TOKOH | TD – Tan Lioe Ie dikenal dengan julukan “Singa dari Bali” karena semangatnya yang berkobar-kobar dalam setiap karya dan performance. Puisi-puisinya selalu apik. Dan, ia mampu memukau setiap orang yang hadir dalam pertunjukannya.
Dalam dunia kesenian Indonesia, Tan Lioe Ie dikenal memiliki sepak terjang dalam berbagai bidang kesenian, termasuk musik, seni rupa, teater, dan puisi sejak muda. Dalam musikalisasi puisi, ia mampu memukau setiap penonton. Dan, puisi-puisinya selalu apik.
Album musikalisasi puisinya berjudul “Kuda Putih” yang bersumber dari 8 puisi Umbu Landu Paranggi dan 2 buah puisinya sendiri. Ia juga mempunyai album musik-puisi solo berjudul “Exorcisme”.
Tan Lioe Ie lahir dalam keluarga Tiong Hoa yang tinggal di Bali, Denpasar, pada 1 Juni 1958. Ayahnya berasal dari Hainan, sebuah provinsi kecil di Cina. Sedangkan ibunya, yang juga berdarah Cina, berasal dari Bugis.
Keluarga besar tempat tumbuh Tan Lioe Ie sangatlah beragam. Ada yang memeluk Islam, Katolik, bahkan Hindu Brahmana. Keanekaragaman inilah yang rupanya kemudian mempengaruhi corak pemikiran dan karya Tan Lioe Ie.
Dalam kesenian, Tan Lioe Ie telah menekuni dunia teater dan musik sejak SMA. Sedangkan keputusannya untuk mencintai puisi lebih dalam muncul saat ia menjadi juri pembacaan puisi yang digelar oleh Sanggar Minum Kopi.
Pertemanan Tan Lioe Ie sangat luas. Dalam lingkar pergaulannya, ada nama-nama terkenal dalam dunia sastra, seperti Umbu Landu Paranggi, Wayang Jengki Sunarta, dan Cok Sawitri yang merupakan seniman Bali, serta budayawan lainnya di Indonesia.
Tidak hanya itu, Tan Lioe Ie juga mendapatkan banyak teman baik yang berasal dari manca negara. Ia tidak sungkan berbagi cerita dan berdiskusi dengan siapa saja.
Publikasi karya-karya Tan Lioe Ie yang tersebar di berbagai media membuktikan bahwa ia telah diakui sebagai sastrawan baik di Indonesia maupun di manca negara.
Beberapa media dalam negeri yang memuat puisi-puisi yaitu Horison, Media Indonesia, Suara Merdeka, Kompas, Jurnal CAK, Bali Pos, dan Bali The Morning.
Sedangkan di luar negeri, karya-karya Yokie, panggilan akrabnya, dimuat antara lain di Coast Lines yaitu surat kabar dari Australia, dan Paradox dari Jerman.
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yaitu Belanda, Perancis, Jerman, Belgia, Suriname, Afrika Selatan, dan Tasmania.
Berikut ini adalah beberapa buku antologi Tan Lioe Ie yang telah terbit:
1. “Kita Bersaudara” (tahun 1991)
Buku ini juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “We Are All One”.
2. “Malam Cahaya Lampion” (tahun 2005)
Antologi solo ini menghantarkan Tan Lioe Ie sebagai salah satu nominasi dalam daftar panjang penyair pada Katulistiwa Literary Award. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dalam judul “Nacht Van De Lampionnen” .
3. “Ciam Si, Puisi-puisi Ramalan” (tahun 2015)
Karya puisi Tan Lioe Ie kali ini berbentuk serangkaian kartu untuk memberikan segala ramalan mengenai kehidupan.
Karya yang terinspirasi dari budaya tarot Ciam Si asal Cina. Ia mengolahnya dalam bahasa estetik puisi dan sangat peduli terhadap aturan baris dan kata yang dimiliki tarot sejak zaman kuno tersebut.
Ciam Si kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dengan judul “Poemes Divinatoires” pada 2017.
4. “Yin”
Buku puisi “Yin” merupakan refleksi spiritual dan sebuah respon dari diskusi mengenai sastra religius yang cerdas.
5. “Ekphrasis”
Dalam buku antologi terbaru ini, Tan menuangkan kreativitasnya dalam teknik gaya bahasa.
Selain karya-karya solo di atas, ia kerap mengikuti antologi bersama dengan pemuisi lainnya. Jumlah antologi itu setidaknya ada 27 buku.
Antologi-antologi bersama tersebut, antara lain berjudul:
1. Bali The Morning After,
2. Antologi Menagierie 4,
3. Perjalanan,
4. Mimbar Penyair Abad 21,
5. Bonsai’s Morning,
6. Living Together,
7. Tafsir dalam Permainan, dan
8. Utan Kayu International Literary Biennale.
“Penyair” musik-puisi yang berjulukan “Singa dari Bali” ini dikenal sangat aktif dalam berbagai pertunjukkan atau festival seni di dalam dan luar negeri.
Dari sinilah ia sangat dihargai, baik sebagai seniman maupun pribadi. Dan sesungguhnya itulah penghargaan sejati untuk semangat dan totalitasnya dalam berkarya sepanjang perjalanan usianya.
Berikut ini adalah beberapa penghargaan yang diraih Tan Lioe Ie:
1. “Malam Cahaya Lampion” masuk ke dalam jajaran pemuisi yang diakui Katulistiwa Literary Award.
2. “Ciam Si, Puisi-puisi Ramalan” meraih penghargaan di Hari Puisi Nasional.
3. Puisi “Tangis Musim Semi Azerbaijan” menang dalam Lomba Cipta Puisi Nasional.
4. Puisi “Abad yang Luka” memenangkan Taraju Award.
5. Memenangkan salah satu tiket “Writer in Residence” di Tasmania.
6. Meraih penghargaan Bali Jani Nugraha pada tahun 2022.
(Pat)