Jumlah Investor Kripto Indonesia Tembus 14 Juta, Tantangan Literasi Jadi Sorotan

waktu baca 2 minutes
Senin, 9 Jun 2025 14:41 0 Elvira

Jakarta, 5 Juni 2025 – Pesatnya peningkatan jumlah investor kripto di Indonesia menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap aset digital. Namun, berdasarkan temuan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, lonjakan jumlah pengguna tersebut belum diiringi oleh peningkatan literasi keuangan yang memadai. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait pemahaman yang belum utuh terhadap risiko dan cara kerja aset kripto.

Dalam laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah pengguna aset kripto di tanah air per April 2025 mencapai 14,16 juta orang, naik dari 13,71 juta di bulan sebelumnya. Nilai transaksi pun meningkat signifikan, dari Rp32,45 triliun menjadi Rp35,61 triliun. Sayangnya, sektor kripto masih berada di bawah kategori “Lembaga Jasa Keuangan Lain” dan belum memiliki indeks literasi yang terpisah, membuat pemetaan pemahaman publik terhadap kripto belum optimal.

CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyampaikan bahwa lonjakan pengguna harus dibarengi dengan upaya serius dalam meningkatkan pemahaman masyarakat. Ia menegaskan pentingnya edukasi kripto yang menyeluruh dan mudah diakses untuk mencegah risiko spekulatif yang merugikan investor pemula.

“Kami menyambut baik antusiasme masyarakat terhadap kripto. Namun inklusi tanpa literasi berpotensi membawa dampak negatif. Untuk itu, Tokocrypto terus mendorong edukasi publik melalui berbagai program di kampus, komunitas, dan daerah terpencil,” ungkap Calvin.

Ia menambahkan bahwa sinergi antara sektor swasta, regulator, dan dunia pendidikan menjadi kunci membangun pemahaman yang kokoh. Kolaborasi seperti ini dapat menciptakan kurikulum dan pelatihan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk usia muda dan wilayah non-perkotaan.

Menurut SNLIK, meskipun generasi muda (18–35 tahun) memiliki tingkat literasi keuangan lebih tinggi, tidak semua dari mereka memahami seluk-beluk aset kripto secara menyeluruh. Tantangan lebih besar dihadapi kelompok usia lanjut dan masyarakat dengan akses pendidikan terbatas.

Calvin menyebut contoh negara seperti Singapura yang telah mengintegrasikan pelajaran blockchain dan kripto dalam sistem pendidikannya melalui universitas dan kebijakan pemerintah. Ia berharap Indonesia dapat menempuh langkah serupa untuk membangun ekosistem kripto yang sehat dan berkelanjutan.

Tokocrypto menyatakan komitmennya sebagai mitra edukatif masyarakat untuk mendorong transformasi digital Indonesia yang inklusif dan berwawasan. Dengan pertumbuhan yang pesat, kripto harus menjadi instrumen ekonomi digital yang aman dan memberikan manfaat jangka panjang bagi penggunanya.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

LAINNYA