Teknik Budidaya Wijen yang Harus Diketahui Petani Milenial

waktu baca 4 minutes
Sabtu, 30 Mar 2024 12:51 0 Patricia Pawestri

PERTANIAN | TD – Mengetahui teknik budidaya wijen sangat diperlukan ketika petani milenial ingin mengusahakan komoditas satu ini.

Wijen bernama ilmiah Sesamum indicum dan mempunyai berbagai nama sinonim, di antaranya Sesamum orientale L dan Sesamum somalense Chiov.

Wijen merupakan tanaman asli Afrika yang kemudian mengalami penyebaran ke India, Tiongkok, dan berbagai negara lain di daerah tropis dan subtropis.

Dalam syarat tumbuhnya, wijen dikatakan dapat tumbuh baik di daerah dengan letak astronomis 35 derajat Lintang Utara (LU) hingga 45 derajat Lintang Selatan (LS). Dan di ketinggian 1 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl).

Tanaman yang tergolong semak ini memerlukan cahaya penuh sepanjang hari sepanjang tahun, dengan curah hujan 300 hingga 1000 mm/tahun, dan suhu berkisar 25-30 derajat Celsius.

Keunggulan tanaman wijen adalah tahan kekeringan. Ketahanannya ini bahkan melebihi daya tahan jagung. Namun, kelemahannya, tidak tahan terhadap genangan air. Karena itu, bila petani milenial hendak membudidayakan wijen di lahan sawah yang cenderung basah, harus memperhatikan irigasinya.

Berikut ini teknik membudidayakan wijen yang harus diketahui petani milenial:

1. Memilih benih yang bagus.

Benih yang bagus berasal dari varietas genjah (cepat panen pada 85-140 hari setelah tanam), tahan terhadap hama penyakit, dan berasal dari induk yang sehat.

Beberapa merk jenis wijen yang dianjurkan pemerintah adalah Sumberrejo 1, Sumberrejo 2, Sumberrejo 3, Sumberrejo 4, Winas 1, dan Winas 2.

Banyak benih yang diperlukan adalah 3 hingga 8 kilogram per hektar.

2. Pengolahan lahan sebelum tanam.

Waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan lahan agar ideal bagi pertumbuhan tanaman wijen adalah 60 hari. Pertama, selama 30 hari tanah diistirahatkan (diberokkan). Kemudian dibajak atau dicangkul sedalam 30 cm untuk penggemburan.

Kedua, tanah yang telah dibajak lalu didiamkan selama 7 hari untuk menghilangkan gas-gas yang beracun bagi tanaman.

Ketiga, tanah kembali digemburkan dengan mencangkul tipis-tipis hingga seluruhnya remah dan rata. Kemudian dibiarkan kembali seminggu.

Keempat, pembalikkan tanah dilakukan dengan cangkul. Pada tahap ini juga diberikan pemupukan dasar berupa pupuk kandang sebanyak 15 hingga 20 ton per hektar. Yang perlu diperhatikan adalah pupuk kandang yang digunakan haruslah yang sudah matang (teksturnya sudah mirip dengan tanah).

Kelima, pembentukan bedengan selebar 3 meter dengan saluran irigasi sedalam dan selebar 40 sentimeter. Bedengan ini kemudian didiamkan selama 7 hari sebelum dicangkul tipis-tipis dan ditanami benih wijen.

3. Penanaman benih wijen.

Penanaman yang ideal dilakukan pada awal musim hujan. Selain untuk meminimalisir jumlah siraman, waktu ini tepat untuk menghindari terlalu banyaknya gulma yang akan tumbuh di tengah musim hujan.

Jarak tanam yang digunakan yaitu 60 cm x 25 cm, atau 40 cm x 25 cm, dengan jumlah tanaman 2 bibit/benih per lubang.

3. Pemberian pupuk.

Pemupukan dilakukan dua kali, yakni pada awal tanam, dan pada usia 4 hingga 6 minggu setelah tanam. Pada pemupukan pertama, dengan Urea sebanyak 15 hingga 30 kilogram per hektar. Dan, pemupukan kedua dengan 35 hingga 70 kilogram urea per hektar.

Pupuk phosphat dan kalium hanya diberikan bila tanah diperkirakan kurang subur untuk mendukung produksi buah pada tanaman wijen. Penambahannya sebanyak 50 kilogram per hektar lahan.

Pupuk diberikan dengan cara dibenamkan sedalam 5-7 cm sejauh 5 cm dari tanaman.

4. Pengairan.

Pada lahan kering pun, sebenarnya tanaman wijen tidak perlu disiram, karena hujan yang turun sudah cukup. Namun, pada lahan basah, perlu diperhatikan agar hujan yang turun dapat langsung dibuang ke saluran irigasi. Hal ini penting karena tanaman wijen dapat mati karena tergenang.

5. Penyulaman bibit.

Penyulaman bibit yang mati dilakukan pada 15-20 hari setelah tanam.

6. Pengendalian hama dan penyakit.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma atau tanaman pengganggu. Gulma, selain menyedot unsur hara, juga dapat menjadi tempat bersembunyi bagi hama penyakit.

Hama yang sering menyerang tanaman wijen adalah tungau kuning, kutu daun, ngengat Antigastra catafaunalis, kepik hijau, bapa pocung (Dysdercus cingulatus), belalang. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah filodi (akibat mikroplasma), keriting daun (akibat virus), layu (akibat jamur), busuk buah (akibat Phytophthora sp penyebab penyakit tular tanah), bercak bakteri (jamur), hawar bakteri, dan busuk hitam.

Penyemprotan insektisida dilakukan bila populasi hama penyakit sudah melewati ambang batas. Penyemprotan dengan insektisida alami lebih diutamakan. Namun, bila sudah sukar untuk mengendalikan, maka insektisida kimia dapat digunakan. Gunakan selalu insektisida yang sesuai dengan hama penyakit, dan dengan dosis yang tepat untuk menghindari resistensi.

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan bila buah wijen 70% telah berwarna hijau tua, dan daun-daun tanaman wijen mulai menguning dan mengering. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang bawah 15-20 cm dari polong terbawah.

(Pat)

LAINNYA