HIBURAN | TD – Siapa yang tidak mengenal unicorn? Makhluk rekaan yang biasanya digambarkan sangat indah ini, biasanya sebagai kuda putih yang cantik dan bertanduk di keningnya, ternyata mempunyai sejarahnya sendiri.
Unicorn adalah salah satu makhluk legenda yang banyak digunakan dalam film, cerita dongeng, dan menjadi gambar yang menarik untuk produk anak-anak. Tapi siapa sangka, unicorn pernah digambarkan sangat aneh bahkan buruk rupa.
Pada dokumen yang berasal dari abad ke-4 Masehi, unicorn digambarkan sebagai binatang yang besar, cepat, kuat, dengan badan berwarna putih dan kepala merah. Di dahinya, di atas sepasang matanya yang biru kelam, mencuat tanduk sepanjang 2 kaki.
Tanduk unicorn yang digambarkan oleh Ctesias, sejarahwan kuno Yunani tersebut, berwarna putih dan hitam, sedangkan ujungnya berwarna merah tua.
Ctesias mengisahkan unicorn hampir tidak bisa ditangkap, kecuali sudah terpojok di dekat anak-anak. Tetapi bila tidak, maka unicorn akan menjadi brutal jika melihat makhluk lain. Ia akan menyerang dengan tanduknya, menendang dan menggigit manusia, serta membunuh hewan lainnya. Unicorn akhirnya diburu dengan panah dan tombak.
Di belahan dunia lain, legenda unicorn tumbuh bersama cerita-cerita rakyat dalam waktu ribuan tahun. Di Eropa, unicorn dikenal sebagai kambing atau kuda dengan kuku belah pada kakinya dan tanduk spiral yang panjang.
Sedangkan di Asia, ada makhluk yang mirip deskripsi unicorn yang disebut qilin. Di beberapa wilayah, qilin dilukiskan sebagai makhluk mirip rusa dengan sisik naga dan terkadang mempunyai sebuah tanduk di dahinya.
Gaius Plinius Secundus, penulis Romawi abad pertama, menyebutkan tentang monoceros (tanduk tunggal). Ia menggambarkan makhluk tersebut sebagai binatang berbadan kuda, dengan kepala rusa jantan, kaki gajah, dan ekor babi hutan. Plinius mengatakan monoceros, atau unicorn versinya, memiliki suara yang kecil tetapi menusuk, dan bertanduk hitam.
Penggambaran berulang unicorn dalam berbagai kisah rupanya membuat orang-orang menganggap binatang tersebut nyata. Namun, setelah ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan para penjelajah pada abad ke-18, tidak seorang pun mengatakan telah menemukan unicorn atau makhluk yang mirip dengan penggambarannya kecuali Marcopolo.
Dalam sebuah literatur, disebutkan bahwa Marcopolo, dalam perjalanannya mengarungi samudra, menemukan unicorn di sebuah pulau. Ia menggambarkannya sebagai binatang yang sangat jelek, berkubang dalam lumpur dan lendir yang menjijikkan. Terakhir, disimpulkan bahwa binatang yang disebut Marcopolo tersebut adalah badak bercula satu di Pulau Jawa.
Jadi, jangan-jangan, unicorn adalah badak? Apakah mungkin?
Keyakinan bahwa unicorn merupakan hewan nyata tidak lepas dari pengaruh para pelaut dan pedagang di lautan Eropa pada abad pertengahan. Mereka kerap membawa tanduk spiral panjang berwarna putih dan mengatakan itu adalah tanduk unicorn.
Mereka meyakini bahwa meminum dengan peralatan yang terbuat dari tanduk tersebut dapat menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit dan juga racun.
Namun, terdapat kemungkinan bahwa tanduk yang mereka bawa tersebut berasal dari hewan lain, bukan unicorn. Di lautan Eropa, terdapat sejenis ikan paus bernama narwhal. Ikan ini mempunyai gigi yang tumbuh menembus bibir dan panjang. Gigi ikan narwhal ini juga tampak spiral, mirip dengan penggambaran tanduk unicorn.
Sangat mungkin terjadi, perdagangan tanduk ikan narwhal ini, yang disamarkan sebagai tanduk unicorn, merupakan komoditas yang menguntungkan pada saat itu. Dan keunikannya kemudian menjadi inspirasi yang berkembang menjadi salah satu unsur magis dan indah dalam cerita rakyat. (Pat)