BUKU | TD – Kitab ‘Urantia‘ merupakan sebuah buku atau karya sastra yang cukup tebal dan menarik yang menggabungkan kisah kepercayaan dengan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kosmos.
Bagi penggemar bacaan yang cukup berat dan kompleks, ‘Urantia‘ bisa menjadi salah satu pilihan tepat. Kerumitan karya sastra yang resmi terbit tahun 1955 ini akan sangat terasa terutama pada halaman-halaman yang menceritakan tata planet lengkap dengan pemerintahan dan masyarakat yang mendudukinya.
‘Urantia‘ diterbitkan setelah disusun lebih kurang selama 20 tahun oleh sebuah tim yang terdiri dari para terpelajar, seorang ahli bedah, dan juga psikiatri. Dari sini, sudah tentu sudah terbayang bagaimana rapat dan rumitnya jalinan kisah kehidupan yang berlaku dalam Urantia.
Awalnya, tim yang beranggotakan 30 pakar itu disebut ‘menerima wahyu’ selama lima tahun (1934-1939) ketika berkumpul di Chicago, Amerika Serikat. Dialog yang terjadi selama mereka bertemu tersebut kemudian disunting dan disusun menjadi sebuah kitab yang terbit secara resmi.
Dalam bahasa Inggris, tebal buku Urantia mencapai 2097 halaman, yang terdiri dari 196 makalah. Sedangkan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, yang dapat diakses secara online, mencapai 5009 halaman.
Keunggulan karya sastra ini tidak lepas dari nilai-nilai ilmiah yang menjelma menjadi kisah besar kehidupan bumi yang juga disebut sebagai Urantia.
Hal-hal purba diceritakan dengan bahasa yang menarik dalam kitab ‘Urantia’ ini. Mulai dari teori penciptaan alam raya, posisi bumi (Urantia) di antara planet-planet dalam semesta lokal dan super, bagaimana ras manusia terbentuk sejak purba hingga proses bertumbuhnya kesadaran dalam diri mereka.
Kisah peradaban manusia yang dituturkan dalam Urantia ini sangat kompleks hingga ke sejarah munculnya manusia dengan ras-ras atau warna kulit yang berbeda hingga penyebaran mereka.
Kemudian kisah berpadu dengan spiritualisme yang bertingkat-tingkat, terutama yang bersumber dari kebudayaan Semit yang kemudian dikembangkan dalam tradisi Kristianitas.
Bertingkat-tingkatnya spiritualisme dalam Urantia ini mirip dengan karya sastra yang mengangkat kisah serupa. Misalnya peraturan mengenai kelompok makhluk spiritual yang bertugas menemani ‘manusia penaik’ di alam khusus hingga mencapai level rohani yang lebih tinggi.
Adanya aturan ini mengingatkan pada kisah Dante Alighieri yang ditemani Virgil dalam ‘Inferno’ dan sebagian besar perjalanan dalam ‘Purgatorio’ pada trilogi ‘Divina Commedia’. Virgil kemudian berpisah dengan Dante karena ia tak bisa menemaninya ke level yang lebih tinggi. Kemudian Virgil digantikan oleh Beatrice, cinta sejati dan juga perlambang cinta ilahi dan rahmat bagi Dante, hingga memasuki surga kekal.
Namun, Urantia tidak hanya mengupas tradisi Kristen, seperti Alkitab dan wahyu-wahyunya, tetapi juga bagaimana Buddhisme, Hindu dan beberapa ajaran agama lain hidup. Dan dari sinilah, antara lain, para pembaca dapat memetik nilai-nilai filosofi yang luar biasa.
Dalam hal Buddhisme, misalnya, disebutkan bahwa Yesus bertemu dengan seorang tokoh bernama Ganid dan mengumpulkan literatur-literatur mengenai ajaran Buddha.
Salah satu literatur Buddhisme yang dikumpulkan Yesus bersama Ganid yang termaktub dalam ‘Urantia’. (Foto: Istimewa)
Dalam Urantia, kisah kehidupan Yesus memiliki bagian cukup besar. Mulai dari kehidupan orang tua Yesus, yakni Maria dan Yusuf yang diceritakan dengan detail. Dilanjutkan dengan kisah perjalanan hidup Yesus hingga matinya. Dan juga kehidupan para pengikutnya setelah ia tiada.
Selain budaya dan evolusi keagamaan, budaya-budaya tradisional seperti pemujaan arwah, pernikahan dan kedudukan perempuan, dan masih banyak lagi diceritakan searah dengan semangat spiritual untuk mencapai bentuk pribadi yang lebih baik.
Bahkan, meskipun pembaca berasal dari luar keyakinan Kristen, Urantia dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai keilahian atau ketuhanan dan perkembangan pribadi spiritual dalam versinya. (Pat)