Ritual Upacara Minum Teh di Jepang yang Kaya Filosofi dan Detail Keindahan

waktu baca 3 menit
Senin, 11 Sep 2023 09:31 0 60 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Upacara minum teh di Jepang adalah salah satu contoh bagaimana teh memberikan warna yang kuat dalam tradisi Buddhisme Zen yang dianut para pemeluknya. Pada zaman kekinian, bahkan tradisi unik tersebut bahkan menarik tidak hanya para penduduk Jepang dan para penganut Buddha, tetapi juga masyarakat dunia, untuk ikut melakukan ritual penuh filosofi itu.

Upacara minum teh, dalam sejarahnya, dimulai pada abad ke-8. Yakni ketika Biksu Eichu menyajikan teh sencha untuk disajikan untuk Kaisar Saga. Penyajian teh pertama kali di Jepang ini adalah persembahan sang biksu setelah pulang dari perjalanannya di Tiongkok yang merupakan negeri asal dari tradisi minum teh.

Sang kaisar yang menyukai persembahan tersebut kemudian mengatur pembudidayaan teh di daerah Kinkin, dan mulai mengenalkan penggunaan teh pada segenap bangsawan bawahannya.

Selain para bangsawan yang mengonsumsi, teh juga mendapatkan tempat dalam tradisi-tradisi keagamaan. Perayaan dengan pesta teh kemudian berkembang menjadi hal yang disukai, terutama sejak abad ke-12.

Trend meminum teh ini diikuti dengan perkembangan seni keramik Jepang yang merupakan salah satu pembentuk estetika dalam ritual penyajian teh. Bahkan, para bangsawan seakan berlomba-lomba menyajikan perangkat minum teh dari keramik yang paling indah. Ini termasuk dengan seni kintsugi, yaitu seni merekatkan kembali keramik yang telah pecah dengan cairan emas yang dapat menambah keindahannya.

Sen no Rikyu, tokoh dalam sejarah teh Jepang (1522-1573), mengatakan bahwa dalam upacara minum teh khas Jepang, ada beberapa unsur yang wajib hadir, yaitu rasa hormat, kemurnian, harmoni, dan ketenangan.

Karena unsur-unsur dan kesakralan dalam upacara minum teh, maka setiap penyelenggaranya tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Penyelenggara minum teh atau disebut tea master harus menguasai pengetahuan teh secara luas serta teknik menghidangkannya yang penuh dengan detail dan kelembutan.

Para tamu yang diundang pun harus memahami etika dalam mengikuti jamuan teh. Beberapa aturannya adalah memakai kimono, memberikan penghormatan dengan saling membungkuk di awal dan akhir acara, harus mengikuti gerakan minum teh yang tepat, dan tahu cara menikmati makanan ringan yang disajikan.

Selain itu para tamu diharuskan mengikuti tradisi berjalan di tanah basah hingga berkumur dengan air yang disediakan khusus sebagai penyucian diri. Pada saat perjamuan teh, di waktu tertentu, mereka juga diharapkan memberi komentar atas keindahan peralatan atau dekorasi ruangan.

Ruangan untuk menyelenggarakan upacara minum teh pun selalu merupakan ruang khusus yang disebut chashitsu yang lantainya beralaskan tatami dan mempunyai perapian.

Saat upacara minum teh berlangsung, diharapkan segala detail dan langkah lembut nan anggun yang dilakukan tea master dengan para tamunya dapat mengingatkan pada diri sendiri, alam, perjalanan hidup, asal dan tujuan hidup.

Salah satu tujuan upacara minum teh khas Jepang adalah memberikan ruang untuk merawat keseimbangan dan harmoni dalam jalan hidup dengan mengingat berbagai hal tersebut.

Upacara ini juga merupakan salah satu latihan untuk mendisiplinkan diri dan selalu mendekatkan diri pada kesederhanaan, selain menjadi sumber falsafah kehidupan, tanda hormat, dan kebersamaan bagi para pelakunya.

Dengan demikian, teh, sebagai salah satu minuman yang paling sering dikonsumsi di dunia, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi kepada para penggiat bisnisnya. Namun, juga memberikan pengaruh terhadap tradisi bahkan kehidupan spiritual bagi para penikmatnya. (*)

LAINNYA