Abraham dan DP3AKKB Banten Galakkan Sosialisasi Penurunan KTD di Kabupaten Tangerang

waktu baca 3 minutes
Kamis, 24 Jul 2025 14:05 0 Redaksi

TANGERAN | TD – Abraham Garuda Laksono, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Banten, bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten, menggalakkan sosialisasi penurunan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Kabupaten Tangerang. Dalam acara tersebut, Abraham menekankan pentingnya edukasi untuk mencegah KTD di kalangan generasi muda, terutama pasangan usia subur (PUS) dan calon pengantin.

Sosialisasi ini berlangsung di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis pada Kamis, 24 Juli 2025, dan merupakan bagian dari program “Sahabat Sehat Sahabat Pintar Abraham” (S3P Abraham) yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga. Abraham menjelaskan bahwa KTD masih menjadi masalah serius di Banten, dengan dampak yang luas terhadap kesehatan reproduksi, psikologis, dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. KTD sering kali disebabkan oleh kurangnya perencanaan keluarga dan minimnya edukasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi.

“Pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi sejak dini bukanlah hal yang tabu. Ini adalah bagian dari upaya perlindungan bagi remaja dan calon pengantin agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan masa depan mereka,” ungkap Abraham. Ia menegaskan bahwa penurunan angka KTD harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.

“Kita ingin masyarakat lebih sadar dan siap menjalani kehidupan berkeluarga dengan perencanaan yang matang. Sosialisasi seperti ini perlu diperluas,” tambahnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DP3AKKB Provinsi Banten, Erminiwati, juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan DPRD Banten untuk memperkuat sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami hadir bersama DPRD sebagai bentuk kolaborasi untuk perlindungan perempuan dan anak, dengan tujuan menciptakan generasi unggul menuju Indonesia Emas,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa edukasi harus dimulai sejak remaja hingga masa persiapan pernikahan, agar masyarakat siap secara fisik, mental, dan sosial dalam menjalani kehidupan berkeluarga. “Tingginya angka KTD berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan ibu dan bayi hingga risiko putus sekolah dan tekanan ekonomi. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tambahnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan peserta dari kalangan remaja, pasangan usia subur, dan tokoh masyarakat. Peserta mengaku mendapatkan banyak wawasan baru dan berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin. Salah satu peserta, Ika, menyampaikan harapannya agar materi edukasi dapat dibagikan dalam bentuk softcopy dan adanya pembentukan Satgas KTD serta Posyandu Remaja di tingkat desa atau kelurahan.

“Kami butuh pendampingan yang dekat dan berkelanjutan. Masalah di masyarakat cukup kompleks, dan kehadiran PUSPAGA serta satgas warga bisa menjadi solusi jangka panjang,” tuturnya.

Dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan berbasis komunitas, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam mengurangi risiko kehamilan tidak diinginkan dan membangun keluarga yang sehat, terencana, dan berkualitas di masa depan. (*)

LAINNYA