Indonesia menyaksikan perkembangan penting di bidang medis dengan diluncurkannya program sertifikasi internasional untuk regenerative medicine. Acara ini diselenggarakan oleh Indonesian Society of Regenerative Medicine (INASRM) yang bekerja sama dengan RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Stem Cell Center (JSC), serta berkolaborasi strategis dengan American Board of Regenerative Medicine (ABRM).
Momen bersejarah ini ditandai dengan wisuda angkatan pertama untuk program Diploma di bidang regenerative medicine. Sebanyak 15 tenaga medis Indonesia berhasil menyelesaikan pelatihan dan sertifikasi dari ABRM, yang memberikan mereka gelar Diploma dalam bidang tersebut. Program Diploma ini adalah hasil kerja sama lintas institusi, yang melibatkan INASRM, RSPAD, sektor swasta, dan ABRM. Rumah Sakit RSPAD, yang bertindak sebagai rumah sakit pengampu, kini memiliki tanggung jawab untuk membimbing rumah sakit dan klinik swasta dalam menyediakan layanan terapi stem cell serta menyelenggarakan pelatihan di bidang regenerative medicine.
JSC turut berperan sebagai mitra kesekretariatan INASRM, mendukung penuh suksesnya program ini. Wisuda pertama ini dihadiri oleh Rozina Badal Munir, MD, M.B.B.S., DABRM, FAARM, yang menjabat sebagai Global Development Director di American Society of Regenerative Medicine (ASRM), serta Ketua Komite Sel Punca, Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K), dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kehadiran mereka mempertegas dukungan internasional terhadap perkembangan regenerative medicine di Indonesia.
Pada acara yang sama, juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara INASRM dan ABRM. MoU ini menjadi landasan penting untuk pengembangan pendidikan berkelanjutan serta standar kemampuan tenaga medis dalam bidang regenerative medicine.
Menurut Dr. Jonny, SpPD-KGH, MKes, MM, DCN, FISN, Ketua INASRM, INASRM hadir sebagai wadah profesional yang mendukung pengembangan kompetensi tenaga medis dalam pelayanan regenerative medicine di Indonesia. “Kami yakin, perkembangan regenerative medicine memerlukan fondasi yang kuat, baik dari sisi kompetensi maupun regulasi, yang dapat diwujudkan melalui sertifikasi internasional bagi para tenaga medis,” ungkapnya.
INASRM dipimpin oleh Dr. Jonny sebagai Ketua, dengan Dr. Yanuarso, SpOT, Subspes. CO(K), MH sebagai Wakil Ketua, Dr. Cosmos O Mangunsong, Sp.M(K) sebagai Sekretaris Jenderal, serta Sari W. Pramono, BA sebagai Bendahara. Prof. dr. Ahmad Faried, Sp.BS, Subsp. N-Onk(K), PhD, FICS berperan sebagai Penasehat INASRM.
INASRM berperan dalam menetapkan standar etika, kompetensi, dan pengembangan karier bagi tenaga medis di bidang regenerative medicine. Organisasi ini juga aktif dalam mendorong pendidikan berkelanjutan dan kerja sama internasional, seperti yang telah dilakukan bersama ABRM. ABRM merupakan lembaga terkemuka di dunia dalam bidang regenerative medicine yang telah bekerja sama dengan banyak negara dalam mengembangkan standar praktek yang aman dan berbasis bukti.
Pelatihan yang diselenggarakan meliputi teori ilmiah, praktik klinis, dan penilaian kemampuan di bidang regenerative medicine, yang dilakukan oleh tim ahli dari dalam dan luar negeri. Selain aspek keilmuan, Dr. Yanuarso juga menekankan pentingnya regulasi dalam memastikan bahwa praktik regenerative medicine, khususnya stem cell, dapat lebih terkontrol dan memenuhi standar yang seragam.
Seorang peserta, Dr. Cosmos Mangunsong, SpM (K) dari Jakarta Stemcell Centre dan Jakarta Eye Centre, memberikan apresiasi positif terhadap pelatihan ini. “Pelatihan ini membuka perspektif baru tentang bagaimana stem cell seharusnya diterapkan secara etis dan ilmiah, bukan hanya sebagai tren,” ujarnya.
Selain itu, Ibu Sari W. Pramono, BA, seorang peserta non-dokter, menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan layanan regenerative medicine, khususnya dalam penggunaan stem cell.
Ke depan, INASRM berencana untuk menyelenggarakan pelatihan secara rutin dan memperluas kerja sama dengan berbagai institusi serta rumah sakit di seluruh Indonesia. Meningkatnya kesadaran tentang pentingnya legalitas dan standar dalam regenerative medicine menunjukkan bahwa bidang ini semakin diperhatikan.
Dr. Jonny menambahkan, “Dengan adanya tenaga medis yang tersertifikasi, kami berharap masyarakat bisa memperoleh layanan regenerative medicine yang aman, terutama dalam terapi stem cell, yang saat ini masih dalam tahap penelitian.”
Wisuda pertama ini menandakan dimulainya era baru bagi profesi kedokteran Indonesia dalam menghadapi perkembangan personalized and precision medicine. Pelatihan internasional ini bukan hanya sebagai simbol pengakuan, tetapi juga sebagai komitmen untuk menghadirkan praktik berbasis bukti dengan menjaga aspek keamanan pasien.