konstituen. Ini tentu membutuhkan kematangan mental dan pikiran,” katanya.

Tjiptaning juga menyerukan kepada kaum milenial untuk membaca buku Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen, Abraham Garuda Laksono, karena akan menjadi sumber inspirasi bahwa berpolitik itu tidak selalu rumit, tapi juga bisa seperti yang Abe lakukan penuh suka cita dan keriangan. “Buku ini penting untuk dibaca, khususnya kaum milenial yang masih bersikap apatis terhadap politik,” tegasnya.

Narasumber lainnya, Bonnie Triyana,  yang menulis kata pengantar pada buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia itu mengatakan, dirinya merasa happy (senang) saat memberikan kata pengantar.

“Saya menulis kata pengantar dengan happy, karena buku ini hasil pengalaman empiris. Abe ini role model anak muda yang anomali, karena anak muda sekarang lebih memilih jadi Youtuber daripada jadi politikus.” katanya.

Bonnie pun menyebut buku tersebut semi memoar perjalanan awal karir Abe sebagai politisi yang akan menjadi inspirasi anak-anak muda masuk politik.

“Buku memoar biasanya ditulis oleh mereka yang sudah sepuh. Tapi Abe menulisnya justru diawal karir, ini sangat menarik. Sebab buku ini akan menjadi refleksi dari pertanggungjawaban Abe dalam keseharian yang harus sejalan dengan apa yang telah dituliskan. Sehingga jalan terjalnya tidak berhenti di sini, tapi seterusnya,” terangnya.

Penggagas museum Multatuli di Lebak, Banten itu pun menyandingkan Abe dengan Sjahrir, Soekarno, Muhammad Hatta, Tan Malaka serta tokoh-tokoh bangsa lainnya yang memulai perjuangan politik dengan penuh jalan terjal yang mewariskan pergolakan pemikiran dan perjuangannya melalui buku.

“Abe adalah sosok yang merefresentasikan generasi yang berbeda yang harus mampu membongkar tradisi-tradisi politik lama dengan tradisi baru, yaitu banyak bertanya dan bertarung gagasan di ruang politik,” tegasnya.

Senada, Endang Jaya Permana yang menjadi editor buku tersebut bersama Didi Wahyudi mengatakan, Abe adalah wajah baru dengan semangat baru di kancah politik kekinian.

“Sosok Abraham merupakan ‘wajah baru’ dan regenerasi dalam kepemimpinan modern di lembaga legislatif , yang cocok dengan suasana kebatinan milenial,” ungkap Endang Jaya Permana, editor buku tersebut.

Menurutnya, buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen” merupakan rekam jejak perjalanan Abraham dengan nama beken sapaan teman-temannya Abe, berhasil meraih kursi parlemen Banten.
Dimuat dalam artikel berita di beberapa media online, baik lokal maupun nasional yang kemudian dirangkum dalam buku.

“Buku ini adalah rekaman perjuangan Abraham sebagai milenial. Dari modal nol pengalaman politik, hingga dia terpilih menjadi anggota parlemen Banten. From zero to hero,” pungkasnya.

Percikan Api Bagi Kaum Milenial

Abraham Garuda Laksono mengucapkan terima kasih untuk sambutan yang antusias atas penerbitan buku yang disebutnya sebagai prasasti literasi perjalanan karir politiknya. “Literasi politik bagi kelompok milenial seusia saya ini sangat penting agar mereka melek politik sehingga menjadi warga negara yang berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa ini,” ungkapnya.

Alumni Universitas James Cook Singapura itu menceritakan alasan dibalik penerbitan buku tersebut. “Karena tingkat literasi kita cenderung masih rendah dibandingkan negara-negara lain, sehingga kita perlu mendorong partisipasi kaum milenial di politik melalui gerakan membaca. Sebagaimana para tokoh-tokoh bangsa panutan seperti Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Tan Malaka dan tokoh-tokoh bangsa lainnya yang tumbuh dan besar bersama buku hingga akhirnya mampu menjadi mercusuar gerakan kemerdekaan bangsa ini,” pungkasnya. (Red)

LAINNYA