KOTA TANGSEL | TD — Pondok Pesantren Al-Kautsar menjadi andalan Pemerintah Kota Tangsel setiap kali ajang Musabaqah Tilawah Quran (MTQ) dihelat. Santri Ponpes yang berlokasi di Jalan Talas III No.16, RT 01 RW 02, Pondok Cabe Ilir, Pamulang ini, telah 7 kali meraih juara umum pada ajang MTQ di tingkat Provinsi Banten.
Keberhasilan tersebut dikatakan Ketua Harian LPTQ Tangsel, KH. Muhammad Sobron Zayyan.
“Karena memang di sinilah gudangnya Qori dan Qoriah di Tangsel dan juga selalu bersinergi dengan pemerintah Tangerang Selatan dalam hal pemutusan peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat provinsi Banten,” katanya, Rabu 9 Maret 2022.
Selain perwakilan dari Al Kautsar, pihaknya menuturkan, ada juga dari pesantren di Tangsel, seperti di Al Inayah di Pondok Aren dan Pamulang.
“Pemkot Tangsel sangat memberikan peran yang positif di antaranya selalu memacu dan memicu LPTQ Tangsel, untuk berprestasi. Mulai dari perekrutan peserta, pembinaan secara kontinuitas pengkaderan para peserta, sehingga LPTQ di Kota tangsel bisa menjadi juara umum untuk yang ke 7 kalinya,”
Pimpinan Ponpes Al-Kautsar KH. Muhammad Ali mengatakan, para santri mempelajari berbagai keilmuan seputar Al Qur’an, mulai dari iqro (membaca), mujawad (teknik membaca Alquran yang dilantunkan dalam perlombaan ataupun acara – acara tertentu), dan tafsir.
“Jadi satu guru itu bisa mengajar 10-12 orang, supaya lebih mudah terkontrol ya, itu untuk mempelajari Alquran, mulai dari membaca Al Quran dengan baik, ada juga yang masih Iqro ya, kemudian meningkat lagi kepada yang mujawwad yang itu membaca Alquran biasanya dengan irama dengan lagu, hingga tafsirnya” katanya.
Para santri setiap hari digembleng mulai sebelum subuh. Mereka harus sudah bangun tidur sebelum subuh, kemudian setelah salat subuh berjamaah dan dzikir, proses pembelajaran pun dimulai.
Kyai Ali mengatakan, proses mempelajari Al Qur’an harus mulai dari rumah, yakni pendampingan dari orang tua, kemudian guru. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, generasi muda Islam saat ini lebih familiar dengan gadget, daripada Al Qur’an. Karenanya, peran orang tua dan guru semakin penting.
“Anak itu kan dunianya dunia bermain. Kalau tidak didorong oleh orang tua ya tidak mungkin dan memang harus ada unsur paksaan yang dari orang tua. karena sekarang gangguannya Handphone.”
Untuk membuat santri fokus belajar, Kyai Ali menambahkan, penggunaan ponsel oleh santri di lingkungan ponpes pun dilarang oleh pihak pengasuh.
“Di sini enggak ada yang boleh menggunakan handphone.”
Sehingga, dengan proses pembelajaran yang serius, ponpes tersebut pun berhasil mencetak santri yang memiliki prestasi membanggakan pada ajang MTQ, mulai dari tingkat kecamatan, kota dan kabupaten, provinsi, nasional, hingga internasional.
“Dari tingkat kecamatan, kota atau kbupaten, provinsi, nasional bahkan internasional sudah semua, ya berprestasi di Malaysia di Maroko di Saudi Arabia kita sudah berkiprah,” katanya. (Idris Ibrahim/Rom)