OPINI | TD — Seperti biasanya setiap malam Kemerdekaan Bangsa Indonesia segenap seluruh rakyat Indonesia merenung dan berdoa serta mengadakan tasyakuran sebagai rasa syukur karena begitu besar nikmat kemerdekaan yang Allah berikan kepada kita semuanya.
Hakikat kemerdekaan terlepas dari kejahatan baik sifatnya yang jelek menuju kebaikan. Kemerdekan yang ke-78 semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya, sebagaimana Nabi Muhammad bersabda : Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat diri, keluarga dan bagi masyarakat.
Rasa syukur yang tiada tara atau tepatnya tasyakuran malam kemerdekaan diadakan dengan khidmat di lingkungan RT 03 RW 09,.Paninggilan Utara, Ciledug, Kota Tangerang.
Dr. Zulkifli MA (kedua dari kiri) dalam acara tasyakuran kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di lingkungan RT 03 RW 09 Paninggilan Utara Ciledug Kota Tangerang. (Foto : Dok. pribadi untuk TangerangDaily)
Tentunya dalam malam renungan HUT RI ke-78 menambah ukhuwah dan kebersamaan, sebagaimana Allah berfirman yang artinya : Dan Ingatlah ketika Allah memaklumkan kepada manusia, Jika bersyukur maka akan Allah tambah kenikmatannya, dan jika kufur tak bersyukur maka azab Allah amat pedih. Di Ayat lain Allah berfirman : Sesungguhnya Allah telah memberikan kenikmatan yang besar.
Indah rasanya ketika hidup ini kita nyatakan bahwa dengan kekayaan yang kita miliki kita mampu berbagi, dengan kekuatan yang Allah berikan kepada manusia tentunya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Keluarga merupakan miniatur terkecil dari sebuah bangsa, jika satu keluarga baik, maka Insyaallah negaranya baik. Ayah dan Ibu diibaratkan sebagai nahkoda kapal mau dibawa kemana keluarga tersebut terdapat pada kedua orangtua. Maka syekh Yusuf Alqordowi menyatakan jika ingin melihat sebuah negara itu bagus maka lihat para pemudanya sekarang.
Tentunya racikan kedua orangtua dalam membuat kurikulum kemerdekaan tak lepas dari peran seorang ayah dan ibu. Ayah bukan sekedar mencari nafkah untuk mencukupi perekomian keluarga tapi ayah harus mampu menjadi role model atau teladan yang baik bagi keluarganya.
Jika kedua orangtua dalam keseharian selalu dekat dengan Allah serta rajin bersedekah sudah dipastikan anggota akan mengikuti, tetapi sebaliknya jika kedua orangtua dalam keseharian lebih dekat dan selalu memegang telepon genggam atau HP maka anakpun akan mengikutinya.
Syekh Musthofa Alghulayani ulama Libanon bilang jika ingin memerdekakan keluarga, maka didik dan ajarkan serta biasakan kepada hal-hal yang positif yang pada akhirnya semuanya akan menjadi karakter.
Semoga kita mampu merdeka secara jasmani dan ruhani serta memberikan kesejahteraan dan kenyamanan kepada keluarga dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bishawwab. (Red)
Penulis : Dr. Zulkifli, MA
Dosen Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Tangerang