KABUPATEN TANGERANG | TD — Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten merespon dugaan terjadi pencemaran air sumur milik warga Desa Gembong dan Sumur Bandung, Kabupaten Tangerang.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLHK Provinsi Banten Wawan Gunawan mengatakan, ia langsung menerjunkan timnya untuk memeriksa kondisi air di sumur warga tersebut.
“Hari ini teman-teman dari DLHK Provinsi Banten sudah saya terjunkan ke lokasi untuk ambil sampel air dari sumur masyarakat,” ujarnya kepada TangerangDaily, Jumat, 1 Oktober 2021.
Langkah tersebut, kata dia, untuk memastikan zat yang ada di air sumur warga tersebut.
“Untuk memastikan apakah ada kandungan yang sama dengan limbah yang dikeluarkan oleh PT Mayora,” imbuhnya.
Sebelumnya, kata dia, DLHK Banten juga sudah melakukan pengawasan pengelolaan limbah di dalam lingkungan pabrik PT Mayora Indah Jayanti pada Jumat, 23 September 2021.
Diberitakan sebelumnya, warga yang tinggal di sekitar pabrik PT Mayora Indah Jayanti mengeluhkan perubahan warna dan rasa pada air sumur mereka.
“Kalau dulu airnya jernih, bening, segar seperti air mineral. Sekarang keruh dan kekuningan,” ujar Ahmad Almufti, warga kampung Jatake, Desa Gembong, Kecamatan Balaraja saat ditemui di rumahnya, Selasa 28 September 2021.
Selain keruh, kata Ahmad, air sumur mereka berubah rasa dan volume airnya menjadi sedikit. “Rasanya gak enak aja untuk diminum dan airnya tidak sebanyak dulu,” ucapnya.
Baca juga: Temuan DLHK Kabupaten Tangerang Terkait Laporan Dugaan Pencemaran Limbah PT Mayora Jayanti
Karena perubahan air sumur itu, Ahmad dan keluarganya kini menggunakan air PAM untuk keutuhan makan dan minum.
Hal yang sama juga dirasakan Siti Arnaningsih, warga Kampung Kramat, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Jayanti. “Air sumur berubah warna keruh, kekuningan dan kadang berbau apek,” kata Arna.
Arna dan keluarganya tinggal bersebelahan dengan pabrik makanan dan minuman itu yang hanya dibatasi satu bangunan dan tembok beton setinggi tiga meter.
Menurut dia, perubahan air sumur di rumah itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. “Dulu airnya bersih bisa dipakai minum, kalau sekarang agak ragu untuk diminum karena keruh dan kadang berbau,” ujarnya sambil menunjukan air di dalam ember berwarna putih. “Lihat saja endapan kuning diember dan kamar mandi.”
Untuk mengakali agar air tidak terlalu kotor, Arna dan keluarganya menampung dan menyaring air di bak penampungan.”Tapi air tetap keruh dan jika dipakai mencuci baju putih lama kelamaan baju akan berubah kuning kecoklatan.”
Karena khawatir air itu berbahaya jika dikonsumsi, Arna dan keluarga terpaksa membeli air mineral untuk kebutuhan minum. “Kami sudah tiga kali membuat sumur bor, hasilnya sama saja airnya gak enak,” ujarnya. (Red/Rom)