Jus Jeruk Kemasan: Warna Cerah, Tapi Kandungan Vitamin C-nya?

waktu baca 4 minutes
Minggu, 15 Jun 2025 02:14 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD – Siapa yang tidak tergoda dengan segarnya warna oranye cerah dari jus jeruk kemasan yang berjejer rapi di rak-rak minimarket? Labelnya pun menarik, seringkali beserta klaim “kaya vitamin C” atau “sumber antioksidan alami”. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, apakah warna cerah itu benar-benar menjamin kandungan vitamin C yang tinggi?

Sifat Vitamin C yang Peka Terhadap Oksidasi

Vitamin C atau asam askorbat adalah zat gizi penting bagi tubuh untuk menjaga sistem imun, mempercepat penyembuhan luka, dan sebagai antioksidan alami. Menurut Yuda dan Suena (2016), vitamin C tergolong sebagai vitamin yang sangat mudah rusak karena sifatnya yang mudah teroksidasi. Terutama ketika terpapar suhu tinggi, cahaya, zat alkali, enzim, oksidator, serta dipercepat oleh keberadaan logam seperti tembaga dan besi sebagai katalis. Buah jeruk memang terkenal luas sebagai salah satu sumber utama vitamin C, sehingga banyak orang menganggap bahwa semua produk olahan berbahan dasar jeruk pasti memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. Namun pada kenyataannya, anggapan tersebut tidak selalu benar terutama pada produk jus jeruk dalam kemasan.

Proses produksi jus jeruk kemasan umumnya melibatkan tahap pemanasan atau pasteurisasi untuk memperpanjang masa simpan produk dengan cara membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ameliah et al. (2023), pasteurisasi adalah proses pemanasan pada suhu 60–100°C yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme seperti kapang, bakteri, dan sejenisnya. Namun, vitamin C merupakan senyawa yang sangat sensitif terhadap suhu tinggi dan mudah mengalami kerusakan selama proses pemanasan tersebut. Akibatnya, meskipun jus jeruk kemasan tetap tampak segar dengan warna cerah, kandungan nutrisinya bisa jauh berkurang dibandingkan jus jeruk segar.

Warna Cerah Jus Jeruk Tidak Menandakan Jumlah Gizi

Menariknya, warna cerah pada jus jeruk kemasan tidak selalu menandakan kandungan vitamin yang tinggi. Warna tersebut bisa berasal dari pewarna alami atau tambahan bahan lain yang berfungsi menjaga penampilan produk. Jadi, jangan tertipu hanya dari tampilannya saja. Kandungan vitamin C yang sebenarnya hanya bisa diketahui lewat analisis laboratorium. Menurut Leo dan Daulay (2022), salah satu metode untuk mengukur kadar vitamin C adalah spektrofotometri UV-Vis. Di mana larutan sampel yang mengandung vitamin C melalui proses terlarut menggunakan aquades, lalu masuk ke dalam kuvet dan menerima penyinaran cahaya ultraviolet pada panjang gelombang 265 nm untuk mengukur tingkat absorbansinya.

Jus jeruk segar yang terbuat langsung dari perasan buah umumnya mengandung vitamin C dalam jumlah yang lebih tinggi. Menurut Ramlah et al. (2021), sekitar seperempat dari total kandungan vitamin C dalam buah jeruk terdapat pada sari buahnya yang berkisar antara 40 hingga 70 mg per 100 mL tergantung pada jenis jeruknya. Kandungan vitamin C ini dapat bervariasi karena pengaruh faktor seperti jenis bahan baku dan proses pengolahannya. Setiap metode pengolahan, terutama yang melibatkan pemanasan dapat menyebabkan penurunan kadar vitamin C. Oleh karena itu, jus jeruk dalam kemasan umumnya memiliki kadar vitamin C yang lebih rendah daripada jus segar.

Bukan berarti jus kemasan sepenuhnya buruk. Produk ini tetap bisa menjadi pilihan praktis saat kamu sedang sibuk atau bepergian. Namun, jika tujuanmu adalah mendapatkan asupan vitamin C harian yang optimal, jus jeruk segar atau konsumsi langsung buah jeruk akan jauh lebih baik.

Oleh karena itu, warna cerah pada jus jeruk kemasan memang menarik, tapi bukan jaminan kandungan vitamin C di dalamnya tetap tinggi. Lebih bijak lagi, kita perlu memahami bahwa proses pengolahan bisa mengurangi zat gizi yang penting. Jadi, kalau ingin benar-benar sehat, jangan hanya percaya pada label atau warna—kenali juga proses dan kandungan di baliknya.

Penulis: Linda Julianti, Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Editor: Patricia

Referensi:

Yuda, P. E. S. K., & Suena, N. M. D. S. (2016). Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kadar tablet vitamin C yang diukur menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Ilmiah Medicamento2(1): 23-27.

Leo, R., dan Daulay, A. S. 2022. Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Bervitamin yang Disimpan Pada Berbagai Waktu Dengan Metode Spektrofotometri UV. Journal of Health and Medical Science. Vol. 1(2): 105-115.

Ramlah, S., Kalsum, K., & Yumas, M. (2021). Karakteristik mutu dan masa simpan sari buah jeruk manis dari selayar dan malangke. Indonesian Journal of Industrial Research16(2), 49-58.

Ameliah, R. J., R.H.F. Faradilla, M. S. Sadimantara. 2023. Pengaruh Suhu dan Lama Pasteurisasi Terhadap Umur Simpan dan Aktivitas Antioksidan Jus Buah Fungsional (Melon, Mentimun dan Semangka). Jurnal Riset Pangan. Vol. 1(2): 34-51.

 

 

LAINNYA