KESEHATAN MENTAL | TD – Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam memproses ingatan dan imajinasi. Banyak orang dapat dengan mudah membayangkan wajah teman dekat, warna langit saat senja, atau bentuk rumah masa kecil mereka hanya dengan memikirkan hal tersebut. Namun, ada kondisi neurologis yang membuat seseorang tidak mampu membentuk citra visual dalam pikirannya, yang dikenal sebagai aphantasia.
Aphantasia bukanlah sebuah penyakit atau gangguan mental, melainkan variasi dalam cara kerja otak yang menghalangi kemampuan seseorang untuk membayangkan gambar secara visual. Meskipun demikian, individu yang mengalami aphantasia tetap dapat berpikir, mengingat, dan berkarya dengan cara lain, seperti menggunakan kata-kata atau konsep. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai aphantasia:
Aphantasia menyebabkan seseorang tidak mampu membayangkan sesuatu yang solid. Misalnya sebuah objek, wajah, atau tempat secara visual. Misalnya, ketika diminta untuk membayangkan sebuah apel merah, yang muncul bukanlah gambar apel, melainkan hanya pemahaman konseptual tentang apel tersebut.
Istilah aphantasia pertama kali diperkenalkan oleh Adam Zeman, seorang ahli neurologi dari University of Exeter. Meskipun baru dikenal dalam penelitian, banyak orang telah mengalami kondisi ini tanpa menyadarinya selama bertahun-tahun.
Sebagian besar kasus aphantasia bersifat bawaan, tetapi ada juga yang muncul setelah cedera otak atau kejadian neurologis tertentu yang memengaruhi area visual di otak.
Meskipun tidak dapat memvisualisasikan, individu dengan aphantasia tetap dapat menjadi seniman, penulis, atau ilmuwan. Proses kreativitas mereka tetap berjalan, meskipun tidak bergantung pada citra visual.
Banyak orang baru menyadari bahwa mereka memiliki aphantasia ketika membandingkan pengalaman berpikir mereka dengan orang lain, terutama dalam hal visualisasi atau pengingatan.
Aphantasia bukanlah sebuah kekurangan, melainkan variasi dalam cara otak manusia berfungsi. Dalam masyarakat yang semakin menghargai keberagaman neurologis, pemahaman tentang kondisi seperti aphantasia dapat memperluas wawasan mengenai kompleksitas dan keunikan pikiran manusia.
Perbedaan ini tidak mengurangi nilai seseorang dalam berpikir, berkreasi, atau berkontribusi dalam kehidupan. Sebaliknya, pemahaman ini menunjukkan bahwa tidak ada satu cara yang benar dalam merespons dunia—semua cara itu sah dan berharga dalam bentuknya masing-masing. (Nazwa/Pat)