Ilustrasi: gambar dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan oleh TangerangDailyGAYA HIDUP | TD – Pagi itu saya menatap cermin dengan wajah lelah. Mata sayu, pundak kaku, dan napas terasa berat. Semua karena terlalu sering menunda istirahat demi pekerjaan yang seolah tak pernah selesai. Saat itulah saya sadar—menjaga kesehatan di tengah kesibukan bukan soal waktu, melainkan soal kesadaran.
Kita hidup di era ketika sibuk dianggap tanda produktif. Orang yang terus bekerja tampak hebat, seolah tak ada ruang untuk berhenti. Namun di balik itu, banyak tubuh yang diam-diam menjerit lelah, dan banyak pikiran yang perlahan kehilangan semangat. Ironisnya, kita baru benar-benar peduli ketika tubuh sudah tumbang.
Sering kali kita memperlakukan tubuh seperti mesin yang tak pernah rusak. Begadang dianggap wajar, makan asal-asalan jadi kebiasaan, dan waktu istirahat terus dikorbankan. Padahal, tubuh hanya meminta hal-hal sederhana: tidur cukup, makan bergizi, dan waktu untuk tenang.
Kita tak butuh perawatan mahal atau olahraga ekstrem untuk memulai. Berjalan santai sepuluh menit, minum air lebih sering, dan tidak menunda makan sudah cukup menjadi bentuk cinta nyata pada diri sendiri. Tubuh yang sehat bukan hasil dari kerja keras semalam, melainkan hasil dari kepedulian kecil yang dilakukan setiap hari.
Tubuh bisa lelah, tapi pikiran bisa jauh lebih rapuh. Tekanan hidup, tumpukan pekerjaan, dan ekspektasi sering kali membuat kita kehilangan keseimbangan batin. Di sinilah pentingnya menjaga kesehatan mental.
Beri ruang untuk berhenti sejenak. Dengarkan musik, berbincang dengan teman, menulis di jurnal, atau sekadar duduk tanpa melakukan apa pun. Jangan merasa bersalah saat mengambil waktu istirahat, karena terkadang diam adalah cara terbaik untuk menyembuhkan.
Menjadi sehat tak selalu butuh langkah besar. Kebiasaan kecil yang konsisten justru memberi dampak besar dalam jangka panjang. Mulailah hari dengan segelas air putih, luangkan lima menit untuk peregangan, dan tidur tanpa membawa stres dari pekerjaan.
Kesehatan bukan tentang perubahan mendadak, tapi tentang kesetiaan pada rutinitas sederhana yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Tak perlu sempurna, yang penting terus berproses.
Kesehatan sejatinya bukan sekadar soal tubuh yang kuat, melainkan keseimbangan antara raga, pikiran, dan hati. Ketika satu di antaranya terganggu, hidup pun terasa berat. Karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya berlari mengejar dunia, tapi juga sesekali menoleh ke dalam—memastikan diri masih baik-baik saja.
Kesibukan boleh datang silih berganti, tapi tubuh dan pikiran kita hanya satu. Jangan biarkan keduanya rusak oleh ambisi yang tak kenal henti. Mulailah dari hal sederhana: tidur cukup, makan teratur, dan belajar mengatakan “cukup” saat tubuh meminta istirahat.
Karena sejatinya, sehat itu sederhana — hanya sering terlupa.
Penulis: Devina Ramadhani — Mahasiswa semester 7 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Tangerang. Aktif menulis artikel bertema pendidikan, kesehatan, dan kehidupan sehari-hari dengan sudut pandang reflektif dan inspiratif. (*)