Saung Buluh: Komunitas Kreatif di Pakuhaji Balaraja

waktu baca 3 minutes
Minggu, 24 Jan 2021 11:57 0 Redaksi TD

KABUPATEN TANGERANG | TDKabupaten Tangerang yang dikenal dengan kota 1001 industri melahirkan juga berbagai komunitas kreatif, salah satunya Komunitas Saung Buluh di Balaraja.

Berbekal saung dari bambu berukuran 4×3 meter, komunitas di Kampung Pakuhaji, Desa Tobat, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang menggelar berbagai kegiatan kreatif.

Muhamad Rohim Dermawan, salah satu pengurus komunitas Saung Buluh menceritakan, ide awal lahirnya komunitas tersebut. karena kegelisahan dirinya bersama teman-temannya atas maraknya fenomena gawai (gadget) yang melanda hampir semua kalangan usia, tak terkecuali anak-anak.

“Sementara, anak-anak di kampung saya tidak memiliki wadah untuk bermain dan berkreatifitas,” ungkapnya kepada TangerangDaily, Minggu (24/1/2021).

Kemudian, Rohim bersama pemuda lainnya mulai menggelar kegiatan untuk mengalihkan anak-anak dari kebiasaan berinteraksi dengan gawai menjadi kegiatan membaca buku.

“Tahun 2018, kami mulai dengan menggelar buku bacaan setiap akhir pekan. Kami kumpulkan berbagai buku koleksi pribadi. Tujuannya agar anak-anak mulai akrab dengan buku bacaan,” katanya.

Usai beberapa kali menggelar kegiatan tersebut, Rohim bersama Abdul Rouf dan empat pemuda lainnya kemudian mengagas membuat saung sebagai tempat berkegiatan. Bermodalkan uang hasil patungan, berdirilah saung terbuat dari bambu yang kini menjadi ikon komunitas tersebut.

“23 Juni 2019 persisnya saung mulai digunakan, dan kami beri nama Saung Buluh, karena terbuat dari bambu dan berdiri di bawah rindang pohon bambu,” jelas Rohim.

Buluh dijelaskan Rohim nama lain dari bambu. Demikian pun menurut Kamus Bahasa Indonesia, buluh adalah tanaman berumpun, berakar serabut batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras. Penjelasan ini merujuk salah satunya kepada pohon bambu.

Kini, saung tersebut selain menjadi tempat bermain dan berkreatifitas anak-anak, juga menjadi wadah mengasah keterampilan pemuda setempat. Rohim mengaku, terdorong oleh kenyataan sebagian besar pemuda setempat berstatus pengangguran, komunitas tersebut pun berusaha menjadi wadah berbagi keterampilan.

“Saat ini kegiatan untuk pembekalan keterampilan yaitu belajar mengoperasikan komputer, meskipun masih tahap dasar, yaitu pengenalan perangkat keras (hardware) dan keterampilan mengetik, dengan peralatan seadanya juga, cuma ada tiga unit komputer,” jelas Rohim lagi.

“Kegiatan keterampilan tangan lainnya yaitu merajut tas, topi, tempat korek api, ukir kayu dengan membuat cincin dan kalung, juga berkebun memanfaatkan lahan di sekitar saung, dan sekarang sedang budi daya lele,” tambahnya.

Rohim mengatakan, 30 persen kegiatan di komunitas tersebut berupa literasi, sementara 70 persen yaitu kegiatan pengembangan diri.

“Untuk kegiatan literasi kami menyediakan buku-buku bacaan, juga mendampingi anak-anak berlatih kesenian tradisional,” katanya.

Jenis kesenian yang dipelajari di komunitas tersebut yaitu memainkan alat musik karinding, calempung (gendang dari bambu), bambu air (bambung panjang dibor, diberi tusuk gigi, kacang ijo, cara memainkannya dengan dibolak-balik), angklung dan gamelan.

“Sekarang sudah ada grup kesenian tradisonal yang personelnya anak-anak, nama grupnya Sabuluh atau satu bambu,” imbunya.

Selain bermain musik, anak-anak setempat juga diperkenalkan berbagai permainan tradisional, seperti engrang, emprak gunung, dan benteng-bentengan.

“Saat ini yang kami butuhkan relawan yang mau berbagi keterampilan, misalnya bahasa Inggris. Karena anak-anak perlu pembaharuan materi dan metode belajar agar mereka tidak merasa jenuh,” kata Rohim.

Rohim menegaskan, kegiatan komunitas tersebut hingga saat ini diselenggarakan secara swadaya antar pengurus dan jejaring komunitas lainnya.

“Kami menerima donasi buku bacaan untuk melengkapi koleksi yang ada. Silahkan dikirimkan langsung ke alamat kami,” pungkasnya. (Bagas/Rom/Atm)

LAINNYA