KABUPATEN TANGERANG | TD — Berbagai organisasi masyarakat sipil (OMS) menggelar silaturahmi di salah satu rumah makan di Jalan Raya Pemda, Tigaraksa, Jumat (5/2/2021).
Diskusi yang diinisiasi oleh Perkumpulan Masyarakat untuk Demokrasi (Perekat Demokrasi) dan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (FOPKIA) tersebut membahas berbagai isu yang tengah terjadi di Kabupaten Tangerang.
Khoirun Huda, dari Perekat Demokrasi mengatakan, lembaganya tengah menjadi mitra pendukung FOPKIA yang sedang menjalankan program advokasi terkait kesehatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan di Kabupaten Tangerang. Program tersebut atas dukungan dari USAID-Madani.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh program tersebut yaitu penguatan organisasi masyarakat sipil di Kabupaten Tangerang.
“Sehingga untuk tercapainya tujuan program tersebut, forum masyarakat sipil seperti ini sangat penting. Kita bisa berbagi peran, terutama dalam isu kesehatan ibu dan anak yang baru dilahirkan,” ungkap Huda kepada awak media di sela-sela kegiatan itu.
Huda menambahkan, forum tersebut selanjutnya bisa menjadi simpul belajar bersama yang akan menggali dan membahas persoalan-persoalan lain juga, seperti pelayanan publik, transparansi pemerintah, penganggaran daerah, serta isu-isu lainnya terkait demokrasi.
“Karena persoalan kesehatan ibu dan anak harus dipotret dari berbagai dimensi, tak terlepas dari kebijakan daerah. Forum ini sangat strategis agar kita bisa melakukan advokasi secara bersama-sama,” katanya.
Huda mengakui, saat ini peran masyarakat sipil dalam ranah advokasi kebijakan di Kabupaten Tangerang tidak terlalu nampak. Sehingga dengan hadirnya program saat ini, menjadi pijakan kembali aktifnya kegiatan advokasi.
“Mungkin beberapa lembaga aktif melakukan advokasi, namun sifatnya masih parsial, dan tidak terlalu nampak gaungnya. Nah melalui forum ini, kita coba tingkatkan, sehingga dampaknya benar-benar terlihat,” katanya.
Ia mengharapkan, peningkatan kemampuan masyarakat sipil di ranah kebijakan tersebut tidak menjadi hal yang perlu ditakuti oleh pemerintah daerah, tetapi justru dijadikan peluang untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
“Tentunya bukan rivalitas atau seperti oposisi, namun sinergi, artinya berbagi peran. Mana peran pemerintah, mana peran masyarakat sipil. Salah satu indikator capaiannya meningkatnya kualitas pelayanan publik,” terangnya.
Sementara, Ketua FOPKIA Muhamad Atif mengatakan, lembaganya telah cukup lama berkiprah di isu kesehatan ibu dan anak. Dia mengatakan, berdasarkan data yang ada, terjadi perubahan cukup menggembirakan sejak hadirnya relawan yang mendampingi ibu hamil dengan risiko tinggi.
“Capaian ini mencerminkan pentingnya partisipasi aktif kita di berbagai sektor, salah satunya isu kesehatan. Tentunya dengan hadirnya forum ini, akan semakin meningkatkan kiprah kita,” katanya.
Berdasarkan data FOPKIA, sejak tahun 2014 hingga 2020 terus terjadi peningkatan ibu hamil di Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2014 sebanyak 71.509 kehamilan, kemudian pada tahun 2019 sebanyak 84.083 kehamilan. Tetapi, jumlah kematian ibu melahirkan dapat ditekan, dari 47 kasus pada tahun 2014 menjadi 29 kasus pada tahun 2019.
“Hal ini tidak terlepas dari pendampingan intensif yang dilakukan para kader motivator kesehatan ibu dan anak yang hadir mulai tingkat desa dan kecamatan. Mereka aktif mendampingi ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi, baik risiko kesehatan, ekonomi, maupun budaya,” katanya.
Atif sangat mengapreasiasi dukungan dari berbagai pihak, terutama kelompok masyarakat sipil yang hadir dalam forum tersebut.
“Semoga ini menjadi langkah awal kami dari FOPKIA dan Perekat Demokrasi, bersama-sama dengan berbagai lembaga membangun dan menguatkan sinergi dalam kerja-kerja sosial dan kemanusiaan,” pungkasnya. (Red/Rom)