Timur Tengah, Rusia, dan Cina Sebabkan G20 Tak Berhasil Sepakati Pengurangan Penggunaan Bahan Bakar Fosil

waktu baca 2 minutes
Selasa, 25 Jul 2023 09:16 0 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Kegagalan konferensi tingkat tinggi G20 dalam merumuskan kebijakan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil disebabkan oleh perbedaan pendapat dari negara-negara yang mempunyai kepentingan berbeda.

Pertemuan G20 yang berlangsung di Goa, India, pada 22 Juli 2023 dihadiri oleh para menteri energi untuk membicarakan berbagai isu terkait transisi energi. Di antaranya akses energi universal, efisiensi energi, diversifikasi sumber energi, investasi infrastruktur energi, kerja sama internasional terkait, dan inovasi teknologi.

Namun, dalam isu paling penting yaitu pengurangan penggunaan bahan bakar fosil yang menyebabkan kenaikan suhu global dan krisis iklim, beberapa negara menyatakan ketidaksepakatannya.

Di antaranya pendapat dari perwakilan Timur Tengah mengatakan masalah emisi sebenarnya dapat diatasi dengan berbagai teknologi penghilangan karbon seperti carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dan teknologi lainnya.

Timur Tengah, sebagai negara-negara penghasil utama minyak dan gas bumi, berpendapat pengurangan penggunaan minyak dan gas bumi sebenarnya tidak diperlukan.

Selain itu, perwakilan dari AS, John Kerry, mengatakan pihaknya juga tidak berhasil menghasilkan kesepakatan dengan Cina dalam satu minggu terakhir. Kerry mengatakan kegagalan tersebut dikarenakan Cina tidak bersedia membuka kran ekspor komoditas kunci yang menjadi bahan baku industri energi terbarukan.

Pendapat tidak menyetujui pengurangan bahan bakar fosil juga datang dari Rusia. Adapun Rusia adalah penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di dunia setelah Saudi Arabia. Robert Habeck, Menteri Ekonomi Jerman, mengatakan hal tersebut.

“Rusia dan Saudi Arabia tidak menyetujui kesepakatan untuk melipatgandakan kapasitas pembangkit energi terbarukan di tahun 2030. Dan Cina menolak kerja sama mengenai bahan baku yang sangat penting,” ujar Habeck.

Sejauh ini G20 hanya berhasil mengeluarkan kesepakatan mengenai pendanaan berbunga rendah untuk mewujudkan transisi energi, peningkatan teknologi hijau seperti hidrogen bersih, penyimpanan energi, dan penyediaan akses umum ke teknologi tersebut.

Selain itu G20 juga menyepakati produksi hidrogen biru yang merupakan salah satu turunan dari bahan bakar fosil. Hidrogen biru yang diproduksi dengan teknik tertentu dapat menghasilkan energi dengan emisi karbon nol.

Hidrogen biru dengan teknologi yang tepat dapat disetarakan dengan keamanan penggunaan hidrogen hijau yang berbasis elektrolisis air. Hidrogen hijau adalah energi paling tepat untuk mencapai emisi karbon nol persen. (*)

LAINNYA