EKBIS | TD – Dalam beberapa tahun terakhir, model pembayaran “Buy Now, Pay Later” (BNPL) telah mengalami lonjakan popularitas di kalangan konsumen di seluruh dunia. Terutama di Indonesia, tren ini menarik perhatian banyak pelaku usaha dan konsumen yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa beban finansial yang langsung terasa. Namun, seiring dengan pertumbuhan ini, muncul pertanyaan penting, Apakah BNPL benar-benar solusi keuangan yang efektif atau justru bisa menjadi bumerang finansial bagi para penggunanya?
Buy Now, Pay Later adalah metode pembayaran yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang atau jasa secara langsung dan menunda pembayaran untuk jangka waktu tertentu. Dalam banyak kasus, konsumen dapat memecah total biaya pembelian menjadi beberapa cicilan tanpa bunga atau dengan bunga yang rendah. Layanan ini biasanya disediakan oleh perusahaan keuangan teknologi (fintech) yang bekerja sama dengan retailer untuk memfasilitasi pembelian.
Model BNPL memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengakses produk yang mereka inginkan tanpa harus membayar secara penuh di muka. Keuntungan ini sangat menggoda, terutama dalam konteks ekonomi saat ini di mana kebutuhan mendesak sering kali harus dipenuhi.
1. Aksesibilitas
BNPL memungkinkan konsumen untuk membeli barang yang mungkin tidak terjangkau jika harus dibayar sekaligus. Ini membantu meningkatkan daya beli, terutama bagi milenial dan generasi Z yang sering kali menghadapi tantangan finansial.
2. Fleksibilitas Pembayaran
Dengan sistem cicilan, konsumen dapat mengatur pembayaran mereka sesuai dengan kemampuan dan penghasilan bulanan. Ini memberikan ruang bagi mereka untuk berbelanja tanpa harus terbebani oleh beban keuangan yang berat.
3. Tanpa Bunga
Banyak penyedia BNPL menawarkan opsi tanpa bunga jika cicilan dibayar tepat waktu. Ini memberikan insentif bagi pengguna untuk mengelola keuangan mereka dengan baik dan menghindari utang yang mengikat.
4. Proses yang Cepat dan Mudah
Proses aplikasi untuk BNPL biasanya sangat cepat dan tidak memerlukan banyak dokumen, membuatnya lebih mudah diakses dibandingkan dengan pinjaman tradisional.
Meskipun ada banyak keuntungan, BNPL juga membawa risiko yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen:
• Utang yang Menumpuk
Dengan kemudahan mendapatkan barang-barang impian, ada kecenderungan bagi konsumen untuk mengabaikan total utang yang mereka miliki. Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam siklus utang yang sulit untuk dilunasi.
• Biaya Tersembunyi
Meskipun banyak penyedia BNPL menawarkan cicilan tanpa bunga, beberapa dari mereka menerapkan denda jika pembayaran tidak dilakukan tepat waktu. Biaya ini bisa membuat total pengeluaran menjadi lebih besar daripada yang diperkirakan.
• Dampak pada Skor Kredit
Beberapa layanan BNPL melaporkan aktivitas pembayaran kepada lembaga pelaporan kredit. Jika konsumen gagal membayar tepat waktu, skor kredit mereka dapat terpengaruh, yang dapat menjadi masalah jangka panjang dalam mengakses produk keuangan lainnya.
• Kecenderungan Belanja Berlebihan
Kemudahan dalam bertransaksi dapat memicu perilaku belanja yang tidak sehat. Konsumen dapat merasa terdorong untuk membeli lebih banyak barang dari yang sebenarnya mereka butuhkan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada keuangan mereka.
Generasi muda, khususnya milenial dan generasi Z, adalah kelompok yang paling responsif terhadap tren BNPL. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap teknologi dan lebih nyaman berbelanja secara online. Selain itu, ketidakpastian ekonomi dan tingginya biaya hidup sering kali membuat mereka mencari cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus mendapatkan utang besar.
Dalam konteks ini, BNPL bisa dianggap sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan aksesibilitas dan kemudahan. Di sisi lain, ia dapat mendorong perilaku konsumtif yang berbahaya. Hal ini menciptakan tantangan bagi generasi muda dalam mengelola keuangan dan merencanakan masa depan mereka.
Seiring dengan pertumbuhan layanan BNPL, muncul kebutuhan untuk regulasi yang lebih ketat dalam industri ini. Di berbagai negara, regulator mulai mengembangkan pedoman untuk melindungi konsumen yang terjebak dalam utang. Hal ini termasuk penegakan transparansi dalam biaya, ketentuan pengembalian, dan persyaratan yang jelas bagi konsumen.
Perusahaan penyedia BNPL juga memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa layanan yang mereka tawarkan tidak menjerumuskan konsumen ke dalam masalah keuangan. Edukasi finansial seharusnya menjadi bagian integral dari penawaran mereka, membantu konsumen memahami risiko dan manfaat dari penggunaan BNPL.
Buy Now, Pay Later memiliki potensi untuk menjadi solusi keuangan yang efektif bagi konsumen jika digunakan dengan bijak. Namun, risiko yang menyertainya tidak boleh diabaikan. Penting bagi konsumen untuk memahami kondisi keuangan mereka dan mengevaluasi kemampuan mereka untuk membayar cicilan sebelum memutuskan untuk menggunakan layanan BNPL.
Selain itu, pendidikan finansial juga harus menjadi prioritas, baik dari pemerintah, lembaga keuangan, maupun perusahaan yang menawarkan layanan BNPL.
Dalam era digital ini, di mana kemudahan dan kecepatan transaksi menjadi prioritas, konsumen perlu lebih berhati-hati dan bijaksana dalam mengambil keputusan keuangan. BNPL bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana. Tetapi tanpa pengelolaan yang baik, ia juga bisa menjadi jebakan yang berbahaya bagi masa depan finansial seseorang. (Nazwa/Pat)