Pesona Payung Nabawi di Masjid Raya Al-A’zhom: Wajah Baru Wisata Religi Kota Tangerang

waktu baca 3 minutes
Jumat, 31 Okt 2025 08:57 0 Redaksi

KOTA TANGERANG | TD — Mentari sore perlahan condong ke barat, memantulkan cahaya keemasan di halaman Masjid Raya Al-A’zhom, Kota Tangerang. Di bawah langit yang cerah, deretan payung raksasa berwarna putih tampak mengembang megah, menaungi para pengunjung yang tengah berswafoto atau sekadar duduk santai menikmati semilir angin sore. Sekilas, suasana ini mengingatkan pada keindahan Masjid Nabawi di Madinah.

Kini, Masjid Raya Al-A’zhom tak hanya dikenal sebagai salah satu masjid terbesar di Provinsi Banten, tetapi juga sebagai ikon wisata religi baru Kota Tangerang. Kehadiran payung otomatis bergaya Nabawi menjadikan masjid ini bertransformasi dari sekadar tempat ibadah menjadi ruang publik yang memadukan nilai spiritualitas, estetika, dan kebanggaan lokal.

Warisan Inovasi dari Masa Kepemimpinan Arief R. Wismansyah

Transformasi Masjid Raya Al-A’zhom merupakan hasil inisiatif Pemerintah Kota Tangerang pada masa kepemimpinan Wali Kota H. Arief R. Wismansyah. Proyek ini digagas untuk memperindah kawasan sekaligus memperkuat identitas religius kota.

“Kami ingin menjadikan masjid ini sebagai pusat aktivitas keagamaan sekaligus ruang wisata yang edukatif dan nyaman bagi masyarakat,”
ujar Arief dalam peresmian payung Nabawi pada akhir tahun 2023.

Payung-payung tersebut diresmikan pada Desember 2023, tak lama sebelum masa jabatan Arief berakhir. Sejak saat itu, jumlah pengunjung terus meningkat signifikan. Berdasarkan data Dinas Pariwisata, ribuan pengunjung datang setiap akhir pekan dan hari libur panjang, baik untuk beribadah maupun menikmati suasana khas “mini Madinah” di jantung kota Tangerang.

Perpaduan Spiritualitas dan Estetika

Deretan payung Nabawi di halaman Masjid Raya Al-A’zhom berdiri anggun di bawah langit biru Tangerang, memancarkan harmoni antara spiritualitas dan estetika kota. (Foto: Dok. Penulis)

Masjid Raya Al-A’zhom berdiri megah di kompleks Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, dikelilingi taman hijau dan area kuliner yang menyajikan beragam jajanan khas. Sore hari menjadi waktu favorit warga untuk berkunjung. Anak-anak berlarian di pelataran, keluarga bersantai sambil mencicipi kuliner, sementara wisatawan sibuk mengabadikan momen di bawah payung-payung indah itu.

Desain dan mekanisme payung raksasa ini dirancang dengan perencanaan matang, menyerupai sistem di Masjid Nabawi. Payung dapat membuka dan menutup otomatis sesuai kebutuhan, memberikan kenyamanan jamaah dari panas terik atau hujan yang turun tiba-tiba.

Selain fungsional, pembangunan ini juga membawa pesan simbolik: kemajuan dan kreativitas pemerintah daerah dalam mengembangkan ruang publik bernuansa Islami. Kehadiran payung Nabawi di Al-A’zhom memperkuat citra Tangerang sebagai kota religius yang modern dan ramah wisatawan.

Magnet Baru Wisata Religi Kota Tangerang

Kini, Masjid Raya Al-A’zhom bukan sekadar tempat sujud dan dzikir, melainkan simbol keharmonisan antara spiritualitas, budaya, dan inovasi. Banyak warga menyebutnya “Nabawi-nya Tangerang”. Tak sedikit wisatawan dari luar kota datang khusus untuk melihat langsung keindahan payung-payung megah tersebut.

Pemerintah kota yang kini dipimpin oleh Sachrudin melanjutkan upaya pengembangan kawasan ini dengan berbagai fasilitas tambahan, seperti area parkir luas, taman tematik, dan spot foto estetik yang ramah pengunjung. Semua dirancang untuk menciptakan pengalaman wisata religi yang berkesan dan nyaman bagi semua kalangan.

Dari Tangerang untuk Dunia

Kehadiran payung Nabawi versi Tangerang menjadi bukti nyata bahwa kreativitas lokal mampu melahirkan karya berkelas internasional. Masjid Raya Al-A’zhom kini berdiri bukan hanya sebagai pusat ibadah umat Islam, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi yang menenangkan hati dan membanggakan warga.

Dengan sentuhan inovasi dan semangat religiusitas yang terus dijaga, Masjid Raya Al-A’zhom telah menjelma menjadi permata baru di Banten, menghadirkan nuansa Madinah yang damai di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan.

Penulis: Sofian Pratama Putra
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

LAINNYA