KESEHATAN | TD – Beberapa orang mungkin menganggap kecemasan dan ketakutan merupakan hal yang sama.
Sebenarnya, kecemasan berbeda dengan ketakutan. Dalam ketakutan, seseorang dapat dengan jelas menyebutkan penyebabnya. Penyebab ini juga dengan mudah dapat divisualisasikan. Misalnya seseorang takut pada hewan tertentu, seperti ulat, cacing, tikus, atau ular. Atau takut ketinggian karena selalu merasa akan jatuh bila berada di tempat yang tinggi.
Tetapi, pada kecemasan, penyebabnya tidak dapat digambarkan dengan jelas karena terjadi di dalam diri. Dalam gangguan kecemasan, sering terjadi penyebab yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata hingga penderitanya sangat emosional.
Dalam kecemasan, atau dapat disebut kebingungan dan kekhawatiran, seseorang membayangkan sesuatu akan terjadi bahkan dengan penyebab yang tak jelas yang membuat perasaannya tidak karuan dan tidak berdaya.
Hildegard Peplau, pakar keperawatan Amerika, pada tahun 1952 mengelompokkan gangguan kecemasan menjadi 4 tingkat menurut keparahannya sebagai berikut:
1. Gangguan Kecemasan Ringan
Kecemasan yang ringan ini justru positif karena mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik.
Misalnya seseorang yang khawatir tidak lulus ujian justru akan belajar lebih giat untuk menghadapi ujian. Sedangkan seseorang yang cemas tidak bisa sampai di tempat kerja tepat waktu akan bangun lebih pagi agar dapat berangkat lebih awal dan sampai di tempat kerja tanpa terlambat.
2. Gangguan Kecemasan Sedang.
Dalam situasi yang menimbulkan kecemasan level sedang, seseorang masih dapat berpikir dengan jernih dan mengikuti panduan untuk menyelesaikan masalahnya.
Contohnya seseorang yang harus membayar uang ujian hari ini juga. Tentu ia akan dilanda kecemasan tidak dapat membayar uang ujian dan mengikuti ujian tersebut. Namun, dengan saran yang diberikan oleh guru pembimbing, ia kemudian mengajukan mengumpulkan persyaratan untuk memohon beasiswa kepada kepala sekolah.
3. Gangguan Kecemasan Berat.
Tekanan yang berat, seperti ditinggalkan oleh sanak keluarga dalam sebuah bencana alam misalnya, akan menyebabkan gangguan kecemasan berat. Penderitanya tidak dapat memikirkan hal lain selain betapa hidupnya menjadi sendirian dan hilang tujuan.
4. Serangan Panik.
Hilangnya kendali saat mengalami gangguan kecemasan dapat mengakibatkan seseorang melakukan hal yang tak terduga, yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan.
Hal ini terjadi karena penderita kecemasan tidak dapat berpikir secara normal, tetapi terstimulan untuk bergerak cepat. Tindakan penderita yang mengalami serangan panik biasanya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya seorang siswa yang tidak dapat menjawab ujian hingga mendekati waktu akhir memilih mencontek jawaban temannya secara serampangan.
Gangguan kecemasan masuk ke dalam level yang berbahaya bila penderita sudah tak mampu lagi mengatasi sendiri kecemasan yang sederhana hingga mengganggu kegiatannya sehari-hari.
Pada tingkat ini, kecemasan menjadi gangguan mental yang dipicu oleh gangguan fungsi otak yang mengatur rasa takut dan emosi, serta memerlukan penanganan intensif dari dokter maupun psikolog. (Pat)