Terkena PHK, Warga di RT 02 Cipondoh Makmur Kompak Pilih Buka Usaha

waktu baca 3 menit
Senin, 15 Feb 2021 14:06 0 44 Redaksi TD

KOTA TANGERANG | TD — Kehilangan pekerjaan karena terkena pemutusan hubungan kerja di pabrik justru memicu keberanian warga di RT 02/07 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang membuka usaha sendiri.

Kini lingkungan tersebut pun dinobatkan menjadi Kampung Gegana (Gegares di mana-mana) atau bisa makan di mana saja.

Kisah warga di tiga gang di pemukiman itu berawal ketika tahun 2015 mereka kehilangan pekerjaan. Sumber penghasilan mereka saat itu mayoritas karyawan di salah satu pabrik keramik di Kali Deres, Jakarta.

Tidak adanya penghasilan setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) itulah membuat warga memutar otak agar tetap bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup.

“Awalnya yang penting kami bisa bertahan hidup. Karena sejak di-PHK, kan enggak ada penghasilan,” ujar Ketua RW 07, Suprihatin kepada TangerangDaily, Senin (15/2/2021).

Berita Tangerang, Berita Tangerang Terbaru, Berita Tangerang Terkini, Berita Tangerang Hari Ini, Berita Kota Tangerang, Berita Kota Tangerang Terbaru, Berita Kota Tangerang Terkini, Berita Kota Tangerang Hari Ini: Terkena PHK, Warga di RT 02 Cipondoh Makmur Kompak Pilih Buka Usaha

Sambal pecel, produk andalan Kampung Tematik Gegana, Kota Tangerang. (Foto: Eko Setiawan/TangerangDaily).

Jenis usaha yang digeluti oleh warga didominasi mengolah aneka makanan ringan, mulai kue panada, onde-onde, risol hingga sambal pecel yang menjadi salah satu primadonanya.

“Kami berjualan pagi di depan gang. Tapi kami juga jualan di online, dan melayani pesanan juga,” tambahnya.

Karena mayoritas warganya pelaku UMKM, maka wilayah itu pun kemudian dinobatkan menjadi kampung tematik Gegana (Gegares di mana-mana).

Suprihatin mengatakan nama Kampung Gegana dicetuskan oleh Lurah Cipondoh Makmur terdahulu, Boyke Urif yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kota Tangerang.

“Jadi lingkungan kami resmi menjadi kampung tematik dengan nama Kampung Gegana sejak 2017. Saat itu pak Boyke yang memberi nama. Dinamakan gegares di mana-mana, kan kalau bahasa Betawi gegares itu artinya makan,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan oleh Ketua RT 02, Suprapto. Dia menjelaskan, terkena PHK tak membuat warga putus asa. Mereka terus bangkit dari keterpurukan. Perlahan tapi pasti, kini para warga tak gusar soal urusan dapur yang harus tetap ngebul setiap hari.

“Sekarang pendapatan utama warga ya dari berjualan makanan ringan ini. Kami memproduksi secara mandiri makanan ringan,” katanya.

Produk kuliner warga tak hanya dijual di pasar lokal saja. Namun juga telah merambah ke luar negeri, seperti sambal pecel yang dijual hingga ke Arab Saudi. Sambal ini bahkan menjadi oleh-oleh wajib bagi sebagian wisatawan yang datang ke Kota Tangerang.

“Andalan kami ada beberapa, seperti bawang goreng dan sambal pecel. Tapi untuk sementara ini memang penjualannya tidak terlalu besar, masih kecil-kecilan,” katanya.

Tekad mereka ini pun, kata Suprapto, mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang. Sejak ditetapkan sebagai kampung tematik, bantuan diterima dari Pemkot Tangerang agar usaha mereka berkembang, sepeti bantuan alat masak dan pelatihan.

“Kami harus bertahan dengan ekonomi yang ada, jangan sampai karena kondisi seperti saat ini, kami vakum dan jatuh sendiri,” katanya.

Pandemi covid-19 ini, diakui Suprapto sangat berpengaruh pada pendapatan ekonomi warga. Namun hal ini tak membuat kreativitas warga menjadi tumpul.

“Hampir semua warga tidak bekerja. Mereka fokus di UMKM, berjualan. Alhamdulilah saat ada bantuan UMKM dari Pemkot Tangerang, semua warga dapat,” katanya. (Eko Setiawan/Rom)

LAINNYA