KABUPATEN TANGERANG | TD — Ratusan pelajar SMKN 11 Kabupaten Tangerang diseru menjadi bagian dari generasi yang melakukan aksi bersama mengatasi persoalan sampah plastik.
Seruan itu disampaikan Direktur Eksekutif Wahana Hijau Fortuna (WHF) Mohamad Romli saat menjadi narasumber kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai implementasi kurikulum merdeka bertema lingkungan berkelanjutan di SMKN 11 Kabupaten Tangerang.
Dalam kegiatan bertajuk Bumi Darurat, Bijak Berplastik tersebut, selama dua hari, Rabu-Kamis, 15-16 Mei 2024, Romli memaparkan bahaya sampah plastik jika tidak dikelola dengan baik.
“Saat ini, dampak sampah plastik menjadi sumber polutan yang serius bagi lingkungan hidup, tak hanya bagi tanah, udara, tapi juga air, baik air bawah tanah, air permukaan bahkan di laut,” ungkapnya, Kamis, 16 Mei 2024.
Dia memaparkan, sampah plastik di laut sudah sedemikian mengkhawatirkan yang tak hanya merusak ekosistem laut, melainkan juga bisa berdampak negatif bagi kesehatan manusia.
“Sebab ikan-ikan yang ditubuhnya terdapat mikroplastik, jika dikonsumsi oleh manusia akan berdampak pada kesehatan. Itu hal yang jarang sekali disadari oleh kita,” imbuhnya.
Persoalan mengatasi sampah plastik, lanjutnya, harus dimulai dengan perubahan paradigma berpikir. Dia menjelaskan, problem sampah berawal dari ego manusia yang ternyata tak bisa mengatasi dampak dari aktivitas konsumsi, di mana sebagian besar produk kebutuhan hidup menggunakan kemasan plastik, tanpa diimbangi kemampuan mumpuni untuk mendaur ulang serta mengubahnya menjadi energi lain.
“Ada solusi untuk mengatasi sampah plastik seperti menjadi energi listrik, tapi sampai saat belum di Tangerang belum terealisasi, karena membutuhkan pendanaan yang besar sekali,” lanjutnya.
Oleh karenanya, perubahan paradigma berfikir menjadi hal yang penting untuk mengubah gaya hidup yang saat ini menganggap alam hanya sebagai pelayan dan pemuas kepentingan manusia, menjadi manusia dan alam harus hidup selaras.
“Perubahan paradigma dari antroposentrisme dimana beranggapan manusia sebagai pusat alam semesta menjadi ekosentrisme, yaitu manusia bagian integral dari alam semesta. Dengan perubahan cara pandang ini, lambat laun akan mempengaruhi perilaku kita untuk ramah terhadap alam, dan persoalan sampah plastik pun perlahan-lahan bisa diminimalisir,” terang pria yang saat ini juga sebagai Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Tangerang.
Dia pun berharap, melalui metode pendidikan yang lebih mendekatkan pelajar dengan problem lingkungan hidup, paradigma berpikir siswa pun perlahan-lahan berubah ke arah yang lebih mencintai alam.
“Kami menyambut baik kegiatan ini, dan kami berharap para pelajar SMKN 11 Kabupaten Tangerang ini menjadi para pejuang untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan, sebab kita harus mengatasi persoalan sampah plastik ini dengan aksi dan gerakan bersama,” pungkasnya. (Red)