Seminar di Chongqing Cina, Ketum JMSI Tekankan Pentingnya Kerjasama Selatan-Selatan

waktu baca 3 menit
Sabtu, 31 Agu 2024 08:51 0 152 Redaksi

CHONGQING, CINA | TD — Dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian negara-negara berkembang, perusahaan media dan jurnalis profesional diharapkan untuk lebih memperhatikan kerangka “Kerjasama Selatan-Selatan”. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, dalam seminar bertajuk “Tanggung Jawab Pers dalam Kerjasama Selatan-Selatan” yang berlangsung di Chongqing, Republik Rakyat China (RRC), pada Jumat sore, 30 Agustus 2024 waktu setempat, sebagai bagian dari Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2024.

Acara tahunan ini dihadiri oleh lebih dari 100 jurnalis dari berbagai negara di dunia dan diselenggarakan oleh All China Journalist Forum (ACJA) bekerja sama dengan mitra lokal. BRJF pertama kali diadakan pada tahun 2017 bersamaan dengan pembentukan Belt and Road Journalist Network (BRJN) yang diinisiasi oleh 30 pemimpin organisasi pers dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Makna Selatan dalam Konteks Global

Teguh, yang juga berprofesi sebagai dosen di jurusan hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menjelaskan bahwa istilah “Selatan” merujuk pada negara-negara yang pernah mengalami penindasan politik, sosial, dan ekonomi oleh kekuatan kolonial. Ia menekankan bahwa istilah ini memiliki makna ideologis yang berakar dari kebangkitan negara-negara baru pasca Perang Dunia Kedua, terutama di kawasan Asia dan Afrika.

“Kerjasama Selatan-Selatan” menggambarkan hubungan antara negara-negara yang pernah terjebak dalam kolonialisme. Jika kolonialisme menciptakan ketimpangan dan kemiskinan, maka kerjasama antar negara yang memiliki pengalaman serupa diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di masing-masing negara.

Ketua Umum JMSI Teguh Santosa menjadi narasumber seminar bertajuk “Tanggung Jawab Pers dalam Kerjasama Selatan-Selatan” yang berlangsung di Chongqing, Republik Rakyat China (RRC), pada Jumat sore, 30 Agustus 2024 waktu setempat. (Foto: Belt&Road Jurnalist Network)

Alternatif Pembangunan Melalui Pertukaran

Pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan di antara negara-negara Selatan diharapkan dapat menjadi alternatif dan bahkan antitesis dalam proses pembangunan nasional. Teguh juga menekankan peran penting Indonesia dalam merumuskan konsep Kerjasama Selatan-Selatan. Semangat untuk merdeka dari kolonialisme adalah tema sentral yang diusung oleh para pendiri negara-negara baru dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955.

Menurut Teguh, Konferensi Asia-Afrika telah menghasilkan prinsip “hidup berdampingan secara damai” yang menekankan pentingnya keberadaan negara-negara satu sama lain sebagai pendukung, bukan sebagai pengulangan praktik kolonialisme.

Kaidah Kerjasama Selatan-Selatan

Kerjasama Selatan-Selatan perlu didasarkan pada sejumlah kaidah yang harus dihormati, antara lain saling menghormati kedaulatan, membangun kemitraan yang setara, dan mencapai manfaat yang adil bagi semua pihak tanpa melakukan intervensi.

“Dalam konteks tanggung jawab media, jelas bahwa tugas kita adalah mendidik anggota organisasi kita, baik perusahaan media maupun jurnalis, untuk memiliki pandangan yang positif dan konstruktif terhadap isu ini,” lanjut Teguh Santosa.

Inisiatif dan Pembelajaran dari China

Dalam forum tersebut, Teguh juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada All China Journalist Association (ACJA) yang telah mengambil inisiatif untuk menjadi platform bagi media dan jurnalis di seluruh dunia untuk berkumpul dan membahas praktik media terkait kerjasama antarnegara.

Selain itu, ia menambahkan bahwa “keajaiban” pembangunan yang dicapai oleh China dalam beberapa dekade terakhir dapat menjadi inspirasi. Model pembangunan yang berakar pada karakter budaya unik China menawarkan alternatif bagi negara-negara yang ingin mengejar ketertinggalan.

“Kita perlu memanfaatkan platform dan jaringan ini seoptimal mungkin agar pembangunan yang sesungguhnya dapat terwujud di negara-negara Global South,” tutup Teguh Santosa. (Ril/Red)

LAINNYA