OPINI | TD — Sebuah potret visi dan misi serta komitmen yang diimplementasikan dalam kesungguhan kedua insan dalam menjalankan sunnah Nabi yang mengharapkan ridho Allah SWT dengan jalan Pernikahan. Sebuah proses perjalanan yang panjang dan indah dalam mengarungi samudera kehidupan dengan lika dan liku segala macam bahtera berkeluarga untuk mewujudkan tujuan memelihara manusia agar tidak terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan Allah SWT.
Pernikahan hal yang mulia dalam Islam dan merupakan ikatan suci dalam menjaga kehormatan diri serta untuk menyempurnakan separuh agama. Separuh lagi dengan beribadah yang diperintahkan oleh Allah SWT dan rasulnya.
Pernikahan isinya perjalanan yang didalamnya terdapat pasang serta surut ujian dalam kehidupan, menjaga kualitas hubungan satu dengan lainnya dengan usaha, pengorbanan dan tidak mementingkan diri pribadi tetapi kekompakan dan pengertian.
Sepanjang perjalanan dalam pernikahan tentunya pasti ada gesekan dan duri, maka selama itu kedua insan harus mampu menghadapi masalah dengan tenang dan bersabar. Tak ada berumahtangga yang tanpa ujian, justru ujian dalam berumahtangga untuk meningkatkan kualitas diri dalam memecahkan masalah dan menumbuhkan kedewasaan.
Ketika kita melihat sifat dan karakter pasangan yang tidak sesuai baik terhadap istri atau suami, jangan pernah dan mudah untuk berfikir serta berkata berpisah atau cerai. Jika kita berkata demikian berarti pertanda atau ciri lemahnya dalam kesungguhan menjaga keutuhan berumah tangga.
Dalam mempertahankan rumah tangga suami dan istri harus memandang ujian sebagai kasih sayang dari Allah SWT, karena kita sebagai manusia tak lepas dari pada dosa dan kesalahan, maka pencipta kita menguji semua makhluknya untuk membersihkan kesalahan dan dosa kita. Jika tak ada ujian manusia akan sulit dekat dan bersyukur kepada sang maha pencipta Allah SWT.
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : Tidak ada salah satu ujian dan musibah yang menimpa setiap manusia rasa lelah, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang sangat, sampai duri yang menancap di tubuhnya terkecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa dosanya (HR. Bukhari).
Sebuah perjalanan dalam berumah tangga dalam Islam bukanlah sesuatu yang baru dan yang harus ditakuti tetapi semuanya harus dihadapi dan dijalankan, karena semua perjalanan kehidupan pasti selalu ada hikmah dan pembelajaran dalam hidup berkehidupan dalam berumah tangga.
Istilah orang bijak bukan tidak pernah berbuat kesalahan tetapi dengan kesalahan menjadi perenungan dan introspeksi diri untuk lebih baik lagi. Maka ujian dalam berumahtangga harus dihadapi dengan baik oleh suami dan istri, agar badai ujian yang Allah berikan menjadi penguat atau perekat dalam berumah tangga.
Adapun kurikulum dalam mengatasi masalah hidup berumah tangga antara lain :
1. Suami atau Istri harus memiliki sikap sabar
2. Dalam menghadapi perselisihan atau perdebatan bersikaplah dewasa
3. Pasangan suami Istri dalam menghadapi permasalahan harus fokus ditempat mana yang menjadi sumbernya berbeda.
Jika akar masalahnya tidak kunjung ada solusinya maka kedua pasangan tersebut berusaha untuk berdamai dengan ujian, hindarilah kata-kata kasar dan mengungkit serta caci maki karena semuanya itu akan menyakiti perasaan keduanya.
Tak elok ketika keduanya disatukan atas nama Allah, disaksikan oleh malaikat dan saling mengasihi tetapi saling melukai dan menyakiti. Maka hakikatnya ketika berumah tangga ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami dan istri saling mencintai satu sama lain secara berulang dalam waktu yang lama dan pastinya terkadang kesalahannya pada tempat yang sama.
Pastinya kita berusaha untuk lulus dari ujian Allah jangan sampai kita pesimis apalagi menyerah. Maka Indikator dari kurikulum kebahagian dan solusi dalam berumahtangga kedua pasangan suami dan istri antara lain :
a. Memiliki sikap husnudzan kepada Allah, karena ujian merupakan bentuk kasih dan sayangnya Allah kepada manusia.
Sebagaimana Allah mengingatkan kepada kita Surat 2 ayat 216. Terkadang ujian rumah tangga datang dari faktor ekonomi, kurangnya perhatian dan tidak adanya komunikasi keduanya.
b. Saling berdoa dan mendoakan, keberhasilan dan suksesnya suami salah satu indikatornya adalah doa istri yang selalu mendoakan dan mengingatkan suami dalam bekerja supaya mencari nafkah yang halal dan baik.
c. Suami dan istri berusaha menghindari cacian serta makian dan kekerasan fisik, permasalahan dalam berkeluarga terkadang dimulai dari masalah kecil, maka berusahalah keduanya menghindari perselisihan dan cacian apalagi mengedepankan emosi yang pada akhirnya terjadilah kekerasan fisik, karena tak mampu menahan diri.
Allah SWT berfirman Surat 4 ayat 1 yang artinya : Hai manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan mengembangbiakan dari keduanya laki laki dan perempuan dan bertakwalah kepada Allah SWT yang dengan namanya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan, sesungguhnya Allah SWT mengawasi manusia.
Dari ayat di atas maka kita jadikan pengingat dalam hidup berumah tangga bahwa kedua pasangan harus mengerti satu sama lain, saling memahami, agar tidak terjadi perselisihan dan pertengkaran.
Jika pengertian dan paham maksudnya maka akan timbul selalu motivasi atau dorongan semangat kebaikan dalam kehidupan berumah tangga. Wallahu alam bishawwab.
Penulis : Dr. Zulkifli, MA
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang (Red)