Teori Sosial Selo Soemardjan: Relevansi dan Tantangan dalam Masyarakat Modern

waktu baca 2 minutes
Rabu, 17 Des 2025 21:48 0 Nazwa

OPINI | TD — Perubahan sosial bukanlah fenomena baru di Indonesia, tetapi pemahaman terhadap dinamika ini kerap menjadi tantangan, terutama di era modern. Selo Soemardjan, salah satu sosiolog terkemuka Indonesia, menawarkan perspektif yang relevan hingga kini. Dalam karya-karyanya, seperti Perubahan Sosial di Yogyakarta, Selo menegaskan bahwa perubahan sosial terjadi akibat transformasi lembaga-lembaga sosial—ekonomi, politik, dan budaya. Ia menekankan bahwa masyarakat adalah sistem yang dinamis, di mana perubahan di satu bidang secara otomatis memengaruhi bidang lainnya.

Argumentasi pertama yang menunjukkan relevansi teori Selo adalah kemampuannya menjelaskan dampak modernisasi. Transformasi digital, misalnya, telah mengubah pola komunikasi, gaya hidup, dan struktur ekonomi secara signifikan. Fenomena ini sejalan dengan pandangan Selo bahwa setiap modernisasi membawa dampak sosial—baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, teori Selo bukan sekadar catatan akademik, tetapi juga panduan praktis bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengantisipasi konsekuensi sosial dari perubahan yang cepat.

Kedua, kekuatan teori Selo terletak pada adaptasinya terhadap konteks lokal. Berbeda dengan teori Barat yang sering bersifat universal dan abstrak, Selo menekankan pentingnya memadukan konsep dengan nilai-nilai khas Indonesia, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan adat istiadat. Pendekatan ini menjadikan teori sosial Selo lebih aplikatif dan mampu menggambarkan realitas masyarakat Indonesia secara autentik. Dengan kata lain, Selo menunjukkan bahwa sosiologi Indonesia tidak boleh dilepaskan dari identitas budaya bangsa.

Namun, relevansi teori Selo saat ini tidak datang tanpa tantangan. Globalisasi, disrupsi budaya, dan digitalisasi menghadirkan perubahan sosial yang lebih kompleks dan cepat daripada era Selo. Generasi muda hidup dalam masyarakat yang terkoneksi secara global, sehingga nilai-nilai lokal sering tergerus. Di sinilah teori Selo harus diperbarui dan diinterpretasikan ulang agar tetap mampu menjelaskan perubahan sosial modern, tanpa kehilangan akar budaya dan nilai kemanusiaan.

Dengan demikian, teori sosial Selo Soemardjan lebih dari sekadar warisan akademik; ia adalah panduan moral dan intelektual. Kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari kemampuan menjaga keseimbangan antara perubahan sosial dan pelestarian nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah arus perubahan zaman, teori Selo tetap relevan sebagai lentera yang menuntun Indonesia menuju pembangunan sosial yang berkelanjutan dan berbudaya.

Penulis: Fajar Kurniawan
Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara, Universitas Pamulang, Kampus Serang.

Dosen Pembimbing: Angga Rosidin, S.I.P., M.A.P.
Kepala Program Studi: Zakaria Habib Al-Ra’zie, S.I.P., M.Sos. (*)

LAINNYA