INTERNASIONAL | TD – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam akun instagramnya, @antonioguterres, bahwa ia sangat prihatin dengan para pemimpin dunia yang tidak segera melakukan penanganan atas krisis iklim yang terjadi.
“I’m frustrated that global leaders are not taking adequate #ClimateAction or investing sufficient resources to address the life-or-death climate emergency we are facing,” tulis Antonio Guterres.
Antonio Guterres menduga para pemimpin dunia tersebut tidak memahami bahwa krisis iklim benar-benar terjadi dan disebabkan emisi gas rumah kaca. Padahal, krisis iklim telah memicu banyak kehancuran yang muncul dalam bencana alam banjir, kekeringan, hingga badai siklon, hingga hujan ekstrem.
Antonio menekankan bahwa sangat mendesak untuk melakukan pemangkasan emisi gas rumah kaca, dan dibentuknya konstitusi untuk mengaturnya. Ia juga menjelaskan pentingnya membentuk sistem peringatan dini pada bencana alam. Antonio Guterres juga mengimbau pentingnya memperhatikan hak asasi dan kehilangan wilayah yang menjadi kepentingan para imigran.
Ia mengatakan akan ada sebanyak 900 juta manusia yang terancam kehilangan tempat tinggalnya di pesisir atau dataran rendah di seluruh dunia akibat naiknya permukaan laut yang luar biasa.
Antonio Guterres secara terpisah mengutip laporan yang dirilis Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) tentang kenaikan air laut yang mengancam tempat hidup manusia (16/2/2023).
Dalam laporan WMO, kenaikan permukaan air laut akan terjadi terus menerus jika krisis iklim tidak mendapat penanganan yang serius.
WMO mengatakan permukaan air laut akan bertambah tinggi hingga mencapai 2 atau 3 meter dalam kurun 2000 tahun ke depan.
Kenaikan permukaan air laut tersebut terjadi dalam krisis iklim pemanasan global dengan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius per tahun.
Dan akan lebih buruk bila kenaikan suhu global mencapai 2 derajat Celcius per tahun. Data WMO mengatakan, dalam ekstremnya kenaikan suhu yang demikian, permukaan air laut akan terus meninggi hingga 6 meter dalam kurun waktu 2000 tahun.
Antonio Guterres menegaskan krisis iklim dengan peristiwa naiknya permukaan air laut bahkan akan menghapus keberadaan suatu negara yang berada di dataran rendah
Hal itu akan memicu eksodus besar-besaran. Berpindahnya populasi ke seluruh dataran tinggi dapat menyebabkan hal-hal tak diinginkan. Misalnya perebutan wilayah, air tawar, pangan, dan sumber daya alam lainnya.
Duta Besar Samoa untuk PBB, Fatumanava-o-Upolu III Pa’olelei Luteru, dalam laporan lainnya, mengatakan bahwa negaranya termasuk salah satu negara pulau kecil yang terancam hilang karena naiknya permukaan air laut.
Fatumanava-o-Upolu III Pa’olelei Luteru, mewakili Aliansi Negara-negara Pulau Kecil, mengatakan pemanasan global dan kenaikan air laut dapat dipastikan akan terjadi terus menerus.
Ia sangat menyayangkan negaranya dan negara aliansi lainnya mendapat konsekuensi dari buangan emisi gas rumah kaca yang dahsyat. Padahal mereka merupakan penghasil emisi yang sangat rendah.
“Mengharapkan negara pulau kecil menanggung beban kenaikan permukaan laut, tanpa bantuan dari masyarakat internasional, akan menjadi puncak ketidakadilan,” tutur Luteru. ***