Waspada! 6 Makanan Ini Rentan Menyerap Logam Berat dari Lingkungan

waktu baca 5 minutes
Senin, 29 Sep 2025 15:03 0 Nazwa

KESEHATAN | TD – Logam berat adalah salah satu pencemar yang sering tidak terlihat namun cukup berbahaya bagi kesehatan manusia. Unsur seperti timbal, merkuri, kadmium, hingga arsenik bisa masuk ke tubuh lewat udara, air, maupun makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Dalam jumlah kecil mungkin tidak langsung terasa, tetapi jika terakumulasi dalam jangka panjang, dampaknya bisa serius, mulai dari gangguan saraf, kerusakan ginjal, hingga risiko kanker.

Beberapa jenis makanan yang tak asing ternyata memiliki kemampuan menyerap logam berat dari tanah maupun air tempat mereka tumbuh. Dengan mengetahui bahan makanan apa saja yang berisiko menyimpan logam berat bisa membuat masyarakat lebih waspada dan bijak dalam memilih serta mengolah makanan. Berikut enam makanan yang perlu diperhatikan.

1. Beras

Sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, beras mendapatkan perhatian khusus. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman padi dapat menyerap arsenik dari tanah dan air irigasi yang tercemar. Menurut jurnal Environmental Pollution (2018), kadar arsenik anorganik pada beras di beberapa wilayah Asia tercatat cukup tinggi, bahkan melebihi ambang batas yang direkomendasikan WHO. Jika dikonsumsi terus-menerus, arsenik dapat menumpuk di dalam tubuh dan mengganggu fungsi hati serta meningkatkan risiko penyakit kronis.

Meski begitu, bukan berarti beras harus dihindari. Langkah sederhana seperti mencuci beras hingga bersih dan menggunakan lebih banyak air saat memasak bisa membantu mengurangi kadar arsenik. Diversifikasi pangan dengan mengonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung atau singkong juga bisa menjadi pilihan bijak.

2. Kerang

Kerang dan jenis moluska lainnya adalah salah satu sumber protein hewani yang lezat dan kaya nutrisi. Namun, hewan laut ini juga dikenal sebagai bioakumulator, artinya mereka cenderung menyerap zat berbahaya dari lingkungan sekitarnya, termasuk logam berat. Hal ini terjadi karena kerang hidup menetap di dasar perairan, di mana partikel logam berat sering mengendap.

Studi di Marine Pollution Bulletin (2021) mencatat bahwa kadar timbal dan kadmium dalam kerang dari beberapa perairan Asia Tenggara melebihi standar aman konsumsi. Jika tidak hati-hati, mengonsumsi kerang dari perairan yang tercemar dapat meningkatkan risiko keracunan logam berat pada manusia. Oleh karena itu, penting memilih kerang dari sumber yang jelas dan terjamin kualitas lingkungannya.

3. Sayuran Daun Lebar (Bayam, Sawi, dll.)

Sayuran hijau seperti bayam, sawi, dan selada termasuk jenis tanaman yang mudah menyerap logam berat dari tanah. Daun lebar mereka memiliki permukaan luas yang memudahkan penyerapan partikel pencemar, baik dari tanah maupun udara. Menurut penelitian dalam Journal of Environmental and Public Health (2019), bayam yang ditanam di tanah dekat kawasan industri memiliki kadar timbal lebih tinggi dibanding bayam dari lahan pertanian organik.

Sayuran daun lebar tetap sangat penting karena kaya vitamin, mineral, dan serat. Namun, konsumen perlu lebih cermat dalam memilih. Membeli dari petani atau pemasok terpercaya, mencuci hingga bersih, serta merendam dengan air garam atau larutan baking soda bisa membantu mengurangi kontaminan yang menempel di permukaan daun.

4. Ikan Air Tawar

Lele, patin, dan nila adalah contoh ikan air tawar yang populer di Indonesia. Sayangnya, perairan tempat ikan-ikan ini dibudidayakan atau hidup alami sering kali terpapar limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung logam berat. Ikan bisa menyerap logam tersebut melalui insang, kulit, maupun rantai makanan ketika mereka memangsa organisme kecil yang sudah terkontaminasi.

Penelitian yang dipublikasikan di Food Control (2020) menunjukkan adanya akumulasi merkuri dan kadmium pada ikan air tawar di beberapa sungai Indonesia. Konsumsi jangka panjang ikan yang terkontaminasi dapat menyebabkan gangguan saraf serta masalah pada sistem pencernaan. Untuk mengurangi risiko, konsumen disarankan membeli ikan dari tempat budidaya yang diawasi kualitas airnya serta memastikan ikan dimasak dengan benar.

5. Kangkung

Kangkung dikenal sebagai sayuran murah meriah dan mudah ditemui di pasar tradisional. Namun, tanaman ini juga sangat adaptif dan mampu tumbuh di perairan dangkal, termasuk yang sudah tercemar limbah. Karena sifatnya itu, kangkung bisa menyerap logam berat seperti timbal dan kadmium dari air maupun lumpur tempatnya tumbuh.

Sebuah penelitian lokal di Indonesia menemukan bahwa kangkung yang ditanam di sekitar perairan tercemar memiliki kadar logam berat lebih tinggi dibanding kangkung dari lahan sawah yang bersih. Walaupun tetap bernutrisi, masyarakat sebaiknya memastikan kangkung yang dikonsumsi berasal dari lahan budidaya yang aman dan dicuci bersih sebelum diolah.

6. Genjer

Genjer mungkin tidak sepopuler kangkung atau bayam, tetapi di beberapa daerah makanan ini cukup digemari. Sama seperti kangkung, genjer tumbuh di area rawa atau perairan dangkal. Kondisi tersebut membuatnya rentan menyerap logam berat dari air yang tercemar.

Meski data penelitian genjer tidak sebanyak sayuran lain, prinsip ekologinya sama: tanaman air memiliki potensi lebih tinggi dalam mengakumulasi bahan berbahaya. Oleh sebab itu, mengonsumsi genjer sebaiknya juga dilakukan dengan bijak, pastikan kebersihannya, dan jangan terlalu sering jika sumber air di sekitar tempat budidayanya diragukan.

Kesimpulan

Kehadiran logam berat dalam makanan memang tidak bisa sepenuhnya dihindari, mengingat pencemaran lingkungan yang semakin meluas. Namun, dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat bisa lebih bijak memilih bahan pangan dan mengolahnya agar tetap aman dikonsumsi. Enam makanan di atas yang meliputi beras, kerang, sayuran daun lebar, ikan air tawar, kangkung, dan genjer, bukan berarti berbahaya jika dikonsumsi, tetapi perlu diwaspadai karena lebih mudah menyerap logam berat dari lingkungannya.

Kuncinya ada pada sumber bahan pangan yang bersih, cara pengolahan yang tepat, serta pola makan yang beragam. Dengan begitu, manfaat gizi tetap bisa diperoleh tanpa harus khawatir berlebihan terhadap risiko logam berat. (Nazwa)

LAINNYA