OPINI | TD — Dunia K-Pop, dengan iringan musiknya yang catchy dan penampilan panggungnya yang memukau, telah mencuri hati jutaan penggemar di seluruh dunia, termasuk di kalangan masyarakat Muslim. Fenomena ini memunculkan pertanyaan kompleks: bagaimana kita, sebagai umat Muslim, dapat menikmati hiburan ini tanpa mengorbankan nilai-nilai agama kita?
Artikel ini akan membahas pengaruh K-Pop pada kehidupan beragama, baik positif maupun negatif, serta menawarkan solusi untuk mencapai keseimbangan yang ideal.
K-Pop menawarkan lebih dari sekadar musik dan tarian. Industri ini sering kali memperkenalkan aspek budaya Korea Selatan yang kaya, termasuk tata krama, bahasa, dan makanan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk belajar dan menghormati keragaman budaya (QS. Al-Hujurat: 13).
Etos kerja keras yang ditunjukkan oleh para idol juga dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Muslim untuk meraih kesuksesan, selaras dengan anjuran Islam tentang pentingnya bekerja keras (QS. At-Taubah: 105).
Lebih jauh lagi, kreativitas inovatif dalam produksi konten K-Pop dapat memicu kreativitas di kalangan penggemar, suatu hal yang diizinkan dalam Islam selama tidak melanggar syariat.
Terakhir, keterbukaan dunia K-Pop bahkan dapat menjadi media dakwah yang tidak langsung, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa artis K-Pop yang memeluk Islam dan berbagi pengalaman mereka.
Di balik pesona K-Pop, terdapat pula potensi negatif yang perlu diwaspadai. Keterlibatan yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengabaikan kewajiban agama, seperti salat dan membaca Al-Qur’an (QS. Al-Munafiqun: 9).
Gaya hidup yang ditampilkan, termasuk standar kecantikan yang ekstrem dan pakaian yang minim, bisa bertentangan dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kehormatan diri dalam Islam (QS. An-Nur: 31).
Lebih jauh lagi, fanatisme berlebihan terhadap idol, yang terkadang sampai pada tahap idol worshipping, jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan keesaan Allah SWT sebagai satu-satunya yang pantas disembah (QS. Al-Isra’: 23).
Terakhir, beberapa konten K-Pop mengandung unsur sensualitas atau materialisme yang dapat merusak moral dan keimanan jika dikonsumsi tanpa filter (QS. Al-A’raf: 33).
Menemukan Keseimbangan: Panduan Islami untuk Menikmati K-Pop:
Penyaringan Konten: Pilihlah konten yang positif dan inspiratif, hindari konten yang mengandung unsur negatif seperti sensualitas dan materialisme.
Menjaga Keseimbangan: Tetapkan batasan waktu untuk menikmati K-Pop agar tidak mengganggu kewajiban agama dan aktivitas produktif lainnya. Ingatlah prinsip “al-wasathiyyah” (jalan tengah) dalam Islam.
Menggunakan K-Pop sebagai Inspirasi: Ambillah hikmah dari dedikasi dan kerja keras para idol, terapkan semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk kebaikan.
Menghindari Fanatisme Berlebihan: Sadarilah bahwa idol adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan, jangan sampai mengidolakan mereka secara berlebihan hingga melupakan Allah SWT.
Langkah Praktis Menjaga Keseimbangan:
Prioritaskan Ibadah: Renungkan tujuan hidup sebagai Muslim dan tetap utamakan ibadah kepada Allah SWT.
Kelola Waktu Efektif: Buat jadwal harian yang seimbang antara kegiatan ibadah, belajar, bekerja, dan hiburan.
Batasi Paparan Media Sosial: Kendalikan penggunaan media sosial untuk menghindari ketergantungan dan informasi negatif.
Perbanyak Ibadah dan Zikir: Perbanyak ibadah dan zikir untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menenangkan hati.
Cari Role Model Positif: Cari inspirasi dari tokoh-tokoh Muslim yang sukses dan berakhlak mulia.
Konsultasi dan Refleksi Diri: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan orang yang lebih bijak jika merasa terobsesi.
K-Pop, seperti halnya bentuk hiburan lainnya, memiliki pengaruh ganda bagi umat Muslim. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keislaman dan langkah-langkah praktis yang telah diuraikan, kita dapat menikmati hiburan ini tanpa mengorbankan nilai-nilai agama.
Kuncinya adalah menjaga keseimbangan, bijak dalam memilih konten, dan senantiasa mengingat tujuan hidup utama sebagai hamba Allah SWT. Semoga kita semua dapat meniti jalan tengah yang seimbang antara menikmati hiburan dan menjalankan kewajiban agama.
Penulis: Dini Intan Lestari, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. (*)