Terapi Sel Punca: Manfaat, Risiko, dan Regulasinya di Indonesia

waktu baca 4 minutes
Rabu, 10 Sep 2025 17:58 0 Nazwa

KESEHATAN | TD – Perkembangan ilmu kedokteran terus menghadirkan inovasi untuk mengatasi penyakit yang sulit disembuhkan. Salah satu metode yang tengah menjadi sorotan di dunia medis adalah stem cell therapy atau terapi sel punca. Terapi ini dipercaya mampu membantu regenerasi jaringan tubuh, memperbaiki sel yang rusak, serta memberikan harapan baru bagi pasien dengan penyakit kronis. Namun, di balik potensi besar tersebut, terapi ini juga memiliki risiko dan diatur secara ketat oleh regulasi, khususnya di Indonesia.

Apa Itu Sel Punca?

Sel punca adalah sel dasar yang memiliki kemampuan berkembang biak tanpa batas dan dapat berubah menjadi berbagai jenis sel khusus dalam tubuh, seperti sel otot, tulang, saraf, maupun darah. Kemampuan ini menjadikan sel punca sangat penting dalam penelitian medis karena diharapkan dapat memperbaiki jaringan yang rusak akibat penyakit, cedera, atau proses penuaan.

Jenis Terapi Sel Punca

  1. Autologus
    Terapi ini menggunakan sel punca yang diambil dari tubuh pasien sendiri, misalnya dari sumsum tulang atau jaringan lemak. Karena berasal dari tubuh pasien, risiko penolakan oleh sistem imun sangat kecil. Terapi ini biasanya digunakan untuk memperbaiki kerusakan jaringan atau mempercepat pemulihan setelah pengobatan tertentu.
  2. Alogenik
    Metode ini memakai sel punca dari donor. Terapi alogenik sering diterapkan pada kasus kerusakan jaringan parah atau penyakit darah seperti leukemia. Meski lebih fleksibel, terapi ini memiliki risiko penolakan oleh sistem imun sehingga memerlukan pengawasan ketat.
  3. Hematopoietik (HSC)
    Jenis ini umum digunakan dalam transplantasi sumsum tulang. Sel punca hematopoietik membantu menghasilkan sel darah baru dan banyak dimanfaatkan untuk pasien kanker darah, anemia aplastik, serta gangguan imun.
  4. Mesenkim (MSC)
    Sel punca mesenkim dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti sumsum tulang, jaringan adiposa, hingga tali pusat. Sel ini memiliki potensi besar dalam regenerasi jaringan seperti tulang, tulang rawan, dan otot. Saat ini, MSC banyak diteliti untuk pengobatan osteoarthritis, luka bakar, dan penyakit degeneratif.
  5. Pluripoten (iPSC)
    Sel pluripoten induksi adalah sel tubuh biasa yang direkayasa agar berfungsi seperti sel punca embrionik. iPSC mampu berkembang menjadi hampir semua jenis sel dalam tubuh. Potensinya sangat besar, namun masih dalam tahap penelitian karena risiko pembentukan tumor.

Manfaat Terapi Sel Punca

  • Pengobatan kanker darah
    Transplantasi sel punca hematopoietik telah lama digunakan untuk menangani leukemia, limfoma, dan gangguan sumsum tulang lainnya, membantu tubuh memproduksi sel darah sehat kembali.
  • Regenerasi jaringan tubuh
    Sel punca berperan dalam memperbaiki kerusakan pada tulang, tulang rawan, otot, dan kulit. Contohnya, pasien cedera sendi dapat memperoleh manfaat terapi ini untuk mempercepat penyembuhan.
  • Terapi penyakit degeneratif
    Penelitian menunjukkan bahwa sel punca mesenkim dapat mengurangi peradangan dan memperbaiki jaringan pada penderita osteoarthritis, penyakit jantung, hingga stroke.
  • Pemulihan sistem imun
    Pada pasien dengan kelainan imun bawaan atau setelah pengobatan agresif seperti kemoterapi, sel punca dapat membantu mengembalikan fungsi sistem imun secara bertahap.
  • Inovasi terkini
    Studi terbaru mengindikasikan potensi terapi sel punca membantu pasien diabetes tipe 1 agar tidak lagi bergantung pada suntikan insulin, meskipun masih dalam tahap penelitian awal.

Risiko Terapi Sel Punca

– Penolakan imun
Terutama pada terapi alogenik, tubuh pasien dapat menolak sel donor sehingga menimbulkan komplikasi serius.

– Pembentukan tumor
Sel punca, khususnya jenis pluripoten, berisiko berkembang menjadi sel yang tidak terkendali dan membentuk tumor atau teratoma.

– Efek samping klinis
Beberapa pasien mungkin mengalami infeksi, alergi, atau peradangan setelah terapi, yang memerlukan penanganan cepat oleh tenaga medis berpengalaman.

– Biaya tinggi
Terapi sel punca memerlukan fasilitas canggih, prosedur khusus, dan pengawasan intensif, sehingga biayanya masih sulit dijangkau banyak orang.

– Praktik ilegal
Terkadang ditemukan klinik yang menawarkan terapi sel punca tanpa izin resmi atau bukti ilmiah yang jelas, yang dapat membahayakan keselamatan pasien.

Regulasi di Indonesia

Penggunaan sel punca di Indonesia dilarang jika bersumber dari embrio manusia maupun hewan, dan tidak diperbolehkan untuk praktik cloning. Setiap prosedur terapi sel punca hanya boleh dilakukan di rumah sakit dan lembaga penelitian yang telah mendapat izin dari Kementerian Kesehatan. Semua prosedur wajib melewati uji klinis bertahap untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. BPOM juga berperan dalam mengawasi standar mutu serta distribusi produk berbasis sel punca.

Kesimpulan

Stem cell therapy merupakan inovasi yang sangat menjanjikan dalam dunia medis modern. Manfaatnya meliputi pengobatan kanker darah, regenerasi jaringan, hingga potensi penanganan penyakit degeneratif. Namun, terapi ini juga memiliki risiko dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Dengan regulasi ketat di Indonesia, diharapkan terapi sel punca dapat dikembangkan secara aman dan bertanggung jawab, sehingga benar-benar menjadi harapan baru bagi dunia kesehatan. (*)

LAINNYA