Urban Farming, Sejarah dan Berbagai Keuntungannya Bagi Masyarakat Perkotaan

waktu baca 2 menit
Rabu, 4 Okt 2023 10:57 0 78 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Ketertarikan akan usaha pertanian yang dilakukan oleh penduduk perkotaan sering terlihat dari banyaknya gerai makanan organik yang muncul mengiringi isu mengenai pentingnya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bebas pestisida dan pupuk kimia.

Usaha pertanian yang dilakukan para penduduk kota tersebut kerap diistilahkan dengan urban farming. Mereka umumnya memanfaatkan lahan kosong yang terbatas, misalnya di halaman, balkon apartemen, atap rumah, atau tempat lain yang sekiranya bisa dimodifikasi.

Dalam urban farming, teknik bertani yang dilakukan tidak sebatas teknik bertani secara konvensional atau tradisional. Para penggiat urban farming kerap melakukan teknik-teknik bertani seperti vertikultur (menanam dengan memanfaatkan ruang ke atas), hidroponik (menanam dengan media air), roof garden (bertani dengan memanfaatkan ruang di atap rumah), aquaponik (bertanam dengan modifikasi hidroponik yang disertai pemeliharaan ikan), dan aeroponik (salah satu teknik hidroponik yang meniadakan media dan hanya menggunakan pengabutan).

Beberapa penggiat urban farming seringkali tidak hanya mengusahakan hasil pertaniannya dengan menitikberatkan pada hasil penjualan saja. Seringkali, usaha ini berawal dari hobi dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pangan sendiri saja.

Tidak jarang, penggiat urban farming juga mengombinasikan budidaya pertaniannya dengan memelihara ternak yang dapat memberikan sediaan pupuk atau hara yang diperlukan dalam bertani.

Dalam sejarahnya, kegiatan urban farming sendiri sebenarnya bukan hal yang baru. Para penduduk perkotaan di Mesir Kuno misalnya, telah terbiasa menanam sayuran dan tanaman buah di sepanjang Sungai Nil yang merupakan pusat peradaban mereka saat itu.

Sedangkan di Yunani Kuno serta Romawi Kuno, kegiatan serupa dilakukan dengan menanami lereng-lereng bukit dekat pemukiman mereka dengan anggur dan zaitun. Sementara, peradaban Cina Kuno dan Jepang Kuno menunjukkan bekas-bekas sawah kecil yang digunakan untuk menanam padi dan sayuran di lokasi yang dekat dengan pemukiman.

Usaha urban farming menjadi populer di era modern karena memberikan beberapa keuntungan bagi para penduduk kota. Pertama, merupakan salah satu solusi masalah ketahanan pangan penduduk kota yang padat. Kedua, hasil panennya cenderung selalu lebih segar daripada hasil tani yang diambil dari desa-desa yang jauh. Sehingga kualitasnya sebagai makanan menjadi lebih baik.

Urban farming juga mengurangi ketergantungan pada pasokan pasar, yang seringkali mengharuskan penduduk kota merogoh kocek cukup dalam untuk memenuhi kebutuhan pangan karena harga yang fluktuatif.

Selain ketiga keuntungan tersebut, kegiatan urban farming juga memberikan dampak positif terhadap udara di perkotaan. Karena tanaman yang dibudidayakan dapat ikut menyumbangkan penetralisir polutan dari transportasi, dan sebagai penadah kompos yang terbuat dari sampah organik. (*)

Unggulan

LAINNYA