PERTANIAN | TD – Penggunaan lapisan kedap air dan pemecahan angin menjadi dua jurus dalam inovasi atau rekayasa agar lahan pasir pantai dapat digunakan oleh petani milenial dalam membudidayakan tanaman.
Perbaikan struktur tanah dan juga rekayasa pengairan sebagai inovasi agar lahan pasir pantai menjadi ideal untuk pertanian, juga telah dikemukakan pada artikel sebelumnya.
Petani milenial perlu mengetahui berbagai strategi tersebut dan memilih apa saja yang perlu dilakukan agar lahan pertaniannya menjadi semakin subur dan menjadikan usaha tersebut semakin untung.
Berikut ini penjelasan mengenai penggunaan lapisan kedap air dan pemecahan angin yang sangat penting untuk pertanian lahan pasir pantai.
1. Pemasangan lapisan kedap air.
Lapisan kedap air diperlukan untuk mencegah kehilangan air yang terlalu banyak pada lahan pasir pantai yang memang sangat poros (mudah melepas atau menguapkan air).
Lapisan kedap air dapat diberikan dengan pemasangan lapisan plastik yang ditanam pada jeluk (timbunan) setinggi 30 cm. Juga bisa dilakukan dengan pemberian lapisan bentonit (sejenis mineral lempung) 15% setebal 2 cm, atau pemasangan mulsa tanah.
Penggunaan mulsa tanah, yaitu mulsa alami (jerami), atau mulsa sintetik (plastik hitam perak), selain mempertahankan kelengasan tanah (kemampuan tanah menyimpan air) juga dapat mengurangi gulma, memberikan ruang untuk mikroorganisme tanah berkembang dan mempertahankan suhu.
Dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak, suhu hangat dapat bertahan lebih lama di musim dingin, dan suhu sejuk dapat tetap dimiliki tanah pada musim panas.
Peningkatan hasil panen pada lahan pasir pantai yang menggunakan mulsa nyata terjadi pada berbagai tanaman, misalnya pada budidaya jagung dan lidah buaya.
2. Pemecah angin.
Daerah pesisir mempunyai karakteristik khas, yaitu kecepatan angin yang tinggi. Hal ini dapat merusak daun, dan bahkan membuat tanaman tercerabut hingga ke perakaran.
Kecepatan angin yang tinggi juga dapat menyebabkan tanaman layu karena kekeringan. Selain itu juga mengakibatkan tanaman terlalu banyak menutup stomata (mulut daun yang berfungsi untuk mengambil udara) sehingga tanaman tidak optimal dalam berfotosintesis.
Untuk menanggulangi pengaruh buruk dari tinggi kecepatan angin di lahan pasir pantai, petani milenial dapat menggunakan bangunan sementara dari bambu atau daun kelapa. Penanaman pohon-pohon pemecah angin juga dapat dilakukan.
Pohon-pohon pemecah angin dapat ditanam berbaris. Pohon biasanya diambil jenis yang berumur panjang, misalnya kelapa, akasia, sengon, lamtoro, cemara udang, pohon turi, jambu mete, dan lainnya.
Penanaman pohon pemecah angin ini harus dibudidayakan dengan serius, yakni dengan memperhatikan media tanam yang lengas dan baik, da disertai penanaman pohon perintis untuk melindungi bibit-bibit pemecah angin yang masih kecil. Dua contoh pohon perintis yaitu kersen (talok) dan trembesi.
Pohon-pohon pemecah angin sebaiknya ditanam untuk membentuk lorong. Namun, langkah ini sering dianggap terlalu lamban. Petani, kemudian, seringkali mengakali sistem lorong dengan menggunakan tanaman jagung manis. Ini sangat membantu, terutama, pada budidaya tanaman kacang hijau. (Pat)